Eskalasi Islamphobia di Inggris
(last modified Thu, 09 Aug 2018 08:42:13 GMT )
Aug 09, 2018 15:42 Asia/Jakarta
  • aksi anti-Muslimah di Inggris
    aksi anti-Muslimah di Inggris

Dalam lanjutan protes terhadap pernyataan kontroversial Boris Johnson, mantan menteri luar negeri Inggris, Brandon Lewis, Ketua Partai Konservatif Inggris, menuntut Johnson untuk meminta maaf atas pernyataannya terkait Muslimah yang memakai burka.

Sebelumnya Johnson, mengemukakan pernyataan menghina yang dirilis di Daily Telegraph bahwa dia setuju untuk melarang jilbab di tempat umum dan menyebut burka "konyol". Dia juga menyamakan Muslimah yang mengenakan burka dengan "kotak surat" dan "perampok bank.”

 

Pernyataan Johnson itu mengemuka di saat dalam beberapa bulan terakhir, terjadi serangan kebencian terhadap Muslim, terutama Muslimah di Eropa. Kaum  Muslimah tidak hanya rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh tindakan islamphobia, mereka juga dihadapkan pada diskriminasi sosial dalam masyarakat Eropa, termasuk di tempat kerja dan juga masalah gaji.

 

Muslimah dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi korban utama islamphobia di Eropa. Menurut laporan dari Pusat Dokumentasi dan Konsultasi tentang Urusan Muslim di Austria, 98 persen serangan terhadap kaum Muslim terjadi terhadap Muslimah.

 

"Situasi Muslim Inggris telah menjadi lebih buruk dalam hal Islamphobia," kata Hojat Ramzi, kepala Cabang Oxfordshire Tell MAMA Institute.

 

Peningkatan gelombang pengungsian Muslim dari negara-negara Asia Barat ke Eropa, ancaman dan serangan teroris di Eropa serta penisbatannya dengan Muslim, juga aktivitas media yang berbahaya yang mengaitkan berbagai masalah teroris dengan Muslim di Eropa, khususnya di Inggris, semakin mengancam keamanan jiwa warga Muslim Eropa.

Muslimah Inggris

 

Tren ini telah meningkat dengan berkuasanya kelompok ekstremis sayap kanan di beberapa negara Eropa dan penentangan kuat mereka terhadap imigran dan Muslim. Di Inggris, Partai Konservatif, yang meliputi Kabinet Teresa, bukan hanya memperburuk islamphobia, tetapi juga memanfaatkannya sebagai senjata politik untuk mendapatkan kekuatan politik dan menggalang suara dari kelompok ekstremis dalam pemilu.

 

Saidah Waresi, mantan wakil ketua Partai Konservatif Inggris dalam hal ini, mengatakan bahwa Johnson bertindak dengan cara yang telah direncanakan untuk menggalang dukungan kelompok sayap kanan ekstrim. Menurutnya, "Pernyataan ofensif ini, pada saat yang sama merupakan strategi cerdas.”

 

Sejumlah politisi Inggris meningkatkan agitasi anti-Islam di saat Muslim Council of Britain secara resmi menyerukan penelitian tentang islamphobia oleh partai berkuasa Konservatif Inggris.

 

Dalam hal ini, Mohammad Amin, anggota Partai Konservatif Inggris dan ketua komunitas Muslim konservatif, memperingatkan bahwa partai berkuasa telah mengabaikan peringatan repetitif tentang masalah islamphobia.

 

Dalam konteks ini, pernyataan menghina Boris Johnson sekali lagi menunjukkan bahwa pemerintah Inggris, tidak seperti dalam slogannya untuk melawan islamphobia dan perlindungan hukum Muslim, bukan hanya tidak menunjukkan langkah efektif untuk mengurangi kebencian terhadap Muslim, justru ikut mengobarkan sentimen anti-Muslim.(MZ)

Tags