Komponen Keamanan Berkelanjutan di Kawasan Menurut Rahbar (1)
Setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran, Amerika Serikat mulai melancarkan berbagai aksi-aksi destruktif di kawasan Asia Barat. Aksi-aksi ini menurunkan keamanan dan stabilitas bersama.
Intervensi militer Amerika di kawasan dari satu sisi mendorong kehadiran militer dan pengaruh asing di kawasan semakin meningkat dan dari sisi lain, intervensi ini telah menyebabkan keamanan kawasan menjadi hubungan trans-regional dan persaingan yang tidak konstruktif.
Oleh karena itu, salah satu poin penting di berbagai pandangan Rahbar, Ayatullah Khamenei terkait komponen keamanan berkesinambungan di kawasan adalah penekankan berulang beliau akan pentingnya mengidentifikasi akar dari instabilitas di kawasan.
Dengan demikian, mengenal musuh secara umum dan peran Amerika di isu ini menjadi isu paling sering diulang di berbagai pidato dan statemen Rahbar.
Sekaitan dengan ini, banyak konten yang dihasilkan oleh beliau dan pembahasan ini layak dipertimbangkan dan dijelaskan dari dimensi yang berbeda pada tiga tingkatan:
Level pertama; Pandangan historis terhadap intervensi ini dan dampak destruktifnya bagi nasib berbagai bangsa di kawasan berdasakan pengalaman dan dokumen yang ada.
Level kedua; Analisis dan penjelasan lapisan politik-ekonomi dan kehancuran budaya akibat intervensi dan tujuan AS di Asia Barat yang telah dialami dalam beberapa dekade terakhir.
Level ketiga; Kajian dan menemukan akar dari faktor dan tujuan Amerika mengobarkan instabilitas di kawasan khususnya permusuhannya terhadap pemerintahan Republik Islam Iran.
Pandangan umum Rahbar atas isu-isu ini mengindikasikan urgensitas pemahanan detail akan ancaman dan dampaknya yang menarget keamanan kolektif.
Dampak paling penting adalah meluasnya sektor pengaruh militer-politik Amerika dan Uni Eropa serta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Asia Barat, Dunia Islam, Asia Tengah dan Kaukasus Utara, khususnya di negara-negara tetangga Iran.
Rahbar sangat menekankan hal ini di berbagai kesempatan dan pertemuan diplomatik termasuk di pertemuan dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani beserta delegasi pada 12 Januari 2020. Seraya mengisyaratkan kondisi kawasan yang tidak menguntungkan, Rahbar menambahkan, penyebab kondisi ini adalah kerusakan yang dilakukan Amerika dan sekutunya, serta solusi tunggal untuk melawannya adalah bersandar pada kerja sama internal regional.
Rahbar juga menekankan, sebagian pihak, khususnya mereka yang datang ke kawasan ini dari sisi dunia lain, tidak berminat akan perluasan kerja sama negara-negara kawasan, tapi hal ini tidak berkaitan dengan mereka dan negara serta bangsa kawasan menolak intervensi seperti ini.
"Kondisi saat ini di kawasan semakin membutuhkan penguatan hubungan antar-negara dan menolak dikte asing," papar Rahbar.
Saadollah Zarei, pakar dan analis senior isu-isu kawasan saat menganalisa poin penting pidato Rahbar mengatakan, "Keamanan bukan kategori yang baik untuk satu kelompok dan buruk untuk kelompok lain, sama seperti mengganti sebuah pemerintahan tanpa mempersiapkan penggantinya tidak menguntungkan siapa pun."
Pengalaman menunjukkan bahwa menjelaskan fakta ini di berbagai isu rumit dan di puncak krisis akan dapat meringankan korban jiwa dan kerugian materi berbagai bangsa dan pemerintah dalam menghadapi konspirasi musuh. Kecerdasan politik ini, pada gilirannya, secara drastis meningkatkan biaya musuh dan memaksa mereka untuk menerima kekalahan.
Rahbar di pertemuan dengan perdana menteri Irak mengingatkan, "Amerika berbeda dengan ucapan lisannya, menilai demokrasi dan aktivitas politik saat ini di Irak merugikan mereka...Amerika dan kroni-kroninya di kawasan menentang perubahan di Irak dalam koridor demokrasi saat ini dan tokoh serta faksi yang berkuasa, dan Washington menilainya merugikan kepentingan mereka."
Ini adalah fakta yang diungkapkan Rahbar lima tahun lalu di pesannya kepada pemuda di Eropa.
Rahbar pada tahun 2015 di dua suratnya kepada pemuda Barat menekankan urgensitas menelusuri sebab umat manusia terjebak di kubangan kekerasan dan radikalisme.
Ayatullah Khamenei di suratnya tersebut menyinggung kebijakan kontradiktif Amerika dan Barat terhadap terorisme, agresi militer ke Dunia Islam, pertumpahan darah di Palestina dan pentingnya melawan ideologi radikal.
Noam Chomsky, pengamat senior di analisanya menyinggung masalah ini. Ketika Paris dilanda serangan teror, ia mengajukan pertanyaan, apakah tujuan Amerika mendorong terorisme atau mengakhirinya. Ia menulis, "Jika kalian ingin mengakhiri terorisme, pertama-tama kalian harus bertanya mengapa terorisme terjadi ? Apa alasan utama dan akar mendalamnya ? Baru kemudian kalian berusaha untuk menjawab pertanyaan ini."
Kamal Kharazi, ketua Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri Iran di pidatonya dengan tema "Peran Regional Iran, Menstabilkan atau Mendestabilisasi" yang disampaikan pada Juli 2017 di Lembaga Chatham House mengatakan, "Harus diperjelas siapa yang mendapat keuntungan dari instabilitas di kawasan ini, dan siapa yang berusaha menstabilkan status quo? ...Jika Iran tidak membantu negara-negara ini (Irak dan Suriah), dan Baghdad serta Damaksus jatuh ke tangan Daesh (ISIS), bagaimana nasib wilayah ini dalam menghadapi terorisme yang biadab seperti ISIS? Jika Baghdad dan Damaskus jatuh, apakah kalian (Eropa) saat ini akan hidup aman ?
Berdasakan laporan dan dokumen, agen-agen Amerika di CIA bekerja sama dengan Mossad dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan aktivitasnya untuk mencapai tujuan menumbangkan pemerintah atau mengobarkan friksi etnis dan mazhab di kawasan dan bahkan di dalam perbatasan Iran.
Aksi-aksi destruktif dan spionase serta anti-keamanan Amerika dan Israel melalui berbagai metode termasuk pengaruh langsung anasir dan mata-mata, memberi bantuan finansial untuk memanfaatkan kelompok anti pemerintah dan menggunakan orang-orang yang mudah ditipu untuk menciptakan kerusuhan jalanan serta menyebarkan desas desus dan meningkatkan perang syaraf.
Poin penting dalam melihat fakta-fakta ini untuk melawan instabilitas adalah dengan menemukan akar permasalahannya.