Standar Ganda Barat Soal Pengembangan Rudal
Menteri Luar Negeri Italia, Angelino Alfano menegaskan komitmen Roma untuk mencegah proliferasi rudal yang mampu membawa senjata pemusnah massal dan teknologi yang relevan.
Dalam sebuah pernyataan hari Jumat (14/4/2017), Alfano mengatakan, berdasarkan resolusi 1540 Dewan Keamanan PBB, proliferasi senjata pemusnah massal dan sarana pengangkutnya tetap menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional, dan Italia bersama negara-negara lain anggota Rezim Kontrol Teknologi Rudal (MTCR) menegaskan komitmennya untuk mencegah proliferasi sistem pengangkut senjata pemusnah massal dan teknologi terkait.
Rezim Kontrol Teknologi Rudal adalah sebuah keanggotaan tidak resmi dan sukarela di antara 35 negara dunia, yang bertujuan mencegah proliferasi teknologi rudal. Negara-negara anggota G7 yaitu, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang membentuk MTCR pada 16 April 1987.
Cina – meskipun bukan anggota pakta itu – telah menyatakan komitmen untuk menjaga prinsip-prinsip dan aturan yang terdapat dalam WTCR.
Tujuan dari pakta tersebut adalah mengontrol teknologi rudal terutama rudal-rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir, membatasi produksi sistem rudal, pesawat tanpa awak, dan semua teknologi terkait yang mampu membawa hulu ledak dengan bobot 500 kilogram dan jangkauan 300 kilometer.
Meski demikian, negara-negara Barat mengadopsi kebijakan standar ganda terkait aturan yang berhubungan dengan kontrol teknologi rudal. Sebenarnya, para pencetus WTCR khususnya AS mengambil langkah-langkah, yang mengabaikan prinsip WTCR dan memberikan lampu hijau kepada sekutunya untuk mengembangkan rudal dan teknologi rudal, yang jelas-jelas dilarang oleh rezim itu.
Salah satu contohnya; pembelian rudal Dongfeng-21 oleh Arab Saudi dari Cina pada tahun 2007. Pada waktu itu, AS mengklaim bahwa penjualan rudal tersebut kepada Saudi dilakukan setelah tim pakar dari Dinas Intelijen Pusat (CIA) telah mempelajari rudal Dongfeng-21. Mereka berkesimpulan rudal buatan Cina itu tidak mampu membawa hulu ledak nuklir.
Pada dasarnya, verifikasi AS diberikan dengan pertimbangan politik dan sebagai upaya untuk mempersenjatai sekutunya dengan rudal balistik.
Barat juga memilih bungkam terhadap pengembangan berbagai jenis rudal balistik dan senjata nuklir oleh rezim Zionis Israel. Tel Aviv telah memproduksi rudal balistik Jericho dengan jangkauan antara 1000-7000 kilometer. Rudal jenis ini tentu saja tidak bisa dikembangkan tanpa bantuan finansial dan teknis dari Washington.
Di pihak lain, AS dan sekutunya menentang keras keputusan negara-negara anti-Barat untuk mengembangkan teknologi rudal. Salah satu alasan Barat adalah klaim meningkatnya ancaman rudal dengan memperhatikan proliferasi teknologi rudal. (RM)