Albania, Sarang Baru MKO (Bagian 1)
Kelompok terakhir dari anggota organisasi teroris MKO (Mujahedin-e Khalq Organization) meninggalkan Kamp Liberty Irak menuju Albania pada akhir September 2015. Kantor Haider al-Abadi, Perdana Menteri Irak dalam pernyataan resmi mengumumkan, pemerintah Baghdad sepenuhnya mengakhiri kehadiran anggota teroris MKO di Irak dan menutup kasus ini. Namun kini muncul pertanyaan bahwa apakah penutupan kasus tersebut mengindikasikan berakhirnya dukungan Amerika Serikat kepada MKO?
Anasir-anasir MKO antara tahun 1979-1981 telah meneror belasan ribu warga Republik Islam Iran termasuk para pejabat, pasukan revolusioner dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Mereka kemudian melarikan diri ke Perancis untuk beberapa waktu lamanya di bawah dukungan negara-negara Eropa dan AS. Setelah terjadi kesepakatan dengan rezim Saddam Irak, anasir-anasir MKO pindah dan menetap di negara Arab ini.
Dukungan AS kepada kelompok teroris MKO berada pada puncaknya di masa Presiden George W. Bush dan kebijakan ini berlanjut hingga di masa kepresidenan Barack Obama. Obama pada tahun 2008 mengalokasikan anggaran sebesar 400 juta dolar untuk membantu kelompok anti-Republik Islam Iran itu. MKO pernah dimasukkan ke dalam daftar hitam kelompok-kelompok teroris disebabkan aktivitasnya yang merugikan kepentingan AS, namun ketika kelompok teroris ini melayani kepentingan negara itu untuk menarget Republik Islam Iran, namanya dihapus dari daftar hitam tersebut. Penghapusan ini dilakukan ketika aktivitas MKO tidak berubah dan masih melakukan aksi teror, terutama di Republik Islam Iran.
AS, Perancis, Inggris dan sejumlah sekutu regionalnya selama bertahun-tahun menjadi tuan rumah anasir-anasir MKO dan pendukung setia mereka untuk tujuan subversif. Negara-negara tersebut membagi kelompok-kelompok teroris menjadi kelompok baik dan buruk untuk melindungi kepentingan geopolitiknya. Langkah ini tentunya mengancam keamanan global.
Sejak tiga dekade lalu, AS mendukung aktivitas MKO untuk menghapus Revolusi Islam dan meruntuhkan pemerintahan Republik Islam Iran. Washington saat ini juga menggunakan cara yang sama untuk menggulingkan pemerintahan sah Damaskus. Gerakan yang dilakukan kelompok-kelompok teroris di Irak dan Suriah adalah gerakan yang pernah dilakukan di Republik Islam Iran di tahun-tahun lalu.
Gerakan terorisme anti-Republik Islam Iran pada tahun-tahun pertama kemenangan Revolusi Islam yang dilancarrkan MKO dan sejumlah kelompok teroris lainnya terjadi di perbatsan timur, selatan dan bahkan di Tehran. Abdul Malik Rigi, seorang pemimpin kelompok teroris di timur Republik Islam Iran dalam sebuah pengakuan ketika ia ditangkap pasukan negara ini, mengatakan, para pejabat AS mengatakan bahwa operasi teror di Provinsi Sistan Balochistan tidak bermanfaat bagi mereka dan operasi ini harus dialihkan ke Tehran untuk meneror orang-orang yang menjadi target MKO.
Berkisar antara tahun 2010-2012, aksi terorisme terhadap Republik Islam Iran memasuki tahap baru. Para ilmuwan dan pakar negara ini menjadi target serangan teror, khususnya mereka yang berkecimpung di bidang nuklir. Masoud Ali Mohammadi, seorang ilmuwan nuklir Republik Islam Iran adalah salah satu korban serangan teror pada April 2010. Setelah insiden tersebut, beberapa ilmuwan negara ini juga diteror oleh anasir-anasir teroris dukungan asing. Teror terhadap para ilmuwan Republik Islam Iran semakin memperjelas tujuan di balik layar AS untuk mendukung kelompok-kelompok teroris anti-pemerintah Tehran.
Pasca tumbangnya rezim Saddam Irak, AS memberikan zona aman bagi kelompok teroris MKO di Irak. Sebagian dari mereka juga pergi ke Amerika dan hidup di bawah dukungan Negeri Paman Sam ini. Meskipun MKO memiliki banyak catatan kejahatan, namun Donald Rumsfeld, Menteri Pertahanan AS di masa itu memberikan status "orang-orang yang dilindungi" kepada anasir-anasir MKO pada tanggal 25 Juni 2004.
Dengan cara yang sama, AS juga memanfaatkan al-Qaeda. AS membentuk dan mendukung al-Qaeda untuk multi tujuan. Amerika dengan dalih memberantas al-Qaeda dan kelompok-kelompok teroris lainnya melakukan intevensi militer di kawasan bahkan Negara Adidaya itu menduduki Afghanistan dan Irak selama lebih dari 10 tahun.
Tak diragukan lagi, dukungan AS kepada kelompok-kelompok teroris merupakan bagian strategi negara ini untuk mengintervensi kawasan. Surat kabar The Independent terbitan Inggris menulis, anasir-anasir teroris di Irak terlibat dalam penumpasan warga di selatan negara ini dan pembunuhan di berbagai wilayah Kurdistan Irak.
