Sistem Anti Rudal AS di Asia Timur dan Protes Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov kembali menyebut penempatan sistem anti rudal Amerika Serikat di Asia Timur dengan dalih melawan ancaman Korea Utara sangat mengkhawatirkan. Ia juga memprotes kebijakan Amerika tersebut.
Lavrov Jumat (24/11) di jumpa pers bersama dengan sejawatnya dari Jepang Taro Kono di Moskow menekankan, langkah Amerika menimbulkan dampak negatif bagi keamanan kawasan timur dan timur laut Asia serta Samudra Pasifik.

Protes Moskow atas langkah haus perang di Asia Timur dipicu oleh berlanjutnya pendekatan Washington terkait penempatan sistem anti Rudal di kawasan ini khususnya Korea Selatan dan Jepang. Menurut pandangan petinggi Moskow, mengingat berlanjutnya penempatan militer dan peralatan logistik AS di sekitar kepulauan Korea serta penyelenggaraan beragam manuver perang dengan Korsel serta Jepang dan ancaman langsung penggunaan opsi militer oleh Washington terhadap Pyongyang, maka potensi meletusnya bentrokan militer antara kedua negara semakin meningkat.
Dimitri Korneyev, ketua pusat riset militer Rusia mengatakan, Korea Utara siap menunjukkan resistensi keras terhadap setiap bentuk serangan. Kekuatan internasional baik itu Rusia, Cina dan Uni Eropa sepakat terkait kondisi berbahaya Asia Timur dan potensi meletusnya perang luas di kawasan strategis ini.

Sementara itu, Konstantin Osmanov, pengamat isu-isu Korea mengatakan, bahkan di era perang dingin, belum pernah muncul kondisi berbahaya seperti kondisi saat ini di Semenanjung Korea yang dapat memicu perang dunia ketiga. Khususnya menurut pandangan Cina dan Rusia, berlanjutnya penempatan militer dan langkah Amerika di Asia Timur seperti penempatan sistem anti rudal di Korsel dan manuver besar-besaran Washington dengan Seoul dan Tokyo, serta yang lebih penting eskalasi penempatan militer di kawasan Asia dan Samudra Pasifik akan menjadi ancaman keamanan besar bagi Moskow dan sekutunya, yakni Beijing.
Dalam hal ini, Moskow dan Beijing selain menentang penempatan militer Amerika, juga melakukan langkah-langkah nyata untuk melawan kebijakan Amerika seperti menggelar manuver bersama, pernyataan penentangan politik dan diplomatik terhadap kebijakan dan langkah Amerika serta meningkatkan interaksi militer dan keamanan.
Menurut pandangan Rusia, peningkatan sistem anti rudal Amerika di Eropa dan kini Asia Timur yang memiliki kemampuan melacak rudal nuklir strategis Rusia serta Cina sama halnya dengan tindakan mematahkan kemampuan nuklir Moskow dan Beijing.
Program Washington menciptakan sistem global anti rudal dimulai sejak empat tahun lalu dengan menempatkan sistem radar di Jepang dan kini fase lain dari rencana tersebut yakni penempatan sistem anti rudal THAAD di Korea Selatan.

Moskow dan Beijing berulang kali menekankan bahwa sistem anti rudal ini memiliki jangkauan sampai ke luar perbatasan Korea Selatan dan memungkinkan Korsel serta Amerika melacak rudal, mengumpulkan data intelijen dari rudal Cina dan Rusia serta memiliki kemampuan koneksi dengan sistem anti rudal AS di Jepang.
Meski ada protes berulang dari Rusia dan Cina, sebagai dua kekuatan militer rival Amerika di Eropa dan Asia Timur, Washington tanpa mengindahkan protes ini tetap melanjutkan aksinya. Mereaksi hal ini, Rusia bukan saja mengambil langkah serupa, bahkan Moskow kini fokus pada perancangan rudal yang melampaui jaringan sistem anti rudal Amerika. (MF)