Basij di Mata Ayatullah Khamenei
(last modified Thu, 01 Dec 2022 07:22:26 GMT )
Des 01, 2022 14:22 Asia/Jakarta
  • Pertemuan anggota Basij dengan Ayatullah Khamenei
    Pertemuan anggota Basij dengan Ayatullah Khamenei

"Basij adalah Maktab Cinta dan Maktab Syahid dikenal dan tak dikenal, di mana telah memberi lantunan syahadah dan keberanian sebagai puncak tertingginya. Betapa sastra yang luar biasa dan ungkapan yang tinggi! Pohon lebat penuh buah yang mekarnya menganugerahkan aroma musim semi dan kesegaran kepastian dan hadis cinta."

Ini adalah ungkapan murni Imam Khomeini, semoga Allah merahmatinya, tentang Basij.

Ayatullah Khamenei, dalam pertemuan dengan ratusan anggota Basij, menyebut pembentukan Basij sebagai salah satu prakarsa terpenting Imam Khomeini, dan dengan mengatakan beberapa kata yang menggambarkan Basij, Rahbar menganggap lembaga rakyat ini sebagai budaya, pemikiran, dan wacana yang memiliki kapasitas untuk menggerakkan bangsa besar dapat maju dengan langkah besar.

Pertemuan anggota Basij dengan Ayatullah Khamenei

Bangga menjadi anggota Basij, Imam Khomeini berkata dalam sebuah pernyataan pada bulan Desember 1988 dengan rendah hati, dengan cinta dan pengabdian kepada anggota Basij, "Saya mencium setiap tangan Anda". Rahbar menyatakan, "Kalian Basij hari ini adalah pendengar dari pernyataan ini. Imam tidak mengatakan Basij tahun 60-an, tetapi beliau mengatakan Basij. Anda dan Basiji setelah Anda, sampai periode mendatang, semua termasuk dalam ucapan Imam ini, "Saya mencium tangan Anda".

Ayatullah Khamenei menyebut berkhidmat tanpa pamrih dan tak berharap dari masyarakat dan negara sebagai budaya Basiji dan menyatakan, "Apa arti budaya Basiji? Artinya, kaki setinggi lutut tenggelam dalam lumpur karena membersihkan rumah dan kamar keluarga yang terendam banjir. Artinya menempatkan dirinya dalam bahaya tertular virus Corona dan bahaya kematian demi menyelamatkan pasien Corona dan menjauhkannya dari bahaya kematian. Budaya Basij berarti tidak pernah bosan membantu karena iman.

Dalam skala yang lebih luas, Ayatullah Khamenei menganggap budaya Basij sebagai budaya pejuang tanpa nama seperti syuhada nuklir dan syahid seperti Syahid Kazemi, yang memasuki medan konfrontasi dengan musuh dalam setiap kampanye politik dan militer dengan karya ilmiah dan penelitian dan tanpa berharap apa pun, mereka melakukan semua yang mereka bisa.

Rahbar mengatakan, “Budaya Basij adalah siap menghadapi risiko, tidak takut, berkhidmat untuk semua orang dan untuk negara, lebih mementingkan orang lain, bahkan siap ditindas untuk membebaskan yang tertindas. Anda lihat dalam kasus-kasus baru-baru ini, orang-orang Basij tertindas. Mereka tertindas agar bangsa tidak tertindas oleh segelintir pembuat onar - tidak sadar atau bodoh atau tentara bayaran. Mereka sendiri ditindas untuk menghentikan penindasan terhadap orang lain. Mereka tidak membiarkan diri mereka putus asa."

Pertemuan anggota Basij dengan Ayatullah Khamenei

Rahbar menyebut upaya melatih dan menciptakan metode yang terupdate di Basij, serta persiapan Basij untuk memajukan negara, sebagai salah satu kapasitas penting negara dan mengingatkan bahwa kapasitas dan semangat Basij dan tidak takut sebenarnya sudah ada di generasi bangsa Iran sebelumnya, yang sayangnya pada rezim taghut, semangat ini ditindas oleh asing atau pemerintahan yang korup. Pemimpin Besar Revolusi Islam, menyebut pejuang seperti Sheikh Mohammad Khiyabani, Mohammad Taqi Khan Pessian, Mirza Kochak Khan Janggali, Agha Najafi, Asayid Abd Al-Hossein Lari dan Rais Ali Delwari serta ulama seperti Sheikh Jafar Mahalati sebagai Basij yang telah melakukan langkah-langkah berpengaruh

