Tekad Rusia-Iran Usir Teroris dari Nagorno-Karabakh
Rusia berulangkali memperingatkan ancaman bahaya keamanan yang disebabkan oleh kehadiran teroris ekstrem di negara itu, dan negara-negara sekitar Timur Dekat. Sekarang Moskow kembali memperingatkan kehadiran teroris di perang Nagorno-Karabakh, dan dampak seriusnya.
Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Oleg Syromolotov, Senin (21/12/2020) menuntut pengusiran teroris dan pasukan bayaran asing dari wilayah Nagorno-Karabakh.
Ia menegaskan, pasukan bayaran ekstrem tidak boleh ada di wilayah ini, keterlibatan petempur, dan teroris dari Asia Barat dalam perang di Nagorno-Karabakh adalah realitas yang tidak bisa dibantah, dan realitas ini bukan hanya dikonfirmasi oleh Rusia, tapi oleh negara-negara lain juga.
Peringatan pejabat Rusia ini menunjukkan bahwa pasca pemberlakuan gencatan senjata dalam perang terbaru di Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan, pada 10 November 2020 dengan mediasi Rusia, sampai saat ini teroris dan ekstremis masih berada di Nagorno-Karabakh. Menurut pemerintah Rusia, jumlah para teroris di Nagorno-Karabakh mencapai sekitar 2.000 orang.
Kekhawatiran tentang kehadiran ekstremis di Nagorno-Karabakh tidak lebih besar dari kekhawatiran terkait kehadiran mereka di Republik Azerbaijan khususnya di wilayah perbatasan dekat Iran, dan potensi perluasan kehadirannya di Kaukasus Selatan, kemudian Rusia. Masalah ini yang sebenarnya memicu kekhawatiran mendalam Moskow.
Direktur Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergey Naryshkin beberapa waktu lalu sehubungan dengan hal ini mengatakan, wilayah Nagorno-Karabakh mungkin saja berubah menjadi pintu masuk organisasi-organisasi teroris internasional ke negara-negara kawasan termasuk Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin (18/12) dalam pertemuan virtual Persemakmuran Negara-negara Merdeka menegaskan konflik dan perang di Nagorno-Karabakh telah meningkatkan bahaya penyebaran terorisme di kawasan.
Rusia saat ini juga berhadapan dengan ancaman teror oleh para teroris di negara-negara persemakmuran. Maka dari itu Moskow merasakan adanya bahaya serius dari teroris di dalam negeri, dan di luar perbatasannya, yaitu di Suriah, sehingga ia harus melancarkan perang terhadap teroris.
Pada saat yang sama, kebijakan Turki terkait upayanya melatih teroris, mempersenjatai dan mengirim mereka ke wilayah-wilayah krisis semacam Libya, dan sekarang ke Nagorno-Karabakh, telah menambah kekhawatiran Rusia.
Salah satu pengajar di Institut Geopolitik Prancis, Dr. Pierre-Emmanuel Thomann mengatakan, ada kemungkinan Kaukasus dengan dukungan Turki akan berubah menjadi sebuah tempat untuk merekrut teroris ekstrem dari seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, Rusia dalam hal ini tidak sendirian, Iran beberapa kali juga memperingatkan kehadiran teroris di Nagorno-Karabakh dan wilayah dekat perbatasannya, serta ancaman keamanan akibat kehadiran teroris itu.
Hal yang pasti adalah, kelanjutan kehadiran ekstremis di kawasan dapat meningkatkan ancaman keamanan, dan hal itu hanya bisa diatasi dengan kerja sama negara-negara tetangga Republik Azerbaijan termasuk Rusia dan Iran. (HS)