New York Times: AS Bukan Tentara Bayaran Saudi
https://parstoday.ir/id/news/world-i73916-new_york_times_as_bukan_tentara_bayaran_saudi
Jurnalis surat kabar Amerika Serikat mengatakan, Arab Saudi ingin membunuh tentara Amerika dalam perang melawan Iran, dan perang melawan Iran adalah bencana. Menurutnya, satu-satunya jalan keluar dari krisis ini adalah Amerika kembali ke kesepakatan nuklir Iran, JCPOA.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Sep 19, 2019 19:20 Asia/Jakarta
  • pasukan Amerika
    pasukan Amerika

Jurnalis surat kabar Amerika Serikat mengatakan, Arab Saudi ingin membunuh tentara Amerika dalam perang melawan Iran, dan perang melawan Iran adalah bencana. Menurutnya, satu-satunya jalan keluar dari krisis ini adalah Amerika kembali ke kesepakatan nuklir Iran, JCPOA.

Fars News (19/9/2019) melaporkan, Nicholas Kristof, Rabu (18/9) di artikelnya yang dimuat New York Times menulis tentang ketegangan terbaru Amerika dengan Iran pasca serangan balasan Yaman ke kilang minyak Saudi.

Kristof menuturkan, Amerika tidak boleh menjadi tentara bayaran Saudi dengan berperang mewakili Riyadh.

Terkait tuduhan Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo terhadap Iran, Nicholas Kristof menjelaskan, balasan Iran atas setiap agresi militer adalah balasan mematikan, dan Presiden Amerika, Donald Trump tengah berhadapan dengan situasi yang rumit.

Ia menyebut tidak adanya tindakan Amerika terhadap Iran menyebabkan citra Washington yang lemah semakin kuat, di sisi lain langkah anti-Iran dapat memicu perang yang akibatnya sangat berat bagi Amerika.

Kristof menerangkan, ini bahkan lebih bahaya dari gambaran lemahnya Amerika, karena dapat keluar dari kontrol dengan cepat. Iran akan menyerang target-target di Saudi, Uni Emirat Arab atau Bahrain, dan menggempur pasukan Amerika di Irak atau Afghanistan.

"Perang total melawan Iran, adalah bencana. Iran punya populasi dua kali lipat dari Irak, dan merupakan lawan yang lebih kuat dari Irak. Oleh karena itu Trump sedang berhadapan dengan dilema nyata, tidak bertindak disebut lemah, di sisi lain langkah militer bisa keluar kontrol, dan menyeret kita ke sebuah bencana. Tapi dilema ini dibuat sendiri oleh Trump," pungkasnya. (HS)