Ayatullah Khamenei menganggap kemenangan revolusi sebagai penyebab pembebasan semangat dan berkembangnya bakat, budaya, dan pemikiran Basij, dan menyebut keberadaan jutaan Basij resmi dan tidak resmi di Iran sebagai kenangan akan Imam Khomeini, yang tetap ada. dan akan tetap untuk masa depan. Rahbar berkata, “Sejalan dengan fenomena mobilisasi ini di negara kita, Basij juga ada di dunia Islam. Kita juga memiliki jutaan orang Basij di dunia Islam. Para Basij tidak mengerti bahasa kita, dan kita juga tidak mengerti bahasa mereka, tapi bahasa hati kita dan hati mereka sama."

Ayatullah Khamenei mengutip dari Imam Khomeini, menyebut Basij sebagai pohon kebaikan yang buahnya bermacam-macam. Rahbar mengatakan, pohon yang baik, seperti disebutkan dalam Al-Quran "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit," Ciri-ciri pohon kebaikan adalah ia menghasilkan buahnya yang manis dan hasilnya di setiap masa.”

Pertemuan anggota Basij dengan Ayatullah Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam, sembari mengungkapkan buah manis Basij, mencatat bahwa keberadaan Basij menunjukkan bahwa revolusi itu hidup, lahir dan produktif. Di sisi lain, semangat kerja jihad tanpa berharap dan tanpa nama dan lencana Basij menciptakan lompatan di negeri ini dan memajukannya. Selain itu, kegiatan Basij dikaitkan dengan spiritualitas yang meningkatkan motivasi dan semangat kerja. Rahbar menyebut idealisme dan gerakan menuju nilai-nilai bersama dengan pragmatisme di antara berkah semangat Basiji dan menekankan bahwa Basiji itu praktis. Basij itu tidak hanya berbicara, dia bertindak. Namun seiring dengan pragmatisme, ia bergerak menuju cita-cita. Tentu saja, buah dan berkah ini selama semangat Basiji tetap terjaga di masyarakat dan dia tidak menderita wabah kesombongan.

Ayatullah Khamenei, dalam bagian lain pidatonya tentang kedudukan Basij dalam geografi politik dunia Islam, mengatakan, Front kolonialis Barat memberi perhatian khusus pada kawasan Asia Barat atau Timur Tengah. Karena kawasan itu penting dan pergerakan roda industri dunia Barat adalah karena bergantung pada minyak yang ada di wilayah kita. Sedangkan Iran adalah yang terpenting, karena kekayaannya, minyak, gas, tambang alamnya, lebih banyak dari semua negara tersebut, apalagi merupakan persimpangan jalan; Persimpangan Timur dan Barat, Persimpangan Utara dan Selatan. Dan untuk alasan ini, mereka menciptakan rezim penjarah Zionis sebagai basis mereka di wilayah tersebut untuk berperang dan menjajah.

Ayatullah Khamenei, saat menggambarkan dominasi dan tekanan Amerika terhadap Iran, mengatakan, Tekanan ini sedemikian rupa sehingga disebutkan dalam memoar para pemimpin politik era Pahlavi, bahkan Mohammad Reza Pahlavi mengeluhkan meningkatnya pemerasan Amerika, tetapi dia tidak berani berbicara. Menurut Rahbar, Terjadinya revolusi tiba-tiba membuyarkan tidur mereka dan Revolusi Islam merupakan pukulan fatal bagi kebijakan kolonial. Revolusi menciptakan penghalang yang kuat dan mendorong mereka ke tepi dan terisolasi. “Ini menjadi identitas baru. Artinya, negara mengubah identitas ketergantungan pada Inggris dan Amerika menjadi identitas independensi, kekuatan, berdiri di atas kaki sendiri, berbicara dengan kuat, tidak membayar pemerasan. Hal utama adalah tidak membayar uang pemerasan."

