Okt 13, 2019 17:09 Asia/Jakarta
  • perkembangan iptek Iran
    perkembangan iptek Iran

Proyek penelitian seorang ilmuwan keturunan Iran di Universitas Toronto, Kanada membuktikan dalam waktu 290 juta tahun terakhir, jumlah asteroid yang menabrak bumi dua kali lebih banyak dibandingkan 700 juta tahun lalu.

Dalam penelitian itu, Sara Mazrouei bersama timnya dari Inggris dan Amerika Serikat, mengkaji lubang-lubang tanah akibat benturan benda langit yang jatuh di permukaan bulan dan bumi. Mereka meneliti lubang-lubang yang kedalamannya mencapai lebih dari 20 kilometer.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebuah batu besar berdiamater 800 meter yang jatuh dari langit  dapat menciptakan lubang besar di permukaan tanah. Pada tahap berikutnya, para peneliti mencari tahu waktu terjadinya benturan benda langit dengan permukaan tanah. Hasilnya, permukaan bumi dan bulan pernah mengalami benturan dengan benda langit yang sama, karena keduanya berada di satu titik di ruang angkasa.

Benturan benda langit dengan permukaan bumi yang terjadi lebih dari 650 juta tahun lalu terhapus karena zaman es. Oleh karena itu, para ilmuwan meneliti lubang-lubang tanah yang disebabkan benturan dengan benda langit antara 650 juta hingga 1 miliar tahun lalu di permukaan bulan sebagai sampel.

Bulan dianggap bisa memberikan arahan yang baik untuk memperkirakan tingkat benturan asteroid dengan permukaan bumi, pasalnya jarak dengan planet tidak jauh, dan lubang-lubang yang disebabkan benturan di atasnya dapat bertahan lebih lama.

Akan tetapi kita tidak perlu khawatir akan bahaya tabrakan asteroid dengan bumi, karena sekalipun kemungkinan tabrakan mengalami peningkatan, hingga saat ini rata-rata setiap satu atau beberapa juta tahun ada kemungkinan sebuah asteroid  menabrak bumi. Di sisi lain, informasi NASA terkait asteroid yang mungkin bertabrakan dengan bumi, membuktikan bahwa saat ini tidak ada bahaya apapun yang mengancam bumi.

Sehubungan dengan hal ini, bahaya terbesar yang pernah muncul adalah sebuah asteroid dengan diameter 1,3 kilometer yang jaraknya paling mendekati permukaan bumi setiap 861 tahun sekali. Akan tetapi berdasarkan perkiraan para pakar dengan kemungkinan 99,988 persen, asteroid ini tidak akan menabrak bumi.

Menurut para ilmuwan di Universitas Toronto, penelitian yang mereka lakukan menunjukkan banyak kemungkinan. Mereka menuturkan, benturan asteroid dengan bumi sangat jarang terjadi, dan kami tidak mencemaskannya. Di sisi lain, sampai sekarang masih belum jelas apa yang  terjadi sekitar 300 juta tahun lalu. Mungkin saja sebuah keluarga asteroid jatuh dan berubah menjadi Sabuk Asteroid, dan benda langit ini bergerak ke arah permukaan bulan dan bumi.

asteroid

Banyak ilmuwan percaya bahwa sekitar 65 juta tahun lalu terjadi tabrakan sebuah asteroid dengan bumi di wilayah Amerika tengah sekarang, yang menyebabkan musnahnya dinosaurus. Namun ilmuwan lain berbeda pendapat dengan hasil penelitian ini. Hasil penelitian para peneliti Universitas Toronto di atas dimuat di jurnal ilmiah Science.

Robot-robot yang pernah dibuat manusia biasanya hanya bisa berjalan dan melompat, atau hanya bisa terbang. Maka dari itu, seorang peneliti Iran di Universitas North Eastern, Amerika Serikat menciptakan sebuah robot yang memiliki semua kemampuan itu. Robot ini bukan saja mampu berjalan dengan mudah menggunakan dua kakinya, bahkan dapat terbang dalam jarak tertentu atau melompat melewati rintangan yang menghadangnya.

Robot yang diberi nama LEONARDO, kepanjangan dari LEg ON Aerial Robotic DrOne, atau biasa disingkat dengan Leo ini, memiliki beragam kemampuan. Robot ini memiliki tinggi 80 sentimeter dan dengan mudah dapat menjaga keseimbangan. Komponen utama robot adalah carbon fiber dengan berat hanya 2,7 kilogram.

Robot ini memiliki mesin pendorong khusus yang tertanam di tubuhnya sehingga memungkinkannya untuk terbang. Tapi robot ini tidak punya kemampuan manuver udara layaknya drone, namun kemampuan terbangnya memungkinkan robot itu melewati rintangan tinggi. LEONARDO dianggap menjadi saingan berat robot-robot produksi perusahaan Boston Dynamic yang memiliki banyak kemampuan untuk melewati rintangan.

Mesin rekayasa genetika CRISPR merupakan salah satu penemuan tercanggih di dunia medis dalam satu dekade terakhir, akan tetapi ia memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan yang mendorong ditemukannya metode lebih baik darinya.

Enzim asli yang digunakan dalam metode CRISPR yaitu enzim Cas9 adalah pilihan terbaik, namun tidak bisa diakses oleh para dokter, dan sekelompok peneliti termasuk penemu CRISPR sendiri, dengan menggunakan enzim yang lebih akurat yaitu Cas12b, berhasil menemukan metode yang lebih baik dalam rekayasa genetika.

Metode rekayasa genetika CRISPR bekerja layaknya gunting, dan memungkinkan para ilmuwan untuk mengakses sekuens DNA. Dengan cara ini gen-gen penyebab penyakit dapat dihapus dan digantikan dengan gen-gen yang lebih bermanfaat.

Akan tetapi enzim Cas9 yang digunakan dalam metode CRISPR mempunyai sejumlah kelemahan dan kekurangan, termasuk dapat menyebabkan mutase gen lain dari sekuens DNA, dan tingkat kemungkinan seseorang terkena kanker, semakin besar. Sementara enzim Cas12b tidak mempunyai masalah semacam itu, dan memiliki kemungkinan untuk ditempatkan di sekuens DNA secara lebih akurat.

Penggunaan enzim ini tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh seseorang, maka dari itu ia memiliki efek samping yang lebih sedikit. Tantangan terbesar dalam penggunaan enzim Cas12b adalah enzim ini diambil dari bakteri yang hanya hidup di daerah yang sangat panas di gunung berapi. Akan tetapi para ilmuwan setelah tiga tahun, menyadari bahwa jenis enzim ini juga bisa hidup di lingkungan yang lebih dingin.[]