Lintasan Sejarah 2 Februari 2024
Hari ini, Jumat, 2 Februari 2024 bertepatan dengan 21 Rajab 1445 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 13 Bahman 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini:
Ibn Abi Al-Hadid Meninggal Dunia
Tanggal 21 Rajab 656 HQ, Ibn Abi Al-Hadid, seorang pemikir dan penulis muslim terkemuka meninggal dunia pada usia 70 tahun.
Pada saat Moghul menyerang Baghdad, ia ditawan, namun oleh beberapa pembesar saat itu ia diselamatkan dari maut.
Karya terkenal Ibn Abi Al-Hadid yaitu, "Syarah Nahjul Balaghah" yang merupakan penjelasan dari kumpulan perkataan Imam Ali as. Dalam buku tersebut, Ibn Abi Al-Hadid mengungkapkan keagungan Nahjul Balaghah dari sisi sastra, sejarah dan kalam. Karya lainnya antar lain "al-Abqari al-Hasan dan "as-Sab' al-Uluyat".
Jerman Bertekuk Lutut di Stalingrad
Pasukan Jerman akhirnya pada 2 Februari 1943 bertekuk lutut di tangan pasukan Soviet setelah pasukan darat batalion ke-6 tidak mampu lagi melakukan perlawanan di Stalingrad.
Dengan menyerahnya pasukan terakhir Jerman di kota tersebut, berakhir pula perang yang memakan waktu hingga lima bulan itu.
Dalam dua hari, 45 ribu tentara Jerman menyerah dan menjadi tahanan. Itu berarti total ada 90 ribu tentara yang masih hidup dari 330 ribu tentara yang berperang di Stalingrad. Yang tidak selamat, selain tewas karena perang, juga diakibatkan penyakit, kelaparan, dan dinginnya udara Soviet.
Pasukan terakhir Jerman tersebut telah tersudut sejak Desember. Mereka dikepung tentara Soviet di dalam Stalingrad dengan suplai makanan seadanya. Komandan pasukan batalion ke-6 Friedrich Paulus telah menyerah dua hari sebelumnya, setelah pada 8 Januari sempat ditawari untuk menyerah oleh komandan pasukan Soviet Rokossovsky.
Reaksi AS atas Pidato Imam Khomeini di Behesht Zahra
Tanggal 13 Bahman 1357 HS, Amerika Serikat mereaksi pidato Imam Khomeini ra di Behesht-e Zahra.
Pasca pidato Imam Khomeini ra tanggal 12 Bahman 1357 HS di Behesht Zahra yang berisikan sikap transparan beliau terkait kebijakan intervensif Amerika di Iran, Kementerian Luar Negeri Amerika sebagai pendukung utama rezim Zionis Israel menyebut pidato itu sangat anti Amerika.
Di sisi lain, rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatirannya setelah Imam kembali ke Iran. Karena Israel mengetahui dengan benar bahwa Imam Khomeini ra dan rakyat revolusioner Iran sebagai penentang keras rezim penjajah al-Quds.
Kantor Berita Uni Soviet, Tass juga dalam reaksinya terkait kembalinya Imam Khomeini ra ke negaranya menyatakan bahwa kembalinya Ayatullah Imam Khomeini ke Iran akan membawa perjuangan di negara ini memasuki tahap paling menentukan.
Di sisi lain, di hari ini, rakyat yang ingin bertemu dengan Imam mulai menuju tempat tinggal Imam di madrasah Alavi, Tehran. Dalam pidatonya di hadapan rakyat, Imam Khomeini ra menyebut rezim Zionis Israel melanggar akal dan hak asasi manusia. Ditekankan juga oleh Imam bahwa setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.