Interferensi Barat dalam Kasus Skripal
-
Skripal dan putrinya
Perwakilan Rusia untuk Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) pada Rabu (4/4/2018) mengkonfirmasikan penyerahan usulan bersama Rusia, Iran, dan Cina untuk melakukan penyelidikan baru terkait insiden "Skripal".
Alexander Shulgin menyatakan bahwa Rusia, Iran dan Cina sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan menegaskan Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya mencegah persetujuan terhadap usulan tersebut di Dewan Eksekutif OPCW.
Dari 41 anggota Dewan Eksekutif, 23 negara mendukung usulan tersebut, namun untuk menyetujuinya, diperlukan dua pertiga anggota Dewan Eksekutif OPCW. Organisasi tersebut pada hari Rabu menggelar sidang guna membahas tuduhan Inggris terhadap Rusia soal keterlibatan Moskow dalam insiden keracunan Sergei Skripal, mantan mata-mata ganda Rusia di Inggris.

Skripal dan putrinya teracuni pada 4 Maret di Salisbury, di barat daya Inggris, dengan bahan yang diklaim oleh London sebagai zat kimia militer "Novicach" yang dikembangkan oleh Uni Soviet. Inggris menganggap Rusia bertanggung jawab atas insiden tersebut, sementara Rusia menolak tuduhan itu dan menyatakan siap bekerjasama dengan Inggris untuk mengungkap fakta sebenarnya. Namun, London enggan memberikan bukti dan bekerjasama dengan Moskow.
Pertanyaannya sekarang adalah mengapa Barat menginterferensi penyelidikan menyeluruh secara teknis terhadap insiden Skripal? Jawabannya adalah bahwa bagi Barat, yang dalam beberapa tahun terakhir selalu berusaha meningkatkan tekanan dan sanksi terhadap Rusia, insiden Skripal adalah alasan terbaik untuk melawan Moskow, karena menurut mereka, Rusia sangat rentan dalam hal ini.
Tetapi berbeda dengan perspektif tersebut, Moskow bergerak maju dengan cepat untuk mengklarifikasi fakta di balik insiden Skripal, dan sekarang Barat yang bersikap bertentangan dengan klaim awal mereka serta menginterferensi pengungkapan fakta untuk kasus tersebut.
Tentu sejumlah transformasi cukup membantu memahami sikap Barat itu, termasuk fakta bahwa para peneliti senjata kimia Inggris gagal membuktikan bahwa gas saraf yang digunakan dalam keracunan "Skripal" adalah milik Rusia. Gary Aitkenhead, direktur Porton Down Laboratory yang berafiliasi dengan militer Inggris mengatakan, "Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di laboratorium, tidak dapat dibuktikan bahwa zat beracun dalam kasus Skripal adalah milik Rusia."
Di sisi lain, sekarang telah menjadi jelas bahwa zat tersebut dapat diproduksi di 20 negara dunia. Dalam hal ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "Menurut para ahli internasional, hampir di 20 negara dapat memproduksi zat saraf yang sama, dengan demikian, tuduhan Rusia sebagai produsen dari bahan kimia yang meracuni Skripal pada dasarnya bukan masalah yang dapat dibuktikan."
Degan demikian, tidak ada bukti pasti tentang keterlibatan Moskow dalam keracunan kimia Skripal, sebagaimana yang dituduhkan oleh Inggris dan AS dan sejumlah sekutu mereka, di mana sekarang mereka sendiri menghalangi pelaksanaan penyelidikan menyeluruh terkait kasus tersebut.(MZ)