Sidang Pemimpin Eropa untuk Selamatkan JCPOA
(last modified 2018-05-17T11:11:49+00:00 )
May 17, 2018 18:11 Asia/Jakarta
  • Kesepakatan 28 Negara Eropa Pertahankan JCPOA
    Kesepakatan 28 Negara Eropa Pertahankan JCPOA

Para pemimpin 28 negara anggota Uni Eropa mencapai kesepakatan terkiat pendekatan terpadu untuk menyelamatkan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). Hari Rabu (16/5), para pemimpin negara anggota Uni Eropa ini bersidang di Sofia, ibukota Bulgaria dan mereka mencapai kata sepakat untuk mendukung JCPOA.

Sikap bersatu para pemimpin Eropa di sidang Sofia selaras dengan sikap tiga negara besar Eropa anggota Kelompok 5+1 yakni Jerman, Perancis dan Inggris dalam mendukung kesepakatan nuklir.

 

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini yang kini bertanggung jawab mengarahkan langkah-langkah demi mempertahankan JCPOA  berusaha membujuk Tehran untuk tidak keluar dari kesepakatan ini melalui berbagai prakarsanya seperti sidang bersama tingkat menlu tiga negara Eropa anggota Kelompok 5+1 dengan menlu Iran serta pemberian paket insentif dan jaminan ekonomi serta perdagangan kepada Iran.

 

Bagaimana pun juga Eropa mengkritik kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memilih keluar dari JCPOA. Kritikan paling pedas dilontarkan oleh Donald Tusk, Ketua Dewan Eropa. Seraya menjelaskan bahwa perilaku Trump terkesan plin-plan dan mencengangkan, Tusk mengatakan, menyusul keluarnya presiden AS dari JCPOA, negara-negara Eropa merasa perlu melawan keputusan ini dan menunjukkan protesnya.

Donald Tusk

 

Menurut pandangan Tusk, selama Iran komitmen dengan JCPOA, para pemimpin Eropa juga harus tetap komitmen terhadap kesepakatan nuklir ini. Di sisi lain, langkah anti JCPOA Trump mendorong para pemimpin Uni Eropa melepas ilusi mereka terkait solidaritas dan lengketnya kepentingan Eropa serta Amerika.

 

Sebelumnya, para pemimpin tiga negara Eropa anggota Kelompok 5+1 melalui berbagai pertemuan dan lobi, berusaha meyakinkan Trump untuk tetap di JCPOA. Bahkan mereka bersedia mengamini tuntutan Trump di luar kesepakatan nuklir. Tapi keputusan Trump keluar dari JCPOA pada 8 Mei lalu, membuat para pemimpin Eropa menyadari bahwa Amerika bertindak demi kepentingan pribadinya tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain, bahkan para sekutunya sendiri.

 

Wajar jika pendekatan seperti ini mendorong Eropa semakin menjahui Amerika. Terkait hal ini Donald Tusk mengatakan, "Eropa harus berterima kasih kepada Trump, berkat presiden Amerika, Eropa berhasil menghapus ilusinya." Sejatinya Trump berusaha ingin menghancurkan JCPOA sebagai prestasi diplomasi dan politik terbesar Eropa pasca perang dingin.

 

Kanselir Jerman, Angela Merkel seraya menekankan JCPOA sebagai sebuah kesepakatan internasional dan mengisyaratkan friksi AS dan Eropa terkait kesepakatan nuklir mengatakan, "Isu nuklir Iran bukan tak penting atau remeh."

 

Di sisi lain, langkah Trump khususnya menjatuhkan kembali sanksi nuklir terhadap Iran dan sanksi baru, telah membahayakan kepentingan perdagangan dan ekonomi Eropa. Selain itu, Eropa juga khawatir keamanan dan stabilitas regional serta internasional terancam dengan bubarnya JCPOA, di tambah dengan kekhawatiran akan komitmen internasional berbagai negara dipertanyakan.

 

Tentu saja beragam kekhawatiran ini menjadi faktor utama para pemimpin Eropa memilih bersatu dan sepakat untuk mempertahankan kesepakatan nuklir dengan Republik Islam Iran. (MF)

 

 

Tags