Kalam Hikmah (76): Krisis Perempuan
Mungkin istilah "krisis perempuan" adalah istilah yang mengejutkan.
Saat ini, perubahan iklim, krisis air, krisis energi, dan pemanasan global, dianggap sebagai masalah utama umat manusia. Namun tak satu pun dari masalah ini, yang merupakan masalah utama umat manusia.
Sebagian besar masalah utama umat manusia bersumber dari persoalan yang berkaitan dengan spiritualitas dan moralitas, serta perilaku sosial manusia terhadap sesama. Salah satunya adalah masalah laki-laki dan perempuan, kedudukan perempuan, isu perempuan dan martabat perempuan di tengah masyarakat, inilah krisis yang sebenarnya, akan tetapi mereka tidak berusaha mengatasi, dan mengungkapkannya.
Masalahnya di sini, yaitu ketika mereka secara bertahap menciptakan ketidakseimbangan. Ada pihak yang memanfaatkan, dan ada pihak yang dimanfaatkan. Begitulah kemanusiaan telah dibagi.
Pihak yang memanfaatkan adalah laki-laki, dan pihak yang dimanfaatkan adalah perempuan.
Hal ini secara perlahan, bertahap, dengan berbagai metode, dan dengan beragam propaganda, selama puluhan tahun, mungkin mencapai 100 atau 150 tahun, saya tidak dapat mengatakannya secara pasti, tapi masalah ini dapat diselidiki, di masyarakat Barat pada level pertama, dan kemudian di masyarakat-masyarakat yang lain.
Mereka mendefinisikan martabat perempuan di tengah masyarakat sebagai makhluk yang dimanfaatkan oleh laki-laki.
Oleh karena itu, dalam budaya Barat, jika seorang perempuan ingin tampil di tengah masyarakat dan menemukan jati dirinya, maka ia harus menunjukkan salah satu dari daya tarik seksualnya.