Jun 23, 2016 09:51 Asia/Jakarta

Bulan Ramadan memiliki ritual, tradisi, dan keunikan tersendiri yang membuatnya istimewa dari bulan-bulan yang lain. Kaum Muslim di berbagai pelosok dunia dan khususnya di negara-negara Islam, memiliki tradisi unik dan cara khas yang sesuai dengan nilai budaya masing-masing untuk menyambut bulan Ramadan.

Tradisi itu tentu saja berbeda dari satu negara dengan negara lain dan bahkan dari satu kota dengan kota lain. Fenomena yang tampak seragam adalah kegiatan buka puasa bersama di masjid-masjid atau tempat ibadah. Intinya mereka ingin menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan cara terbaik dan meriah.

 

Salah satu karakteristik masyarakat Iran terletak pada perhatian dan komitmen mereka terhadap penyelenggaraan ritual dan acara keagamaan dan budaya. Di negara Islam ini, bulan Ramadan disambut dengan kegiatan dan tradisi khusus yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari keluarga mereka. Salah satu tradisi yang mudah ditemui di Iran selama Ramadan adalah acara buka puasa bersama. Menjelang azan Magrib, masyarakat Iran berangkat ke masjid-masjid di sekitar lingkungan mereka dan di sana mereka bisa menikmati hidangan buka puasa secara berjamaah. Warga yang punya nazar biasanya membagi-bagikan kurma dan kue untuk menjamu tamu Allah Swt.

 

Pada dasarnya, mereka selalu berharap bisa menyediakan hidangan berbuka untuk orang lain demi meraih pahala yang lebih besar. Di sepanjang Ramadan, masjid-masjid dan rumah-rumah di Iran menggelar acara tadarus dan khataman al-Quran. Kaum laki-laki biasanya mengikuti acara tadarus di masjid-masjid yang dilakukan setelah shalat Zuhur. Mereka duduk membentuk barisan yang rapi dan kemudian memulai kegiatan tadarus yang dipandu oleh beberapa qari’ nasional dan ustadz bidang al-Quran. Sementara untuk kaum perempuan, kegiatan tadarus umumnya digelar di rumah-rumah secara bergiliran dengan tujuan membagi keberkahan Ramadan. Acara tadarus dan tafsir al-Quran untuk kaum hawa biasanya dimulai pada pagi hari.

 

Meskipun tidak dikenal istilah shalat tarawih, masyarakat Iran melakukan shalat sunah di rumah dan masjid. Masjid-masjid di malam Ramadan diisi dengan ritual shalat sunah, doa bersama dan ceramah agama. Puncak kegiatan doa bersama di Iran jatuh pada malam ke 19, 21 dan 23 Ramadan. Di ketiga malam itu, jalanan disesaki lalu lalang orang yang berangkat dan pulang dari masjid. Selama tiga hari, sekolah, universitas dan instansi lainnya diliburkan. Masyarakat Iran tua, muda, remaja, bahkan anak-anak berbondong-bondong memenuhi masjid.

 

Masyarakat Indonesia dengan mayoritas Muslim, menggelar berbagai acara dan tradisi untuk menyambut bulan Ramadan sesuai dengan kultur daerah masing-masing. Namun, acara yang berbeda-beda ini memiliki semangat yang sama yaitu, mengucapkan rasa syukur dan meluapkan kegembiraan akan datangnya bulan puasa. Di banyak daerah di Indonesia, penduduknya memiliki aneka tradisi unik untuk menyambut bulan Ramadan. Masyarakat Aceh menyambut bulan penuh berkah ini dengan cara khas, yakni tradisi Meugang (makan daging serentak). Tradisi ini telah melekat sejak era Kesultanan Aceh, sebuah tradisi yang dijalankan Sultan dan Sultanah di wilayahnya menjelang Ramadan sebagai rasa syukur dan senang menyambut kedatangan bulan suci ini.

 

Nyadrah yang disebut juga ziarah kubur merupakan tradisi menyambut Ramadan yang biasa dilakukan masyarakat Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap orang akan berkunjung ke makam keluarga untuk berziarah sambil mendoakan mereka yang sudah meninggal.Tradisi ini diwariskan sejak zaman Wali Songo sebagai bentuk akulturasi Islam dengan budaya Jawa yang masih terpengaruh animisme kala itu. Tradisi ini tak hanya dalam bentuk ziarah, tapi juga dilakukan di masjid atau mushala.

 

Kegiatan yang rutin dilakukan setiap Ramadan adalah buka bersama. Misalnya saja, Masjid Istiqlal Jakarta sendiri menyediakan 3 ribu makanan buka puasa untuk kaum Muslim setiap harinya selama Ramadan. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini juga menyiapkan sejumlah program menarik lainnya mulai dari kuliah subuh, kuliah dzuhur, shalat tarawih, tadarus dan khataman al-Quran, ceramah agama, qiyamullail, pesantren kilat, peringatan nuzulul Quran, penerimaan dan pembagian zakat, perayaan malam takbir, hingga pelaksanaan shalat Idul Fitri.

