Jan 07, 2019 17:23 Asia/Jakarta
  • Khoresh Gheymeh
    Khoresh Gheymeh

Makanan paling lezat sekalipun jika kita makan sendirian, mungkin akan terasa asam. Untuk membuat makanan kita selezat mungkin, kita membutuhkan teman makan. Tapi ini bukan berarti setiap kita makan bersama, maka kita akan merasakan kelezatan makanan.

Makanan sehat seharusnya menjadi pilihan utama. Ketimbang rasa dan harga, seharusnya pertimbangan utama dalam memilih makanan adalah dari segi kesehatannya. Pasalnya makanan adalah sumber energi kita dalam melakukan aktifitas setiap harinya. jika apa yang kita konsumsi itu baik maka kesehatan pun akan terjaga. Namun sebaliknya jika apa yang kita makan kurang bergizi, tidak berimbang, juga tidak terartur, maka secara jangka panjang maupun jangka pendek, hal itu dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan kita.

 

Memang kita tidak mungkin mengetahui setiap nutrisi, zat, vitamin ataupun kandungan lainnya yang terkandung dari makanan yang kita konsumsi. Tapi setidaknya makanan yang sehat adalah makanan yang bersih. Kesehatan makanan juga dapat kita ketahui dari warnanya yang tidak monoton. Karena warna makanan, terutama warna yang alami, menunjukan beragam zat kandungan yang dimilikinya. Semakin beragam warnanya maka semakin beragam juga nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh kita. Selain itu makanan yang berwarna juga lebih menarik untuk dipandang mata.

Khoresh Gheymeh

 

Kesehatan adalah hal yang utama dalam melakukan aktifitas. Karena itu makanan sehat tidak bisa dianggap sebagai persoalan yang sepele. Kita harus benar-benar memerhatikannya. Hal itu jugalah yang dimaksud dengan diet, yaitu pengaturan asupan gizi makanan. Bukan yang lazim dianggap sekarang bahwa diet adalah berarti mengurangi makan. Sebagai usaha awal untuk menjaga kesehatan kita dengan makanan adalah pilihlan makanan yang bersih dan memiliki beragam warna.

 

Mengingat pentingya makanan bagi kehidupan dan keselamatan manusia, seluruh agama juga membahas makanan dari berbagai sisi. Salah satu yang patut diperhatikan di makanan adalah siapa yang pantas menjadi teman makan kita. Rasulullah Saw dan ulama menekankan untuk duduk bersama dengan sahabat dan orang-orang berilmu.

 

Kita semua tentunya memiliki kenalan dan juga terlibah hubungan yang dekat dengan mereka seperti anggota keluarga, teman atau rekan sekerja. Tak diragukan lagi berdasarkan pengenalan yang kita miliki terhadap orang-orang di sekitar kita, kita pasti menentukan bentuk hubungan dengan mereka. Tapi tentu saja kita akan memilih orang yang kita pandang lebih dekat dan santai untuk menjadi teman semeja makan.

Masghati

 

Naomichi Ishige, antropolog Jepang meyakini, kita semua milik kelompok sosial yang berhubungan dengan pihak lain. Salah satu kelompok ini mencakup mereka yang makan bersama dan mereka ini dapat disebut sebagai kelompok makan.

 

Makan bersama dapat memperkuat ikatan di kelompok dan serta menumbuhkan rasa solidaritas. Mereka yang makan bersama kita, juga terkait dengan emosi kita. Oleh karena itu, di kebanyakan sosial masyarakat, ritual keagamaan biasanya disertai dengan jamuan makan malam atau siang.

 

Jamuan seperti ini juga menjadi peluang untuk menjalin hubungan baru antar individu atau menyambung hubungan sebelumnya. Di antaranya adalah acara perkawinan atau acara duka. Di tengah warga Iran sudah menjadi kebiasaan bahwa acara pernikahan pasti dibarengi dengan jamuan makan bagi tamu undangan. Sementara di acara duka, mereka yang datang untuk mengucapkan belasungkawa atau mengiringi keluarga yang berduka juga diberi jamuan makan siang atau malam.

 

Bagaimana pun juga makanan merupakan salah satu akar hubungan dan interaksi di keluarga. Keluarga merupakan institusi dasar di mana manusia ingin menikmati makanan mereka bersama, karena hal ini dapat menjaga hubungan kekeluargaan. Semakin sering anggota keluarga makan bersama, maka kedekatan mereka pun semakin tinggi.

