Mar 16, 2024 13:26 Asia/Jakarta

Meskipun merupakan rumah bagi barisan pegunungan yang spektakuler, termasuk Hindu Kush yang perkasa, negara ini tidak memiliki budaya bermain ski yang tersebar luas, dan perlengkapannya juga mahal dan langka.

Namun hal ini tidak menghentikan pertumbuhan kelompok ski yang berkembang pesat, yang ingin terus mengembangkan olahraga ini di Afghanistan, meskipun kehilangan sponsor dan pemain ski terkemuka yang meninggalkan negara itu setelah pengambilalihan Taliban pada tahun 2021.

“Perlombaan ski telah kehilangan sedikit warnanya” di Afghanistan sejak otoritas Taliban kembali berkuasa, kata Esmatullah Haidari, 23 tahun, yang menjadi kapten tim ski lokal.

Namun, tambahnya, “masih ada pemain ski yang antusias dan tidak ingin olahraga ski memudar.”

Shah Agha Rezayee, seorang pelatih dan pemain ski lama, mengatakan para penggemar olahraga ini telah “menghidupkan kembali semangat” bermain ski.

“Kami harus mengusahakannya karena ini adalah motivasi, minat, dan cinta kami,” kata Rezayee, yang bermimpi melihat ski Afghanistan terwakili di Olimpiade.

Saat ini, terdapat tim-tim di setidaknya enam provinsi, dengan ratusan anggota, sebagian dari mereka turun ke lereng Bamiyan pada awal Maret untuk mengikuti perlombaan resmi pertama federasi tersebut pada musim ini.

Mengenakan pakaian hangat dan pinnies neon, barisan panjang peserta memanggul alat ski mereka saat mereka berbaris di landasan Bamiyan, yang tidak memiliki lift.

Sejumlah pria berkumpul untuk menonton, bergabung dalam tepuk tangan meriah saat setiap pembalap dewasa dan anak-anak berhasil melewati garis finis.

Perempuan tidak lagi berpartisipasi karena otoritas Taliban secara efektif melarang perempuan melakukan semua olahraga, meskipun sebelumnya ada banyak pemain ski di Bamiyan, menurut federasi.

Tags