Jul 29, 2022 18:50 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 29 Juli 2022
    Lintasan Sejarah 29 Juli 2022

Ibnu Khayat, Ahli Nahwu Meninggal

1123 tahun yang lalu, tanggal 29 Dzulhijjah 320 HQ, Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Khayat, seorang ahli hadis dan ulama besar ilmu nahwu, meninggal dunia.
 
Beliau dilahirkan di kota Samarkand di timur laut Iran, yang kini menjadi wilayah dari Uzbekistan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Ibnu Khayat pergi ke Irak untuk melanjutkan pendidikan. Ibnu Khayat menimba ilmu di berbagai kota Irak yang kala itu merupakan pusat keilmuan dunia Islam.
 
Di antara karya-karya peninggalan Ibnu Khayat berjudul "Ma'aniy Al-Quran", "al-Mujaz fin-Nahwi", dan "an-Nahwul Kabir".
 
 
King Umberto 1

 

Raja Umberto I dari Italia Tewas Terbunuh
 
122 tahun yang lalu, tanggal 29 Juli tahun 1900, Raja Umberto I dari Italia ditembak oleh seorang warganya bernama Gaetano Bresci.
 
Raja Umberto naik tahta pada tahun 1878 dan ia memerintah secara otoriter dan represif. Sementara itu, Gaetano Bresci adalah warga miskin Italia yang hijrah ke AS dan di sana ia aktif dalam kelompok radikal imigran Italia. Ia kemudian mendirikan sebuah suratkabar anarkhis bernama La Questione Sociale.
 
Pada tahun 1898, Bresci membaca kabar mengenai tindakan represif yang dilakukan Raja Italia terhadap para petani yang melakukan demonstrasi karena kelaparan akibat gagal panen. Raja Umberto memerintahkan tentaranya untuk mengusir para demonstran itu dan menembaki mereka, sehingga ratusan petani tewas.
 
Bresci memutuskan bahwa Raja Umberto I harus dibunuh dan iapun kembali ke Italia untuk melaksanakan niatnya itu. Pada tanggal 29 Juli 1900, Bresci menembak Raja Umberto I hingga tewas dan dia sendiri akhirnya dijatuhi hukuman kerja paksa seumur hidup.
 
 
Bani Sadr Melarikan Diri ke Perancis
 
41 tahun yang lalu, tanggal 7 Mordad 1360 HS, Bani Sadr, mantan Presiden Iran melarikan diri ke Perancis.
 
Bani Sadr, mantan Presiden Iran diimpeachment oleh parlemen akibat kerjasamanya dengan kelompok Munafikin, memprovokasi pertikaian di dalam negeri dan kelalaian dalam membela perbatasan Iran semasa perang serta tidak mencegah ekspansi militer Baath Irak ke perbatasan Iran. Berdasarkan impeachment yang dilakukan parlemen, Imam Khomeini ra kemudian memberhentikannya dari posisi presiden.
 
Pasca pemberhentiannya, Bani Sadr lebih banyak bersembunyi dan lewat surat dan kaset ia memprovokasi rakyat untuk melakukan kekacauan. Namun hidup secara sembunyi-sembunyi yang dilakukannya tidak bertahan lama. Karena rakyat ternyata tidak terprovokasi olehnya, bahkan dalam pemilu presiden, rakyat Iran memilih Syahid Rajai sebagai presiden penggantinya. Akhirnya, melihat situasi yang semakin tidak menguntungkan bagi dirinya, Bani Sadr pada 7 Mordad 1360 HS dengan menyamar berpakaian wanita bersama Massoud Rajavi, Ketua Kelompok Munafikin (MKO) melarikan diri dari Iran.
 
Bani Sadr menyandera pesawat Boeing 707 dan pesawat itu dibawa ke Siprus. Pesawat ini berhasil keluar dari zona udara Iran, sebelum jet-jet tempur Iran mendekatinya. Ketika Bani Sadr sampai dan tinggal di Paris, para pejabat Perancis menolak permintaan Iran agar ia dikembalikan ke Iran. Bahkan Bani Sadr dengan bekerjasama dengan Rajavi akhirnya membentuk sebuah organisasi dengan nama "Shura Moqavemat" (Dewan Perjuangan) dengan tujuan melawan Republik Islam Iran. Tapi usia organisasi ini tidak bertahan lama, dan setelah itu dibubarkan.[]