Dimensi Baru Ukraine Gate; Ketika Muncul Informan Kedua
(last modified 2019-10-07T11:28:07+00:00 )
Okt 07, 2019 18:28 Asia/Jakarta
  • Donald Trump dan Volodymyr Zlensky
    Donald Trump dan Volodymyr Zlensky

Skandal Ukraine Gate mengungkap dimensi baru setiap hari dan kemungkinan besar pemakzulan Donald Trump, Presiden Amerika Serikat menjadi semakin nyata. Selain informan pertama yang menyebabkan terungkapnya percakapan telepon Trump dengan mitra Ukraina-nya, kini kehadiran informan kedua, yang dikatakan telah hadir secara langsung dalam insiden itu, telah meningkatkan kemungkinan pemakzulan Trump.

Dalam hal ini, Mark Zaid, pengacara informan kedua yang mengetahui hubungan pemerintah Donald Trump hari Sabtu menyatakan bahwa kliennya yang seorang pejabat intelijen memiliki informasi tangan pertama dan telah disampaikan kepada Michael Atkinson, Inspektur Jenderal Intelijen AS. Atkinson telah melakukan interogasi atas informan kedua yang seperti informan pertama merupakan anggota staf dari komunitas intelijen Amerika. Zaid juga menjadi pengacara bagi informan pertama yang mengungkap hubungan Trump dan pemerintahnya.

Michael Atkinson, Inspektur Jenderal Intelijen AS

Informan pertama yang diduga agen CIA, baru-baru ini mengajukan pengaduan kepada Komunitas Intelijen AS bahwa Trump, dalam percakapan telepon dengan mitranya dari Ukraina Volodymyr Zlensky pada 25 Juli, telah memintanya untuk bantuan militer ke negara itu agar mulai menyelidiki Joe Biden, kemungkinan pesaing utama Trump dalam pemilihan presiden.

Menurut Trump, putra Joe Biden, Hunter Biden, adalah anggota dewan direksi sebuah perusahaan energi di Ukraina ketika ayahnya menjabat wakil presiden dan Joe Biden telah menyalahgunakan posisinya untuk menghalangi penyelidikan atas kegiatan ilegal putranya.

Atkinson berbicara dengan para anggota DPR AS dalam sidang tertutup pada hari Jumat tentang verifikasi kandungan pengaduan informan pertama. Sekarang, pengajuan baru pengaduan dari informan kedua akan menjadi konfirmasi atas klaim informan pertama.

Mengungkap perincian kontak telepon Trump dengan Zelensky dan pernyataan oleh informan pertama menyebabkan Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, pada 24 September memerintahkan dimulainya penyelidikan pemakzulan Trump. Menurut Pelosi, tindakan Trump membahayakan integritas pemilu AS dan mengancam keamanan nasional.

Dengan memperhatikan dimulainya proses pemakzulan Trump yang didukung oleh lebih dari 225 anggota Dewan Perwakilan Rakyat, masalah ini sekarang diangkat secara lebih serius dengan pernyataan dan pengaduan informan kedua dan Trump tidak akan lagi dapat dengan mudah menghindarinya seperti kasus sebelumnya, yakni klaim persekongkolan tim pemilunya dengan Rusia dalam pemilu presiden 2016.

Kubu Demokrat telah memberikan banyak tekanan pada Trump untuk mengeluarkannya dari kancah politik Amerika dengan memenangkan mayoritas kursi DPR AS sejak awal tahun 2019 hingga sekarang. Dapat diprediksi bahwa pemakzulan Trump di DPR akan memenangkan suara yang diperlukan dan bahwa Senat AS kemudian harus mengklarifikasi tugasnya.

Meskipun prediksi menunjukkan bahwa dikarenakan mayoritas Kubu Republik di Senat AS, pemakzulan Trump tiak mendapat suara yang dibutuhkan, tapi kritikan para senator Republik baru-baru ini terhadap Trump, gaya tingkah lakunya serta reaksi keras dan memicu kontroversi Trump telah menyebabkan muncul keraguan tentang ini.

Tiga senator Partai Republik, Mitt Romney, Ben Sass dan Susan Collins, telah menyuarakan keprihatinan atas permohonan Trump kepada pemerintah asing untuk memenangkan pemilu presiden 2020. Mitt Romney, yang tidak bersimpati pada Trump, menjelaskan di halaman Twitter-nya bahwa permintaan Trump dari Cina untuk menyelidiki calon penantang Demokratnya, Joe Biden, hanya bermotivasi politik. Romney menegaskan bahwa permintaan presiden dari Cina dan Ukraina yang kurang ajar dan belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyelidiki tentang Joe Biden adalah salah dan mengerikan.

Mitt Romney dan Donald Trump

Sebaliknya, Trump dalam tweetnya melakukan penghinaan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Mitt Romney. Dalam sebuah akun Twitter-nya pada hari Sabtu, presiden AS menggambarkan Senator Republik Mitt Romney, yang pernah berniat mencalonkan dirinya sebagai menteri luar negeri, sebagai "keledai sombong." Langkah Trump ini tidak diragukan lagi telah membangkitkan pesimisme dan penentangan terhadapnya, bahkan di antara para senator Republik. Itulah sebabnya beberapa Republikan harus berharap bahwa sebagian Republikan akan memberikan suaranya melawan Trump, bila masalah pemakzulannya disampaikan di Senat.

Tags