Pada Oktober 1994, surat kabar The Wall Street Journal mengutip Hillary Clinton menyebutkan, rezim Saddam mempercayai MKO melebihi kepercayaan kepada militernya sendiri. Kelompok munafikin ini diperlakukan sebagai pasukan khusus Saddam dan berperan langsung dalam pembantaian keji terhadap masyarakat di selatan Irak pada tahun 1991.
Uni Eropa dan AS memasukkan MKO ke dalam daftar hitam organisasi teroris hingga beberapa tahun, namun setelah itu Uni Eropa menghapusnya dan keputusan ini diikuti oleh Kementerian Luar Negeri AS. Dalam sebuah langkah yang telah direncanakan, AS memasukkan dukungan kepada MKO dalam agendanya. Dukungan luas Washington kepada MKO diberikan ketika AS mengetahui bahwa kelompok teroris ini telah melakukan berbagai kejahatan mengerikan termasuk pemboman dan teror yang merenggut nyawa belasan ribu warga tak berdosa di Republik Islam Iran.
Pasca agresi militer ke Irak, ketergantungan MKO kepada Amerika semakin jelas, sebab meskipun pemerintah Irak telah menuntut penutupan Kamp Ashraf, namun kamp ini hingga dalam jangka waktu yang lama dilindungi oleh pasukan AS untuk tempat aktivitas teroris MKO. Setelah keluar dari Kamp Ashraf, anasir-anasir kelompok teroris ini dipindahkan ke pangkalan Liberty, bekas pangkalan militer AS. Pangkalan ini terletak di dekat Baghdad, ibukota Irak. Banyak bukti menunjukkan bahwa pasukan AS memberikan pelatihan militer kepada anggota-anggota MKO.
Setelah anggota-anggota MKO di pindahkan ke Irak, terjadi perubahan internal dalam organisasi teroris ini. Pasangan suami istri dipisahkan dan anak-anak mereka dikirim ke Eropa. Banyak dari mereka tidak lagi bertemu dengan keluarganya selama bertahun-tahun. Seorang pengunjung Kamp Ashraf dari Eropa mengatakan, sekitar dekade lalu, para keluarga yang tinggal di Kamp Ashraf berpisah dengan keluarga mereka, pasangan suami istri dipaksa untuk bercerai dan anak-anak mereka dikirim ke Eropa.
Saat ini, banyak anggota MKO tinggal di negara-negara Barat dan mendidik anak-anak yang dikirim ke Eropa berdasarkan ideologi kelompok teroris tersebut. Seymour Hersh, wartawan terkemuka AS mengungkap bahwa sekelompok anggota MKO berlatih mliter di Amerika di masa pemerintahan Presiden Bush. Jaringan televisi NBC Amerika pada tahun 2012 juga mengungkap bahwa rezim Zionis Israel melatih sekelompok anasir MKO untuk meneror para ilmuwan nuklir Republik Islam Iran.
Selain mendapat dukungan dari negara-negara Barat, MKO juga memperoleh dukungan finansial dari sejumlah negara Arab di kawasan. Majelis Rendah Inggris beberapa waktu lalu dalam laporannya menyebutkan, orang-orang yang dekat dengan para penguasa negara-negara Arab pesisir Teluk Persia menjadi pendukung finansial sejumlah kelompok teroris.
Negara-negara seperti AS, Perancis dan Inggris selama tiga dekade terakhir menerapkan kebijakan standar ganda terkait terorisme dan menjalin hubungan rahasia dan terang-terangan dengan MKO, bahkan dalam beberapa kesempatan, mereka menjadi tuan rumah pertemuan kelompok teroris dan munafik ini.
MKO juga telah melakukan berbagai kejahatan di Irak. Dukungan bertahun-tahun kelompok ini kepada rezim Saddam menuai kemarahan dan kebencian rakyat. Kelompok teroris tersebut terlibat dalam pembunuhan dan penumpasan oposisi Saddam. Pasca agresi militer Amerika ke Irak dan tumbangnya rezim Saddam, anasir-anasir MKO memperoleh dukungan dari negara-negara Barat terutama AS. Dukungan tersebut diberikan ketika negara-negara ini mengklaim diri sebagai pembela Hak Asasi Manusia dan komitmen untuk memberantas terorisme.
Para pejabat dan rakyat Irak telah berulang kali memprotes dan menuntut AS untuk mengusir MKO dari negara mereka. Namun Washington dan sekutunya di Eropa beberapa kali mengabaikan tuntutan tersebut. Mereka menunda-nunda pengusiran anasir-anasir MKO dari Irak. Kondisi ini berlanjut selama beberapa tahun hingga PBB dan Irak pada Desember 2011 sepakat untuk memindahkan sekitar 3.000 anggota MKO dari Kamp Ashraf di Provinsi Diyala ke pangkalan militer Liberty.
Pada Desember 2013, pemerintah Irak memindahkan kelompok terakhir dari anggota MKO ke pangkalan Liberty untuk dikirim ke negara-negara ketiga. Kini, Albania mendapat gilirannya untuk menampung anasir-anasir MKO. Negara yang dilanda ketidakamaann dan kemiskinan ini telah berubah menjadi sebuah pangkalan untuk melindungi kepentingan geopolitik sebuah kelompok teroris. Para analis meyakini bahwa pemerintah Albania telah membayakan keamanannnya dengan menampung para anasir teroris MKO.