Krisis Energi UE di Tengah Ketegangan dengan Rusia
Uni Eropa, yang sangat bergantung pada gas Rusia, menghadapi krisis energi. Para ahli memperingatkan sudah waktunya bagi blok 27 negara untuk meningkatkan hubungan dengan Moskow.
Saraf semakin tegang di UE menjelang musim dingin. Harga gas telah melonjak 250 persen sejak awal tahun dan persediaan menipis. Hampir setengah dari semua gas yang digunakan di UE diimpor dari Rusia, tetapi hubungan antara blok tersebut dan Moskow selalu rendah.
Analis mengatakan tidak mengherankan, karenanya Kremlin enggan menambah pasokan. Krisis tersebut telah dibahas pada pertemuan para menteri energi Uni Eropa yang dihadiri oleh pejabat senior Komisi Eropa.
Para ahli mengatakan warga biasa yang tertekan sekarang membayar harganya karena UE menolak untuk mengurangi retorika anti-Rusianya.
Harga gas melonjak disebabkan perrmintaan karena ekonomi bangkit kembali dari pandemi. Di UE, musim dingin dan musim semi lalu lebih dingin dari biasanya, sehingga cadangan gas di blok 27 negara itu terkena dampaknya. Sejak itu, jaringan listrik tidak mendapat banyak manfaat dari energi angin karena kondisi cuaca yang tidak ada angin.
Moskow dan Berlin menginginkan persetujuan cepat dari Nord Stream 2, jalur pipa kontroversial di bawah Laut Baltik yang akan menggandakan ekspor gas Rusia ke Jerman. Selesai awal bulan ini, pipa tidak dapat mulai mengirimkan gas sampai menyelesaikan rintangan peraturan di Komisi Eropa.
Amerika Serikat sangat menentang pipa gas Rusia-Jerman dan analis mengatakan Washington menempatkan Uni Eropa di bawah tekanan untuk mencoba dan menunda sesuatu.