Mar 16, 2019 10:55 Asia/Jakarta
  • teknologi kedokteran di Iran
    teknologi kedokteran di Iran

Para peneliti Universitas Ferdowsi, Mashhad, Iran meneliti dan mengkaji dampak kinerja nanopartikel oksida logam (Metal Oxide Nanoparticles) sebagai aditif bahan bakar untuk mengurangi pencemaran berbahaya dan pemulihan kinerja mesin diesel.

Menurut para peneliti, tujuan proyek penelitian ini adalah mengurangi pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh mesin diesel tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap efisiensi mesin dan tingkat penggunaan bahan bakar.

Untuk mencapai tujuan ini, salah satu teknologi yang digunakan dalam riset ini adalah pemanfaatan nanopartikel sebagai aditif bahan bakar. Dalam penelitian ini juga digunakan dua nanopartikel oksida mangan (Mn) dan oksida kobalt.

Menurut para peneliti, di penelitian ini dikaji dampak penggunaan dua metode secara bersamaan sebelum dan setelah proses pembakaran pada mesin diesel, terhadap tingkat penyebaran polusi dan kinerja mesin.

Para peneliti mengaakan, dilakukan uji coba terhadap sebuah mesin diesel empat silinder yang terhubung ke generator dan mengukur pencemaran HO (hidrokarbon), CO (karbon mokoksida) dan Nox (oksida nitrogen), dan juga parameter kinerja mesin mencakup penggunaan khusus bahan bakar rem dan efisiensi termal rem.

Menurut para peneliti, capaian terpenting yang diperoleh dari proyek ini adalah penurunan pencemaran, pada saat yang sama, pemulihan relatif kinerja mesin.

Pada kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan nanopartikel ini dapat mengurangi maksimal 4 persen penggunaan bahan bakar.

Karena sistem yang diteliti dalam penelitian ini adalah mesin diesel, maka industri otomotif merupakan target langsung penelitian ini dan hasil riset sangat penting untuk menurunkan tingkat pencemaran yang dikeluarkan knalpot kendaraan bermesin diesel, terhadap lingkungan hidup. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah, Fuel pada tahun 2018.

Elektrokortikografi untuk mencatat sinyal saraf dari permukaan otak berhasil dirancang dan dibuat oleh para peneliti di Khajeh Nasir Toosi University, KNTU.

Menurut salah seorang dosen universitas ini, dalam penelitian yang dilakukan, sebuah sistem pencatat sinyal delapan kanal Elektrokortikografi (EcoG) dirancang dan dibuat untuk menghubungkan sistem saraf.

Teknologi ini dapat digunakan untuk mencatat aktivitas di luar membran otak. Tim peneliti di bidang ilmu saraf dan ilmu kognitif yang dengan cara tertentu melakukan uji klinis dan perilaku, merupakan pengguna asli sistem tersebut.

teknologi nano Iran

Menurut para peneliti, hasil awal penelitian ini berhasil diperoleh lewat uji coba terhadap binatang dan diupayakan adanya perubahan dalam sistem, sehingga cakupan kegunaannya di bidang-bidang penelitian ilmu kognitif, dapat diperluas.

Menurut seorang pengajar universitas ini, salah satu karakteristik yang menonjol dalam penelitian ini adalah pengembangan teknologi dalam negeri dan pribumisasi teknologi tersebut di beberapa bagian sistem pencatatan sinyal saraf di permukaan otak.

Sistem saraf di antara bagian tubuh manusia lainnya merupakan bagian yang paling rumit, oleh karena itu pengobatan penyakit-penyakit terkait jaringan saraf merupakan pengobatan yang paling sulit.

Oleh karena itu, sistem pencatatan aktivitas sinyal saraf, memberikan bantuan yang besar kepada para peneliti bidang saraf untuk mengenal sistem saraf lebih dalam.

Untuk pertama kalinya, para peneliti Universitas Stanford berhasil mengukur kecepatan proses kematian dalam sel-sel tubuh.

Untuk pertama kalinya mereka berhasil mengukur kecepatan proses kematian dalam sebuah sel saat terjadi penghancuran sendiri sel atau trigger wave.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kematian berlangsung dengan kecepatan sekitar 30 mikrometer perdetik.

Menurut para peneliti, trigger wave atau gelombang penyerang dapat diterima sebagai sebuah latar belakang pengulang dalam pengaturan sel. Dalam penelitian ini para peneliti menggunakan sitoplasma yang diambil dari telur kodok.

Pada tahap berikutnya, sitoplasma ini diletakkan di dalam pipa teflon yang memiliki panjang beberapa milimeter.

Pada tahap ini, apoptosis yaitu mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram, atau proses sinyal kematian sebuah sel, dimulai.

Para peneliti dengan menggunakan Antibodi Fluorescent Teknik bersamaan dengan proses aktivasi apoptosis, dapat menyaksikan metode kematian terprogram. Proses ini terjadi di sepanjang pipa.

Menurut para peneliti, secara ideal uji coba semacam ini lebih baik dilakukan di dalam sel-sel hakiki. Akan tetapi akan muncul masalah, karena sebagian besar sel berukuran jauh lebih kecil dari apa yang bisa dibedakan oleh gelombang penyerang.

Para peneliti meneliti telur kodok dengan menggunakan fluorescence microscopy. Dikarenakan telur-telur kodok itu berembun maka penelitian menjadi lebih sulit dilakukan.

Meski demikian, ketika gelombang penyerang bergerak, muncul gelombang yang mirip akibat perubahan pigmen-pigmen di permukaan telur.

Penelitian ini membuktikan bahwa kematian dalam sebuah sel, mirip dengan penempatan kipas angin di sebuah stadion dan terciptanya sebuah gelombang.

Gelombang-gelombang penyerang yang hampir sama dalam denyut nadi saraf dan dalam skala yang lebih besar, dapat disaksikan saat kebakaran merembet luas di alam terbuka.

Menurut para peneliti, gelombang penyerang membiarkan sinyal-sinyal elektronik bergerak ke arah Akson atau neurit (sel yang panjang, tipis dan membawa impuls elektrikal sel tubuh neuron atau soma, sel ini juga dilindungi oleh Selubung Mielin. Akson adalah jalur transmisi utama sistem saraf dan mereka membantu membuat saraf) dan memperluas gelombang kalsium pada sel.[]