Bencana yang Terlupakan: Apa yang Dilakukan Amerika terhadap Kamboja?
-
Kamboja
Pars Today - Kamboja merupakan negara netral selama Perang Vietnam, tetapi pengeboman besar-besaran oleh Amerika Serikat dan kebijakan Henry Kissinger, penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri negara AS saat itu, menjerumuskan Kamboja ke jurang kehancuran dan membuka jalan bagi genosida Khmer Merah.
Dokumen-dokumen yang baru dirilis telah mengungkap peran penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri AS saat itu dalam bencana kemanusiaan Kamboja lebih dari sebelumnya.
Paket berita dari Pars Today ini membahas kejahatan mematikan Amerika di Kamboja, sebagai berikut:
Operasi Menu; Pengeboman Rahasia Kamboja
Amerika Serikat menargetkan wilayah netral Kamboja dengan pesawat pengebom B52 selama Perang Vietnam antara tahun 1969 dan 1973.
Henry Kissinger, penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri saat itu, merancang operasi ini dan dilaksanakan dengan nama sandi "Operasi Menu" yang mencakup "Sarapan", "Makan Siang", "Makan Malam", dan "Hidangan Penutup".
Menurut catatan resmi Presiden AS saat itu, Richard Nixon, Operasi Manu dianggap sukses, dengan lebih dari 500.000 ton amunisi dijatuhkan di lebih dari 113.000 target di Kamboja. Beberapa pakar mengatakan bahwa "Kamboja dibom karpet."
Krisis Kemanusiaan dan Ketidakstabilan Politik
Pengeboman AS menyebabkan ribuan warga Kamboja mengungsi, kekacauan politik menyebar, dan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Sihanouk menurun.
Kudeta 18 Maret 1970, dan naiknya Lon Nol yang pro-AS, menunjukkan dampak ketidakstabilan ini. Pengeboman tersebut memberikan kesempatan bagi Khmer Merah untuk menampilkan diri sebagai penyelamat rakyat dan mengubah kemarahan publik terhadap serangan asing menjadi kekuatan politik.
Khmer Merah dan Genosida
Khmer Merah, yang dipimpin oleh Pol Pot, membunuh jutaan warga Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979 melalui pembersihan ideologis, kerja paksa, dan kelaparan. Slogan terkenal Phut, "Menjagamu tak ada gunanya, menghancurkanmu tak ada salahnya", mencerminkan kekerasan tak terbatas yang dilakukan kelompok tersebut.
Khmer Merah awalnya disambut baik oleh rakyat Kamboja dengan janjinya untuk memulihkan ketertiban dan martabat, tetapi kebijakan mematikannya justru menyebabkan kehancuran negara.
Dokumen Baru; Peran Langsung Kissinger
Situs web Amerika "The Intercept" telah menerbitkan dokumen eksklusif yang mengungkap peran Kissinger dalam kematian puluhan ribu warga sipil Kamboja. Wawancara dengan lebih dari 75 saksi dan tinjauan arsip Pentagon menunjukkan bahwa ia merekayasa pengeboman dari tahun 1970 hingga 1973 dan mengakui tanggung jawab atas kematian lebih dari 50.000 warga sipil, meskipun beberapa ahli memperkirakan angka sebenarnya tiga kali lebih tinggi.
Salah satu pengeboman yang terkenal pada tahun 1973 menargetkan kota Nik Lang. Angka resminya lebih dari 100 korban, tetapi investigasi baru mencatat lebih dari 270 korban. Percakapan telepon antara Kissinger dan Nixon juga mengungkap peran langsungnya dalam merencanakan dan melaksanakan serangan ini dan mengungkap kebijakan pemerintah AS saat itu.
Warisan Berdarah; Runtuhnya "Pulau Damai"
Pengeboman Amerika Serikat merupakan awal dari bencana kemanusiaan di Kamboja. Negara yang telah memasuki era modern dan damai ini menghadapi ketidakstabilan, genosida, dan kehancuran yang meluas akibat campur tangan militer dan politik asing.
Dokumen sejarah, kesaksian saksi, dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa "Henry Kissinger", sebagai dalang utama operasi ini, memainkan peran penting dalam jatuhnya "Pulau Damai", dan warisan berdarah Amerika Serikat dalam sejarah Kamboja masih bertahan.(sl)