Dari Rudal Menjadi Mouse; Pyongyang Mengubah Medan Perang dengan AS
https://parstoday.ir/id/news/world-i181800-dari_rudal_menjadi_mouse_pyongyang_mengubah_medan_perang_dengan_as
Pars Today - Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa peretas yang berafiliasi dengan Korea Utara berhasil menyamar sebagai 80 warga negara Amerika dan berpartisipasi dalam wawancara kerja di lebih dari 100 perusahaan di negara ini. Tindakan ini telah menyebabkan kerugian finansial setidaknya $3 juta sejauh ini dan menunjukkan kelemahan sistem verifikasi identitas dan kerentanan siber Amerika Serikat.
(last modified 2025-12-08T05:51:19+00:00 )
Des 08, 2025 12:47 Asia/Jakarta
  • Amerika Serikat Vs Korea Utara
    Amerika Serikat Vs Korea Utara

Pars Today - Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa peretas yang berafiliasi dengan Korea Utara berhasil menyamar sebagai 80 warga negara Amerika dan berpartisipasi dalam wawancara kerja di lebih dari 100 perusahaan di negara ini. Tindakan ini telah menyebabkan kerugian finansial setidaknya $3 juta sejauh ini dan menunjukkan kelemahan sistem verifikasi identitas dan kerentanan siber Amerika Serikat.

Menurut laporan IRNA pada hari Senin (08/12/2025) dari situs berita dan analisis National Interest, tahun ini Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa individu yang berafiliasi dengan Korea Utara berhasil menyamar sebagai 80 warga Amerika dan berpartisipasi dalam wawancara kerja jarak jauh di lebih dari 100 perusahaan di negaranya. Infiltrasi yang dipimpin Korea Utara ini menyebabkan perusahaan-perusahaan Amerika menderita kerugian setidaknya $3 juta. Dan diperkirakan ini baru permulaan.

Sebelumnya, Korea Utara dikenal sebagai ancaman militer bagi Amerika Serikat, salah satunya adalah uji coba rudal antarbenua yang dapat menargetkan wilayah Amerika. Namun, tantangan yang dihadapi Washington dari Asia Timur kini berbeda.

Kemampuan perang siber Korea Utara telah menjadi instrumen kekuatan nasional. Kombinasi spionase, keuangan, dan penghindaran sanksi, yang dikerahkan bukan dalam serangan sporadis melainkan sebagai kampanye berkelanjutan.

Para pekerja Korea Utara telah menipu para pengusaha agar percaya bahwa mereka berada di Amerika Serikat, padahal banyak di antara mereka sebenarnya berbasis di Korea Utara atau Tiongkok. Pendapatan yang mereka peroleh disalurkan ke rekening-rekening yang dikendalikan oleh Korea Utara. Rekening-rekening ini memungkinkan Korea Utara untuk menghindari sanksi AS dan mendanai program senjata Pyongyang.

Infiltrasi canggih Korea Utara menunjukkan kerentanan sistem identitas AS. Sistem yang seharusnya mengautentikasi karyawan pada tingkat keamanan tertinggi untuk pekerjaan legal di Amerika Serikat dalam praktiknya telah menunjukkan bahwa uji keamanannya terhadap mata-mata ini tidak dapat diandalkan dan tidak efektif.

Intrusi Korea Utara baru-baru ini hanyalah salah satu dari sekian banyak serangan siber yang telah diderita Amerika Serikat sejauh ini. Tiongkok telah mengambil langkah ofensif, dan Rusia dengan senjatanya yang merusak, sementara Korea Utara diuntungkan dari keduanya. Semua ini menunjukkan semakin canggihnya teknologi kecerdasan buatan, dan musuh-musuh Amerika terus-menerus mengeksploitasinya.

Menurut media ini, selama 43 hari penutupan pemerintah AS, lembaga-lembaga federal dan pegawainya mengalami 55 juta serangan siber, dan musuh-musuh Washington memanfaatkan penutupan itu sebagai kesempatan untuk mengeksploitasi kelemahan dalam kesiapan pasukan siber.

Situs berita ini lebih lanjut mengakui dalam kajiannya tentang patologi siber bahwa Amerika Serikat memiliki perangkat yang memadai untuk keamanan siber tetapi kurang cermat dalam menerapkan dan menggunakannya, dan bahwa para pesaing memperbarui teknologi mereka lebih cepat daripada tren yang biasa terjadi di negara ini.

Situs berita ini juga mengibaratkan serangan-serangan di dunia siber ini dengan "Perang Dingin Baru" di mana Washington harus menggunakan kode komputer untuk mempertahankan diri selain menggunakan senjata konvensional.(sl)