Perkembangan Iptek di Iran dan Dunia (96)
-
kemajuan sains Iran
Para ilmuwan Iran berhasil merancang sebuah kursi roda yang bisa menaiki tangga secara otomatis dan manual, serta bisa diatur ketinggian tempat duduknya. Ada banyak jenis kursi roda saat ini, di antaranya kursi roda sederhana, kursi roda tandu dan kursi roda khusus di kamar mandi.
Para peneliti Iran yang tergugah dengan keberadaan 3.000 penyandang cacat di negara ini, mendesain sebuah kursi roda yang bisa menaiki tangga secara otomatis dan manual.
Kursi roda ini dirancang agar bisa diatur ketinggian tempat duduknya untuk orang normal. Selain itu, berbeda dengan jenis kursi roda lain, kursi roda ini bisa dilipat. Kursi roda yang bisa diatur ketinggian tempat duduknya membantu orang cacat yang menggunakannya, sehingga bisa duduk atau bangkit dengan bebas.
Dalam penelitian ini kursi roda dikombinasikan dengan alat kerek dalam satu tempat yang secara lahir tampa tidak berbeda dengan kursi roda biasa. Kursi roda ini dapat digunakan di berbagai tempat yang membutuhkan pengaturan ketinggian sehingga memungkinkan pengguna untuk duduk dan bangkit di atas kursi roda.
Kegunaan lain yang dimiliki kursi roda ini adalah bisa dilipat, mudah dipasang dan menyediakan peralatan lain yang diperlukan. Para penyandang cacat, veteran perang cacat,orang lanjut usia dan penderita penyakit MS dapat memanfaatkan kursi roda ini.
Seorang peneliti Iran berhasil menemukan bola-bola mikro dalam skala nano yang bisa digunakan untuk memproduksi semen yang lebih fleksibel dan lebih ramah lingkungan.
Peneliti yang sedang menempuh studi di Universitas Rice, Amerika Serikat ini, bersama rekan-rekannya menemukan bola-bola mikro kalsium silikat yang membantu produksi semen yang lebih fleksibel dan lebih ramah lingkungan.
Jika dibandingkan dengan metode-metode yang ada saat ini, metode baru tersebut menggunakan energi yang lebih sedikit. Bola-bola ini dibentuk dalam butiran-butiran halus skala nano dari bahan surfaktan.
Bahan surfaktan ini mirip deterjen. Bola-bola mikro bisa digerakkan sehingga satu sama lain dapat menyatu dan menghasilkan senyawa padat yang lebih kuat dan lebih keras, lebih fleksibel dan lebih tahan lama dari semen Portland.
Menurut para peneliti, semen tidak memiliki struktur yang begitu menarik. Partikel semen tidak teratur, oleh karena itu bisa mengalami keretakan. Akan tetapi dengan mengetahui kelemahan bahan baru, kita dapat meletakkan polimer atau senyawa lain di antara bola-bola itu, dan mengontrol strukturnya dari awal hingga akhir. Dengan begitu proses keretakannya dapat diprediksi secara lebih akurat.
Para peneliti meyakini, bola-bola ini dapat digunakan untuk rekayasa tulang-jaringan, insulasi, keramik dan komposit, selain itu juga untuk memproduksi semen.
Para peneliti di Universitas Teknologi Isfahan berhasil menciptakan nano bio-sensing yang mampu mendeteksi kanker paru-paru dengan cepat. Secara umum salah satu faktor yang sangat penting dalam pengobatan berbagai jenis kanker adalah deteksi cepat penyakit ini.
Pada saat yang sama, kanker paru-paru adalah salah satu penyakit kanker yang paling mematikan di dunia, karena pada tahap pertama ia tidak menunjukkan tanda-tanda apapun dan para penderita biasanya datang ke dokter saat penyakitnya sudah memasuki fase lanjut.
Menurut para peneliti, pengukuran biomarker dalam kekentalan yang sangat kecil adalah sesuatu yang berusaha ditemukan dalam penelitian, dan merupakan salah satu metode efektif dalam mendeteksi kanker dengan cepat.
Menurut para peneliti, hari ini penggunaan Electrochemical Nanobiosensors menjadi salah satu metode non-invasif dan efektif untuk mendeteksi serta mengukur nanobiosensor ini.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mendesain dan mengembangkan nanobiosensor elektrokima DNA untuk mendeteksi biosensor yang terkait dengan kanker paru-paru (EGFR).
Para peneliti menjelaskan, identifikasi keberhasilan biosensor dengan sensitivitas tinggi, merupakan prestasi penting yang dicapai dalam riset ini.
Kegunaan utama dari hasil penelitian ini dapat dilihat dalam bidang medis dan identifikasi klinis biosensor kanker di laboratorium dan klinik pengobatan tradisional, sebagai sebuah metode sederhana, murah dan non-invasif dengan sensitivitas tinggi.
Para peneliti mengatakan, pada lebih dari 80 persen penderita penyakit kanker paru-paru secara umum ditemukan dua jenis kelainan genetik yaitu deletion (penghapusan) dan point, masing-masing pada Exon 19 dan 21 EGFR dalam sel-sel kanker NSCLC.
Karena deteksi kelainan genetik point Exon 21 biosensor ini dengan menggunakan nanobiosensor elektrokimia belum pernah dilakukan hingga kini, maka dalam penelitian ini digunakan untuk identifikasi.
Selain itu, pemantauan atas perubahan kekentalan biosensor ini dengan cara melacak perubahan sinyal listrik yang diterima dari nanobiosensor, memainkan peran signifikan dalam pemilihan dan mekanisme metode pengobatan dan pengkajian proses pemulihan pasien.
Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Biosensors and Bioelectronics pada tahun 2018.
Untuk pertama kalinya, tiga orang penyandang cacat bisa berjalan kembali setelah di sumsum tulang belakang mereka ditanam elektroda.
Perangkat elektronik ini menghubungkan kembali neuron-neuron (saraf) kaki dengan otak para penyandang cacat. Mereka cukup membayangkan dalam benak mereka sedang berjalan atau berdiri, maka pada tahap berikutnya mereka bisa berjalan kembali.
Sebelumnya para ilmuwan mengira setelah seseorang mengalami kelumpuhan, saraf-saraf yang berada pada posisi lebih rendah dari cidera tulang belakang, tidak dapat aktif lagi dan tidak bisa terhubung dengan otak.
Akan tetapi metode baru ini akan dapat membantu jutaan penyandang cacat. Begitu juga orang-orang yang mengalami kelumpuhan pada tubuh mereka, dengan metode pengobatan ini dapat melatih tubuhnya.
Seorang penyandang cacat yang lumpuh akibat kecelakaan, mungkin hanya dapat menggerakkan kepala, kedua tangan dan tulang rusuk saja, dan seluruh bagian bawah tulang rusuk lumpuh total.
Penelitian ini dibiayai oleh di Universitas California, Universitas Louisville dan Yayasan Christopher and Dana Reeves, Amerika.(HS)