 

Pada kesempatan kali ini kami akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu makanan khas Iran, Khoresh Gheimeh. Gheimeh (Persia: قیمه) adalah semur Iran (khoresh) yang terdiri dari daging kambing, tomat, kacang polong, bawang, dan kapur kering. Rebusan dihiasi dengan terong atau kentang goreng rasa safron dan biasanya disajikan dengan nasi.

 

Bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak khoresh Gheimeh bagi 5-6 orang: setengah kilo paha kambing atau sapi serta dipotong kecil-kecil. Satu buah bawang (bombay), setengah gelan kacang polong (Lappe), 3-4 tomat diiris-iris atau satu sendok pasta tomat, 3-4 buah kentang dipotong kecil-kecil, 3-4 buah jeruk nipis kering, kunyit atau safron, 3-4 sendok minyak, garam dan cabai secukupnya.

Cara memasak: panaskan minyak di wajan, kemudian goreng bawang yang telah dicincang hingga harum, kemudian masukkan daging dan panaskan beberapa menit, lalu tambahkan air dan biarkan daging hingga masak. Di akhir air yang tersisa di panci harus tinggal sedikit..

 

Masak kacang polong di panci terpisah dengan dua gelas air. Ketika daging sudah masak, tambahkan kacang polong dan jeruk kering. Kemudian tambahkan garam, cabai, bubuk kunyit atau safron. Lalu aduk hingga rata. Kemudian masukkan tomat yang telah dipotong atau pasta tomat. Kemudian masak khoresh dengan api kecil hingga masak. Goreng potongan kentang dan setelah khoresh matang, taburkan kentang goreng di atasnya.

 

Makanan khas Iran berikutnya adalah makanan penutup Masghati. Masghati (مسقطی) adalah konpeksi lembut dan transparan di Iran dibuat dengan air mawar, pati, gula dan air. Seiring dengan koloocheh, itu adalah tradisi perayaan Tahun Baru Norooz. Pistachio, saffron, dan kapulaga juga dapat digunakan untuk membuat masghati.  Masghati diproduksi di provinsi Fars, terutama di daerah Larestan dan Shiraz. Masghati yang diproduksi di Larestan disebut Masghati Lari yang lebih viscose dan lebih manis daripada yang Shirazi. Koloocheh dan Masghati adalah suvenir dari Shiraz.

 

Bahan: 1 cangkir tepung jagung atau tepung gandum (saya menggunakan tepung jagung), 1 1/2 cangkir gula putih (sesuaikan dengan selera pribadi Anda), 4-6 sendok makan mentega, 1 cangkir almond pucat yang dipotong atau dipotong kasar, 1 cangkir dipotong atau pistachio cincang kasar, 1/3 cangkir air mawar (sesuaikan dengan selera pribadi Anda) 1/2 sendok teh kapulaga, bubuk kunyit yang dilarutkan dalam 2 sendok makan air panas.

 

Cara memasak: Panaskan secangkir air dengan api sedang sampai rendah, tambahkan gula, aduk sampai gula larut. Tetap hangat. Dalam mangkuk kecil larutkan tepung jagung dalam secangkir air dingin sampai tidak ada lagi benjolan. Dalam wajan berat sedang tambahkan kanji terlarut dan 3 gelas air dengan api sedang hingga rendah dan masak tanpa ditutup selama 10-15 menit, aduk terus. Kemudian, tambahkan gula terlarut dan aduk rata. Tambahkan mentega, almond, kunyit, kapulaga, dan ½ cangkir pistachio (simpan sisa pistachio untuk hiasan).

Aduk terus selama sekitar 5-7 menit sampai dengan sendok kayu sampai campuran halus, tercampur rata dan kental. Kecilkan api dan masak selama 10 menit. Tambahkan air mawar dalam 10 menit terakhir memasak. Angkat dari api dan menyebar ke wajan datar persegi panjang yang telah ditaburi atau diminyaki dengan ringan. Panci Anda harus sedalam setidaknya satu inci. Ratakan permukaan dengan spatula atau bagian belakang sendok dan biarkan dingin selama beberapa jam. Potong masghati menjadi bentuk berlian, letakkan di atas piring saji dan hiasi dengan pistachio dan almond.