Rusia dan Harapan Euro Menggantikan Dolar
(last modified Wed, 26 Dec 2018 14:43:21 GMT )
Des 26, 2018 21:43 Asia/Jakarta
  • Euro Gantikan Dolar
    Euro Gantikan Dolar

Langkah dan kebijakan sepihak serta arogan Amerika di era Presiden Donald Trump, khususnya penerapan sanksi terhadap rival dan musuh Washington serta ancaman sanksi kepada sekutunya mendorong banyak pemerintah dan bahkan mitra Eropa Amerika mengkritik penyalahgunaan sanksi oleh Washington dan dolar untuk menekan negara lain. Dengan demikian negara-negara ini mulai mempersiapkan langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar.

Rusia sebagai rival internasional Amerika dan saat ini menghadapi sanksi luas Washington, mulai menekankan pengapusan dolar dari sistem pembayaran dan petinggi negara ini meyakini bahwa peran dolar dan sistem finansial Amerika di ekonomi global harus dikurangi.

 

Dalam hal ini, Maxim Oreshkin, Menteri Pengembangan Ekonomi Rusia hari Selasa (25/12) mengusulkan kepada negara-negara Uni Eropa untuk mengakhiri penggunaan dolar di transaksi finansial dan membayar Euro kepada Rusia di sektor perdagangan energi.

Maxim Oreshkin

 

Ia meyakini bahwa dolar AS bukan satu-satunya sistem pembayaran resim antara Rusia dan Eropa dan saham dolar di transaksi perdagangan asing Rusia termasuk dengan negara-negara Eropa akan dikurangi.

 

Menurut Oreshkin, perdagangan sumber mentah (minyak, gas dan bahan mentah) dengan Euro akan mengurangi saham dolar di pembayaran finansial kedua neagra. Tapi untuk merealisasikan hal ini dibutuhkan upaya dan kerja sama kolektif.

 

Depertemen Keuangan dan Pengembangan Ekonomi serta Bank Sentral Rusia beberapa waktu lalu menyodorkan rencana untuk mengurangi peran dolar di ekonomi negara ini kepada pemerintah.

 

Menurut Anton Siluanov, deputi pertama perdana menteri dan menteri keuangan Rusia, dolar Amerika berubah menjadi alat dan juga sangat riskan di pembayaran finansial.

 

Rusia dengan sejumlah negara termasuk Cina dan India berdagang dengan mata uang nasional masing-masing serta berencana menerapkan metode serupa di perdagangan dan ekonomi dengan negara lain seperti Turki dan Iran.

 

Pendekatan Rusia menggunakan valuta asing non dolar di transaksi finansial dan perdangangan diambil mengingat kebijakan AS menerapkan beragam sanksi kepada negara lain serta politisasi dolar guna menekan ekonomi negara lain.

 

Amerika berulang kali menyalahgunakan posisi dolar sebagai valuta utama internasional dan menjadikannya sebagai alat untuk menekan pihak lain. Kini Eropa sama seperti Rusia dan Cina mulai menghapus dolar dari sistem transaksi finansial dan perdagangan mereka.

 

Usulan Moskow kepada Eropa juga digulirkan dalam kerangka ini. Berlanjutnya proses saat ini akan mendorong pengurangan penggunaan dolar dan pada akhirnya semakin lemahnya posisi dolar di sektor perdagngan internasional serta transaksi finansial global.

 

Dana Moneter Interansional (IMF) dilaporannya mengkonfirmasikan turunnya peran dolar di cadangan valuta asing di berbagai negara dunia dan menyatakan, saham dolar di cadangan vaulta asing di berbagai negara dunia selama triwulan pertama 2018 menurun dan mereka cenderung menggunakan Euro, Yuan, dan Pound sterling. Dengan penurunan drastis ini, dolar terancam kehilangan posisinya sebagai valuta pertama di tingkat internasional.

 

Laporan berbagai negara kepada IMF terkait cadangan valuta asing mereka menunjukkan selama triwulan pertama 2018, dolar 6,5 triliun dan dengan kata lain sebanyak 62 persen dari cadangan valuta asing dunia.

 

Menurut data statistik IMF, Euro menempati posisi kedua setelah dolar dan saham mata uang bersama Eropa ini di cadangan valuta asing berbagai negara sebesar 20 persen.

 

Tak diragukan lagi, kebijakan dan langkah Donald Trump memainkan peran penting dan banyak negara sampai pada kesimpulan untuk mengurangi ketergantungannya kepada AS dan dolar. (MF)