Keputusannya Keliru, Presiden Komisi Eropa Diminta Mundur
Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen dilaporkan di bawah tekanan untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah keputusan buruknya untuk memblokir vaksin yang dibawa ke Inggris.
Seruan untuk memblokir vaksin yang memasuki Inggris –setelah perselisihan dengan pembuat vaksin AstraZeneca mengenai pasokan vaksinnya– akan melanggar perjanjian perdamaian, the Belfast Good Friday peace agreement.
Keputusan di atas juga diambil oleh Von der Leyen tanpa berkonsultasi dengan pejabat tinggi Uni Eropa lainnya sehingga dia diminta untuk mundur dari jabatannya.
Perkembangan terbaru terjadi ketika politisi Uni Eropa itu menghadapi tekanan untuk meningkatkan kecepatan peluncuran vaksin Covid-19 setelah awal yang sangat lambat.
Hal ini diperparah dengan pengumuman AstraZeneca bahwa mereka tidak akan dapat mengirimkan sebanyak mungkin vaksin ke Uni Eropa seperti yang direncanakan, karena kesulitan produksi.
Politisi dan pejabat tinggi Uni Eropa itu meminta AstraZeneca untuk mengalihkan vaksin yang ditujukan ke Inggris ke Uni Eropa sebagai gantinya, yang akan menjadi pelanggaran kontak dengan pemerintah Inggris.
Presiden Komisi Eropa pada Rabu (10/2/2021) mengakui Eropa terlambat menyetujui dan meluncurkan vaksin COVID-19. Dia menyatakan mereka terlalu percaya diri bahwa vaksin dapat dikirim tepat waktu.
Von der Leyen juga menyampaikan penyesalan atas rencana awal pembatasan ekspor ke Irlandia Utara yang dikuasai Inggris. Pembatasan itu akan berdampak pada pengaturan perbatasan yang keras antara Inggris dan anggota Uni Eropa, Republik Irlandia, dan menghidupkan kembali ketegangan di wilayah tersebut. (RA)