Peringatan Obama untuk Demokrat
Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta Partai Demokrat untuk tetap waspada dan tidak usah terlalu yakin dengan peluang kemenangan Hillary Clinton dalam pemilu presiden November mendatang.
Dalam sebuah pernyataan di dekat Massachusetts, Senin (15/8/2016), Obama meminta kubu Demokrat untuk tidak terlalu percaya diri dengan perolehan suara mereka pada pemilu. Dia mendesak kalangan Demokrat tetap berjuang sampai titik terakhir untuk meraih kemenangan dalam pemilu.
"Jika kita melaksanakan tugas kita, maka Hillary akan terpilih menjadi presiden AS. Jika itu tidak dilakukan, maka ia masih mungkin untuk kalah," tegas Obama.
Peringatan Obama tampaknya dikeluarkan setelah capres Partai Republik, Donald Trump meraih kesuksesan yang tak terduga.
Selama kompetisi pemilu pendahuluan, mungkin hanya sedikit orang yang berpikir bahwa Trump – yang tidak punya latar belakang politik – mampu menyaingi calon-calon lain Republik dan ditetapkan sebagai capres partai dalam Konvensi Nasional Partai Republik. Namun ini benar-benar terjadi dan masalah ini mengundang kewaspadaan para tokoh Demokrat termasuk Obama.
Meskipun jajak pendapat terbaru di Amerika memperlihatkan keunggulan Hillary atas Trump, namun mengingat pemilu baru digelar pada November 2016, capres Republik diperkirakan akan menggunakan strategi dan taktik baru untuk memperbesar dukungan publik serta memperlemah dan menyerang Hillary.
Dalam beberapa bulan terakhir, Trump secara maksimal berusaha memanfaatkan kelemahan Hillary. Capres Demokrat ini dituding menggunakan server pribadi untuk mengirim dokumen rahasia selama menjadi menteri luar negeri AS pada tahun 2009-2013. Ia dituding dengan ceroboh telah menempatkan dokumen rahasia dan informasi keamanan berada dalam jangkauan hacker.
Trump mengaku bahwa orang dengan masa lalu seperti itu dan mengabaikan aturan keamanan, tidak layak untuk menduduki kursi kepresidenan Amerika sekaligus panglima tertinggi angkatan bersenjata. Menurutnya, politisi semacam ini pada prinsipnya tidak layak untuk menjadi presiden dan para pemilih Amerika tidak boleh memberikan suaranya kepada Hillary.
Masalah lain yang diumbar Trump untuk menyerang rivalnya berhubungan dengan persoalan pribadi dan keluarga Hillary, di mana pendekatan Trump ini bahkan mendapat kecaman dari beberapa petinggi Republik.
Di pihak lain kubu Trump juga sedang menghadapi serangan propaganda. Ketua kampanye Trump, Paul Manafort dituding terlibat korupsi. Ia dituduh menerima 12,7 juta dolar dari sebuah partai politik pendukung Rusia di Ukraina. Manafort selama bertahun-tahun menjadi penasihat mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych. Dia membantu Yanukovych untuk memenangkan pemilu pada tahun 2010.
Trump selama ini juga memuji kebijakan Presiden Vladimir Putin dan mengatakan bahwa ia akan mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia. (RM)