Merujuk pada isu ekspor Revolusi Islam ke bangsa dan negara lain, Pemimpin Revolusi Islam menambahkan, “Kami tidak bermaksud mengekspor revolusi, tetapi revolusi kami seperti aroma bunga, seperti udara musim semi, yang menyebar dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Ketika Anda memiliki taman yang penuh dengan bunga di sini, para tetangga di sekitar memanfaatkan bau bunga ini, tidak ada yang bisa menghentikannya. Dan ini terjadi. Di negara-negara lain, bangsa-bangsa tersadar dan bangun."

Ayatullah Khamenei mengingatkan bahwa Barat banyak melakukan persekongkolan untuk menghadapi sistem Islam. Dengan dukungan habis-habisan, mereka mengirim Irak untuk berperang dengan Iran, yang manifestasi nyatanya adalah kekalahan Saddam dan pendukung Baratnya dalam delapan tahun Pertahanan Suci. Rencana Amerika lainnya, yang diungkapkan sekitar 15 tahun yang lalu oleh tokoh-tokoh negara ini, adalah untuk menggulingkan enam negara Irak, Suriah, Lebanon, Libya, Sudan dan Somalia, sehingga pada akhirnya, kedalaman dan perluasan strategis Iran di wilayah tersebut akan hancur dan melemahnya negara tersebut pada akhirnya akan menyebabkan runtuhnya Republik Islam Iran sendiri. Namun rencana mereka, konspirasi mereka digagalkan oleh kekuatan Republik Islam yang hebat dan efisien. Perwujudan dan panji kekuatan besar ini adalah seseorang bernama Haj Qassem Soleimani... yang menggagalkan rencana mendalam musuh, semoga Allah meridainya."

Letjen Syahid Qassem Soleimani

Menyatakan bahwa negosiasi tidak akan menyelesaikan masalah kami dengan Amerika, Pemimpin Besar Revolusi Islam memberikan penjelasan tentang tujuan musuh mengusulkan JCPOA II dan III, dan mengatakan, "Beberapa orang mengklaim pemahaman politik dan mengatakan bahwa untuk mengakhiri kerusuhan, kami harus menyelesaikan masalah kita dengan Amerika atau mereka mengatakan Anda harus mendengarkan suara bangsa untuk mengakhiri kerusuhan. Pertanyaannya adalah, bagaimana masalah kita dengan Amerika akan diselesaikan? Apakah dengan bernegosiasi dan mendapatkan komitmen masalah akan berakhir? Pada pertemuan di Aljazair, mereka duduk dan bernegosiasi dengan Amerika Serikat tentang masalah pembebasan sandera pada tahun 1960 dan mengambil komitmen. Apakah Amerika memenuhi kewajibannya? Apakah dia menghapus sanksi dan mengembalikan kekayaan kita?"

Dari sudut pandang Pemimpin Besar Revolusi Islam, dengan memahami dan menganalisis kampanye besar-besaran ini, kita dapat memahami apa alasan desakan musuh pada JCPOA II dan III. JCPOA II berarti bahwa Iran harus sepenuhnya meninggalkan kawasan. JCPOA III berarti Iran berkomitmen untuk tidak memproduksi senjata strategis penting apa pun dan tidak memiliki drone dan rudal.

Mengacu pada kata-kata para perusuh, Ayatullah Khamenei menjelaskan, "Mereka mengatakan agar mendengarkan suara bangsa! Anda mendengar suara gemuruh bangsa dikumandangkan pada tanggal 13 Aban tahun ini? Anda mendengar suara bangsa Iran? Memangnya sudah berapa berlalu sejak pemakaman Syahid Soleimani? Kerumunan besar itu adalah suara bangsa Iran, pemakaman yang dihadiri sepuluh juta orang itu, atau mungkin lebih dari sepuluh juta dalam arti tertentu, adalah suara bangsa Iran. Hari ini, pemakaman para syahid adalah suara bangsa Iran. Ketika ada satu orang mati syahid di Isfahan, di Shiraz, di Masyhad, di Karaj, di tempat lain, banyak orang berbaris dan meneriakkan slogan melawan teroris, melawan perusuh. Inilah suara bangsa. Mengapa Anda tidak mendengar suara bangsa?"

Di akhir pidatonya, Ayatullah Khamenei memberikan nasehat kepada para Basij dengan membacakan ayat 139 Surat Al-Imran "وَ لا‌ تَهِنوا وَ لا تَحزَنوا وَ اَنتُمُ الاَعلَونَ اِن کُنتُم مُؤمِنین" (Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.)(sl)