Apakah Tekanan Trump Membuat Kerja Sama Rusia-India Semakin Luas?
https://parstoday.ir/id/news/world-i176238-apakah_tekanan_trump_membuat_kerja_sama_rusia_india_semakin_luas
Pars Today - Ketika pemerintahan Trump menekan New Delhi untuk mengurangi hubungan dengan Moskow, ternyata Menteri Luar Negeri India melakukan perjalanan ke Moskow dan bertemu serta mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
(last modified 2025-08-26T07:06:35+00:00 )
Aug 26, 2025 13:30 Asia/Jakarta
  • Vladimir Putin dan Subrahmanyam Jaishankar
    Vladimir Putin dan Subrahmanyam Jaishankar

Pars Today - Ketika pemerintahan Trump menekan New Delhi untuk mengurangi hubungan dengan Moskow, ternyata Menteri Luar Negeri India melakukan perjalanan ke Moskow dan bertemu serta mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menurut laporan Pars Today, Presiden Rusia Vladimir Putin menerima Subrahmanyam Jaishankar, Menteri Luar Negeri Republik India yang sekaligus Ketua Komisi Antarpemerintah untuk Kerja Sama Perdagangan, Ekonomi, Ilmiah, Teknis, dan Kebudayaan antara Rusia dan India pada 21 Agustus.

Sehari sebelumnya, Subrahmanyam Jaishankar mengadakan pertemuan dengan  Denis Valentinovich Manturov, Wakil Perdana Menteri Rusia dalam bingkai Komisi Kerja Sama Ekonomi antara kedua negara di Moskow.

Setelah pertemuan itu, wakil Perdana Menteri Rusia mengatakan, Omzet perdagangan antara Rusia dan India telah meningkat hampir tujuh kali lipat selama lima tahun terakhir. India merupakan salah satu dari tiga mitra dagang luar negeri terbesar Rusia. Lebih dari 90% perdagangan antara Rusia dan India dilakukan menggunakan mata uang nasional.

Manturov mengingatkan, Rusia dan India bermaksud untuk bersama-sama mengembangkan Rute Laut Utara dan Koridor Transportasi Utara-Selatan. Kami berharap kerja sama antara Rusia dan India di bidang energi nuklir damai akan meluas, termasuk berdasarkan pengalaman sukses proyek pembangkit listrik Kudankulam.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga menekankan dalam pembicaraan bilateral dengan Jaishankar, Dalam situasi saat ini, interaksi kita di panggung internasional semakin penting, terutama dengan terbentuknya arsitektur multipolar baru yang objektif. Dalam realitas baru ini, forum-forum seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai, BRICS, dan G20 memainkan peran yang semakin besar.

Mengacu pada ancaman dan tekanan Washington yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap New Delhi dengan dalih pembelian minyak Rusia oleh India, Menteri Luar Negeri India mengatakan, India terkejut dengan logika Amerika Serikat yang menuduh New Delhi membeli minyak dari Rusia, karena Washington sebelumnya bersikeras menjaga stabilitas di pasar global.

Jaishankar menekankan bahwa tidak seperti Cina atau Eropa, India bukan pembeli terbesar minyak atau gas alam cair Rusia.

Menurutnya, Kami adalah negara yang selama beberapa tahun terakhir telah dikatakan oleh Amerika bahwa kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk menstabilkan pasar energi global, termasuk dengan membeli minyak dari Rusia.

“Kami juga membeli minyak dari Amerika Serikat, dan volumenya terus meningkat,” kata menteri luar negeri India.

"Sejujurnya, kami sangat bingung dengan logika argumen AS," ujarnya, menanggapi pertanyaan tentang pernyataan pejabat AS yang menyatakan bahwa pembelian minyak Rusia oleh India tampaknya memicu konflik di Ukraina.

Pernyataan pejabat India ini sekali lagi dengan jelas menunjukkan kebijakan ganda Washington terhadap kebijakan energi global, serta pendekatan hegemonik dan intimidasi Amerika dalam interaksinya dengan negara lain.

Pada faktanya, meskipun mendapat tekanan habis-habisan dari Amerika Serikat, termasuk pengenaan tarif 50 persen atas barang-barang yang diekspor ke Amerika Serikat karena pembelian minyak Rusia yang berkelanjutan, India terus menekankan perluasan hubungan dengan Moskow dalam berbagai dimensi dan tidak menyerah pada intimidasi Washington.

Secara keseluruhan, bukti menunjukkan bahwa perluasan kerja sama Rusia-India sebagian besar merupakan respons strategis terhadap tekanan dan tarif tinggi pemerintahan Trump.

Konteks kerja sama ini dan alasannya dapat diringkas sebagai berikut:

- Peningkatan tarif AS atas barang-barang India:

Pemerintahan Trump meningkatkan bea masuk atas barang-barang yang diimpor dari India sebesar 50 persen, yang menyebabkan ketegangan perdagangan dan mendorong India untuk memperkuat hubungan dengan para pesaing Washington, terutama Rusia dan Cina.

- Perlawanan India terhadap tekanan Washington:

New Delhi bukan hanya tidak menyerah, tetapi juga memperluas hubungan ekonominya dengan Rusia dan Cina dengan lebih cepat. Tindakan ini menunjukkan tekad India untuk mempertahankan independensi diplomatik dan ekonominya.

- Pembelian minyak dari Rusia:

India adalah salah satu pembeli minyak Rusia terbesar. AS memandang pembelian ini sebagai pembiayaan untuk perang di Ukraina dan telah mencoba menghalangi India dari jalur ini dengan tekanan ekonomi. Namun India menolak klaim ini, dan menyebutnya sebagai contoh "standar ganda" Barat.

- Memperluas kerja sama energi dan transportasi:

Rusia dan India memiliki proyek bersama di sektor energi, termasuk ekstraksi sumber daya di Arktik dan pengembangan koridor transportasi Utara-Selatan.

Secara keseluruhan, perluasan hubungan India-Rusia tampaknya dapat dianggap sebagai bagian dari diplomasi berimbang yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada Barat dan melawan kebijakan unilateral AS, terutama selama era Trump. Kerja sama ini tidak hanya meluas di bidang ekonomi, tetapi juga membawa pesan geopolitik yang penting, yaitu untuk menekankan multipolarisasi tatanan global dan mengurangi pengaruh Washington di Asia.(sl)