 

Sejatinya, Ramadan merupakan bulan untuk memperbaiki diri dan membiasakan diri dengan kegiatan-kegiatan baik dan positif. Salah satu tema yang sangat ditekankan oleh agama adalah menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik. Rasulullah Saw dalam khutbah Sya’baniyah bersabda, “Wahai manusia! Siapa yang memperindah akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati shirat (jembatan) pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.” Nilai ucapan ini akan dimengerti oleh orang-orang yang berpuasa, ketika mereka dihimpit rasa lapar dan dahaga, di mana mereka dituntut untuk bersabar dan tetap menjaga perilaku dan sikap.

 

Manusia yang bisa menjaga perilaku dan sikapnya dari berbagai macam godaan di bulan Ramadan, tentu saja akan memperoleh pahala atas akhlak mulianya. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Akhlak mulia akan menghapus dosa-dosa, seperti cahaya matahari yang mencairkan es.” Seseorang kemudian meminta Imam Shadiq as untuk mendefinisikan akhlak mulia itu, beliau lalu berkata, “Akhlak mulia adalah memperlakukan orang asing dengan sopan dan lembut,menjaga ucapan selalu bersih dan diterima oleh masyarakat, serta bersikap ramah dengan saudara seiman.” Pada kesempatan lain, Imam Shadiq as berkata, “Akhlak mulia akan mempermudah pekerjaan.

 

Salah satu keinginan orang Mukmin di Hari Kiamat adalahmengharapkan diberi kesempatan untuk duduk bersama Rasulullah Saw. Salah satu cara untuk mewujudkan keinginan tersebut ialah berakhlak mulia dan memiliki perilaku yang baik. Dalam sebuah riwayat Rasul Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” Rasul Saw dan Ahlul Bait as selalu mengajak masyarakat untuk berakhlak mulia dan mereka sendiri menjadi teladan utama dalam hal ini.

 

Diriwayatkan bahwa seseorang meminta Imam Ali as untuk menyebut kesempurnaan akhlak Rasulullah Saw kepadanya. Imam berkata, “Aku ingin engkau lebih dulu menghitung nikmat-nikmat dunia untukku, sehingga aku juga menyebut kesempurnaan akhlak Rasul untukmu.” Orang tersebut lalu menjawab, “Bagaimana aku akan menghitung kesenangan dunia yang tidak ada habisnya ini?” Mendengar jawaban itu, Imam Ali kemudian berkata, “Allah dalam al-Quran menganggap kesenangan di dunia ini kecil (An-Nisa, ayat 77), tapi mengenai akhlak Rasul, Dia menggunakan kata-kata agung dan berfirman, ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.’”(Al-Qalam, ayat 4). Imam Ali lalu berkata, “Engkau tidak mampu menghitung kesenangan dunia ini untukku, lalu bagaimana engkau memintaku untuk menghitung sesuatu yang lebih agung dan lebih penting.

 

Salah satu berkah Ramadan adalah persatuan yang tercipta di tengah umat Islam dari belahan bumi timur hingga barat.Seluruh kaum Muslim merasa bahwa Ramadan telah mendekatkan dan mempersatukan mereka dalam menunaikan salah satu syiar Allah Swt dan kewajiban agama. Di bulan mulai ini,mereka menemukan dirinya sebagai umat yang satu, dan mereka mengaktualisasikan nilai-nilai ikhlas dan penghambaan dalam kehidupan. Masjid-masjid terlihat sesak oleh jamaah shalat dan puasa, kegiatan ibadah dan ritual khusus di bulan ini memberikan sebuah keindahan lain bagi kehidupan kaum Muslim. Semua orang bisa merasakan keindahan dan kegembiraan ini.

 

Karin, seorang mualaf dari Jerman, juga menikmati nuansa religius dan keindahan ajaran-ajaran Islam lewat ibadah puasa. Dia berkata, “Di sepanjang bulan Ramadan, semangat persatuan dan solidaritas di tengah kaum Muslim membuat diriku terpana olehnya dan aku juga merasakan hal itu. Aku sangat bahagia karena bisa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt dan bahkan aku tidak terganggu dengan terik matahari dimusim panas. Aku benar-benar yakin bahwa puasaku diterima oleh Allah, karena aku merasakan hal itu dengan seluruh wujudku.”

 

Persatuan kaum Muslim tampak lebih kental di bulan Ramadan, sebab mereka sama-sama menunaikan ibadah puasa, menahan diri dari makan dan minum pada waktu yang sudah ditetapkan, memenuhi tempat ibadah untuk kegiatan yang sama, dan juga duduk berjajar untuk menikmati hidangan berbuka. Selain itu, Ramadan juga diyakini oleh seluruh umat Islam sebagai bulan diturunkannya al-Quran, satu-satunya kitab yang menjadi referensi kaum Muslim dan pedoman hidup mereka di setiap waktu dan tempat. Dengan semua keindahan ini, kaum Muslim harus menjadikan nilai-nilai pemersatu sebagai teladan kehidupan mereka. Keindahan ini mengisahkan tentang Islam sebagai agama yang abadi dan universal, sebuah agama yang memperkenalkan para pemeluknya sebagai saudara satu sama lain dan menetapkan keunggulan individu dalam ketakwaan dan kesucian.