Jun 10, 2023 09:15 Asia/Jakarta
  • 10 Juni 2023
    10 Juni 2023

Hari ini, Sabtu, 10 Juni 2023 bertepatan dengan 21 Dzulqa'dah 1444 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 20 Khordad 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini.

Wafatnya Alauddin Ali bin Nafis, Dokter Muslim Suriah

Tanggal 21 Dzulqadah 687 HQ, Ibnu Nafis, dokter muslim meninggal dunia.

Alauddin Ali bin Nafis, ilmuwan dan dokter muslim terlahir di Damaskus, Suriah. Ia belajar ilmu-ilmu keislaman di tempat kelahirannya.
 
Ilmu kedokteran dipelajarinya pada para ilmuwan terkenal di masanya. Setelah mengkaji dan melakukan penelitian yang mendalam di bidang kedokteran, akhirnya ia memiliki kemampuan luar biasa.
 
Salah satu buku pertama yang ditulisnya Ibnu Nafis merupakan penjelasan bagian anatomi dari buku al-Qanun, karya Ibnu Sina. Dalam bukunya ini, Ibnu Nafis menjelaskan sirkulasi darah di dalam paru-paru. Penemuan Ibnu Nafis ini dilakukannya tiga abad sebelum ilmuwan Eropa menyatakan telah menemukan sirkulasi darah. Oleh karenanya, berdasarkan pandangan sejumlah peneliti, keberhasilan para ilmuwan Eropa menemukan sirkulasi darah ini mengambil teori yang dibuat oleh Ibnu Nafis.
 
Buku al-Syamil merupakan karya lain Ibnu Nafis yang menjelaskan teknik pembedahan dan membahasnya secara luas.

Imam Khomeini Memecat Bani Sadr dari Panglima Tertinggi

Tanggal 20 Khordad 1360 HS, Imam Khomeini ra memecat Bani Sadr dari jabatan Panglima Tertinggi Militer.

Sejarah

Terpilihnya Bani Sadr sebagai Presiden Iran pada 1358 HS, mulai muncul masalah pemilihan perdana menteri dan pembentukan kabinet. Dua masalah ini menjadi sumber perselisihan antara presiden dan parlemen. Pasca tarik menarik ini, akhirnya pada bulan Shahrivar 1359 HS, Syahid Mohammad Ali Rajai diusulkan ke parlemen sebagai perdana menteri dan memperoleh mosi kepercayaan kemudian beliau menyusun kabinet.

Sekalipun masalah yang diperselisihkan tampaknya sudah selesai, tapi masih terjadi friksi antara presiden dan para penentangnya di parlemen dan di luar parlemen. Dengan dimulainya perang pertahanan suci selama 8 tahun yang menuntut seluruh kekuatan dan pemikiran para pejabat negara, tapi pada saat yang sama, friksi yang terjadi di tingkat atas masih terus berlanjut.

Bani Sadr sebagai kepala negara juga memegang jabatan sebagai panglima tertinggi meyakini bahwa dalam melawan musuh, mereka harus ditarik sedemikian rupa ke dalam Iran kemudian diblokade dan dimusnahkan. Strategi ini membuat banyak daerah Iran yang diduduki tentara Irak. Para pejuang Iran yang berada di garis terdepan akhirnya kekurangan amunisi dan terpaksa mundur.

Sementara itu, Imam Khomeini ra berusaha meredakan dan mendamaikan perselisihan yang ada antara presiden dan pihak-pihak yang tidak menyetujui kebijakannya dan mengajak semua pihak untuk bisa menahan diri. Akhir dari usaha ini pada 20 Khordad 1360 HS, setelah bermusyawarah dengan para pejabat tinggi, beliau mencabut jabatan Panglima Tertinggi dari Abohassan Bani Sadr. Menyusul pencabutan itu, parlemen mengusulkan ketidaklayakan politik Bani Sadr yang hasilnya disepakati dengan suara mayoritas pada 31 Khordad 1360 HS.

Hafez Al-Asad Meninggal Dunia
 
Tanggal 10 Juni tahun 2000, Hafez al-Asad, yang saat itu menjabat sebagai presiden Suriah, meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.

Hafez al-Asad lahir pada tahun 1930. Pada tahun 1964, ia diangkat sebagai komandan angkatan udara Suriah dan tiga tahun kemudian diangkat sebagai menteri pertahanan.

Pada tahun 1970, Hafez al-Asad melancarkan kudeta terhadap pemerintahan Suriah saat itu dan berhasil merebut kekuasaan.
 
Setahun kemudian, al-Asad mengadakan referendum yang hasilnya mengesahkan kedudukannya sebagai Presiden. Jabatan itu dipegangnya sampai akhir hayatnya.

Pada era Perang Arab-Isarel tahun 1967, ketika Hafez menjabat sebagai Menteri Pertahanan, tentara Zionis menduduki dataran tinggi Golan.

Setelah menjadi presiden, al-Asad kemudian memperkuat militernya sehingga pada tahun 1973, sebagian dari wilayah itu berhasil direbut kembali oleh Suriah. Salah satu keistimewaan utama kepemimpinan al-Asad adalah penolakannya untuk berdamai dengan Zionis.