Jan 25, 2022 14:40 Asia/Jakarta
  • Tentara AS di Irak (dok)
    Tentara AS di Irak (dok)

Dokumen dan sejarah kawasan menunjukkan bahwa berbagai konfrontasi dan perang yang meningkat sejak tahun 2014 hingga kini di kawasan Asia Barat sejatinya perang proksi antara sekutu Washington.

Di sejumlah konfrontasi ini, Amerika juga secara langsung terlibat di medan perang. Sejalan dengan konflik dan perang ini, Amerika meraih keuntungan besar-besaran melalui penjualan senjata kepada negara-negara kawasan.

Amerika tentu saja memiliki sekutu dan kaki tangan di krisis ini. Dalam hal ini, Arab Saudi bersama Israel sejalan dengan tujuan Amerika Serikat di kawasan. Eskalasi pelanggaran hak bangsa tertindas Palestina, perang dan pembantaian rakyat Yaman serta upaya normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab di kawasan adalah hasil dari kebijakan selaras dengan Amerika.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei saat menganalisa fenomena ini menyebut kondisi dunia saat ini dan keseimbangan kekuatan menguntungkan Dunia Islam, dan menilai seluruh pemerintah dan bangsa Muslim bertanggung jawab atas isu Palestina. Seraya menekankan untuk mempertahankan persatuan di tengah komunitas Palestina, Rahbat mengingatkan, poros persatuan ini harus jihad internal dan tidak percaya kepada musuh. Selain itu, musuh utama bangsa Palestina yakni Amerika, Inggris dan Zionis Israel tidak boleh menjadi sandaran politik Palestina.

Tentara AS di Irak

Rahbar seraya menekankan kohesi seluruh bangsa Palestina di Gaza, Quds, Tepi Barat, bumi pendudukan 1948 dan pengungsi yang berada di kamp-kamp, menambahkan, semua orang Palestina adalah satu kesatuan dan harus menggunakan alat yang mereka miliki untuk saling membela di saat-saat tekanan.

Rahbar juga menilai upaya Israel dengan bantuan Amereka untuk menormalisasi hubungan dengan sejumlah negara lemah Arab sebagai indikasi kelemahan rezim ilegal ini dan mengatakan, hubungan ini tidak akan membantu Israel, seperti puluhan tahun lalu hingga kini, Tel Aviv memiliki hubungan dengan Mesir tapi kini semakin lemah dan rentan.

"Tentu saja, negara-negara itu juga tidak akan mendapat manfaat dari hubungan ini, karena musuh Zionis akan menyebarkan korupsi dan ketidakamanan di dalamnya dengan merebut properti atau wilayah mereka," ungkap Rahbar.

Pengalaman perjuangan revolusioner bangsa-bangsa menunjukkan bahwa untuk memutuskan dan bagaimana bereaksi terhadap musuh, seseorang harus terlebih dahulu mengenalnya, menyadari tujuannya, dan mengenali metodenya untuk menyerang dan mencapai tujuannya, sama seperti seseorang harus mempelajari kekuatan dan kelemahan musuh.

Salah satu contoh nyata dalam hal ini adalah cerita tentang dukungan terbuka dan terselubung dari Amerika Serikat dan pemerintah Saudi untuk kelompok takfiri dan Daesh untuk menguasai bangsa dan negara di kawasan, dan dalam mempertahankan kemerdekaan, integritas teritorial dan kehidupan rakyat Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, Yaman dan Afghanistan.

Faktanya adalah akar dari perang dan instabilitas saat ini di Asia Barat harus diselidiki dari kebijakan dan strategi serta intervensi militer Amerika selama beberapa tahun terakhir di abad 20.

Melihat strategi dan program politik Barat menunjukkan bahwa sejak 1997, politisi, ahli strategi, dan panglima perang Amerika telah mengubah Strategi Keamanan Nasional AS selama 25 tahun ke depan untuk mempertahankan keuntungan militer dan keamanan AS di seluruh dunia.

Kehadiran intervensionis AS di Asia Barat dalam berbagai cara. Pengaruh ekonomi dan budaya dengan mengandalkan kekuatan militer yang unggul adalah salah satu strategi utama Amerika untuk tujuan ini.

Republik Islam Iran, yang sepenuhnya menyadari tujuan regional AS, dengan waspada memantau sepenuhnya masalah Suriah dan Irak, dengan tegas menentang pertumbuhan kekerasan dan ekstremisme yang tak terkendali di kawasan itu, dan membuktikan keinginannya untuk memerangi ketidakamanan di wilayah tersebut di medan perang. Para pejabat Iran telah berulang kali menekankan bahwa mengatasi instabilitas dan menyelesaikan masalah kekerasan dan ekstremisme bergantung pada kerja sama konstruktif antara negara-negara di kawasan itu, dan selama peluang intervensi militer asing di kawasan tidak dimusnahkan, maka masa depan yang cerah bagi perdamaian dan keamanan di Asia Barat tidak akan dapat dibayangkan.

Jelas, semua anggota masyarakat internasional pada umumnya dan aktor regional pada khususnya memiliki peran dan tanggung jawab, dan untuk memerangi ekstremisme dan kekerasan, mereka harus benar-benar mengenali ancaman utama bagi perdamaian, ketenangan dan stabilitas di kawasan, dan mengusirnya dari kawasan.

Ayatullah Khamenei saat menyebut kehadiran cerdas ini mengatakan, contoh tak terkalahkan ini dapat dilihat dalam kemenangan bangsa besar ini dalam Revolusi Islam dan pertahanan suci, serta dalam melawan semua konspirasi selama 40 tahun terakhir; Karena bangsa ini tidak pernah merasa lemah dan lelah dalam menghadapi berbagai persekongkolan dan tindakan musuh serta tidak pernah mundur.

Rahbar Ayatullah Khamenei

Republik Islam Iran telah menunjukkan dalam praktiknya bahwa langkah-langkah mendasar diperlukan untuk memajukan perang melawan kekerasan dan ekstremisme. Namun, Iran tidak pernah mencari ketegangan militer di kawasan; Sebaliknya, ia melawan elemen dan komponen yang mengganggu keamanan kapan pun dan di mana pun saat diperlukan.

Kini bagi bangsa kawasan, khususnya di Irak dan Afghanistan menjadi jelas bahwa klaim Amerika untuk membuat kawasan menjadi aman, tak lebih sebuah lelucon politik. Amerika setelan insiden 11 September dengan klaim ini, menduduki Afghanistan dan kemudian Irak. Namun hasil dari invasi militer dan pendudukan ini adalah instabilitas, munculnya friksi dan peluang bagi aktivitas kelompok teroris ketimbang menghasilkan keamanan. Jelas bahwa AS memanfaatkan arus dan gerakan ini demi meraih tujuan politiknya, dan sejatinya Washington penyebab utama instabilitas dan maraknya terorisme di kawasan.

 

Tags