Ekonomi Asia: Dari Mesin Pertumbuhan Global hingga Kesenjangan Regional yang Mendalam
https://parstoday.ir/id/news/world-i176154-ekonomi_asia_dari_mesin_pertumbuhan_global_hingga_kesenjangan_regional_yang_mendalam
Pars Today - Sebagai mesin pertumbuhan global, ekonomi Asia menyajikan gambaran yang kompleks dan berlapis-lapis, dengan keragaman yang mencolok dari kekuatan industri maju seperti Jepang dan Korea Selatan hingga negara-negara ekonomi berkembang termasuk Cina dan India, dan bahkan negara-negara yang bergantung pada pertanian dan sumber daya alam.
(last modified 2025-08-24T09:06:02+00:00 )
Aug 24, 2025 16:04 Asia/Jakarta
  • Pertumbuhan ekonomi
    Pertumbuhan ekonomi

Pars Today - Sebagai mesin pertumbuhan global, ekonomi Asia menyajikan gambaran yang kompleks dan berlapis-lapis, dengan keragaman yang mencolok dari kekuatan industri maju seperti Jepang dan Korea Selatan hingga negara-negara ekonomi berkembang termasuk Cina dan India, dan bahkan negara-negara yang bergantung pada pertanian dan sumber daya alam.

Dengan cadangan devisa terbesar di dunia, tenaga kerja yang besar, serta beragam sektor manufaktur dan jasa, benua ini telah menemukan posisi yang tak tertandingi dalam perdagangan internasional, tetapi di saat yang sama menghadapi tantangan seperti stagnasi relatif dalam produksi, tekanan perdagangan akibat kebijakan proteksionis AS, krisis politik domestik di beberapa negara, dan kesenjangan pembangunan yang mendalam antara negara-negara besar dan kecil.

Paket berita ini membahas posisi dan peran benua Asia dalam perekonomian dunia, seperti yang dapat Anda baca di bawah ini:

Keragaman ekonomi di Benua Asia

Dengan beragam negara dan struktur ekonomi, ekonomi Asia telah menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi global. Benua ini merupakan rumah bagi kekuatan industri maju seperti Jepang dan Korea Selatan, serta negara-negara berkembang seperti Cina dan India. Selain negara-negara itu, banyak negara berkembang masih bergantung pada pertanian dan sumber daya alam.

Dengan cadangan devisa terbesar di dunia, tenaga kerja murah, dan sektor-sektor besar di bidang manufaktur, jasa, dan teknologi informasi, Asia telah menjadi pusat penting bagi perdagangan dan investasi global. Namun, benua ini menghadapi tantangan seperti kesenjangan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang, serta ketegangan politik yang dapat menyulitkan pertumbuhan berkelanjutan.

Prospek Manufaktur: Pertumbuhan rapuh di tengah ketegangan perdagangan

Data terbaru dari pabrik-pabrik di Asia menunjukkan bahwa pertumbuhan di sektor manufaktur, meskipun positif, ternyata sedang melambat. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Asia Tenggara turun menjadi 50,7 pada bulan Desember dari 50,8 pada bulan November, meskipun Taiwan mencapai level tertingginya sejak Juli.

Aktivitas manufaktur Cina juga melambat pada bulan Desember karena pabrik-pabrik menunggu hasil paket stimulus. Korea Selatan dan Vietnam juga mengalami penurunan aktivitas manufaktur dan memasuki fase kontraksi. Data ini muncul tepat sebelum pelantikan Donald Trump, yang telah berjanji untuk mengenakan tarif tinggi pada impor dari Cina dan negara-negara lain. Tren ini telah memicu kekhawatiran tentang meningkatnya proteksionisme perdagangan dan dampaknya terhadap permintaan domestik dan asing.

Cina, Jepang, dan India; tiga pilar utama ekonomi Asia

Menurut Dana Moneter Internasional, ekonomi Cina akan tetap menjadi yang terbesar di Asia dengan $18,3 triliun pada tahun 2024. Jepang dengan $4,1 triliun dan India dengan $3,9 triliun berada di posisi kedua dan ketiga. Pertumbuhan ekonomi India yang pesat telah mendorongnya untuk segera mengejar Jepang, dan para analis menganggap New Delhi sebagai salah satu kekuatan masa depan ekonomi global.

Cina, Jepang, dan India sendiri menyumbang 66% dari ekonomi Asia. Korea Selatan dan Indonesia berada di urutan berikutnya dengan ekonomi masing-masing senilai $1,9 dan $1,4 triliun. Bersama-sama, kelima negara ini menyumbang sekitar 74% dari ekonomi benua tersebut.

Taiwan, Korea Selatan, dan berbagai tantangan

Menurut S&P Global, indeks manajer pembelian Taiwan naik menjadi 52,7 bulan lalu, menunjukkan peningkatan pembelian dan pemanfaatan sumber daya yang pesat. Namun, penurunan pesanan ekspor yang terus-menerus selama lebih dari dua tahun menunjukkan bahwa permintaan luar negeri masih lemah.

Di Korea Selatan, kenaikan biaya dan penurunan produksi telah membuat para produsen pesimis terhadap masa depan untuk pertama kalinya sejak 2020. Selain itu, krisis politik yang disebabkan oleh pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol dan terjadinya kecelakaan pesawat paling mematikan baru-baru ini telah membayangi iklim ekonomi negara ini.

Sementara itu, ekonomi Asia tetap menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan global, tetapi dinamika dan kompleksitasnya berkisar dari persaingan kekuatan besar hingga keterbelakangan negara-negara yang lebih lemah.(sl)