Okt 16, 2019 16:36 Asia/Jakarta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa pihaknya akan mengakhiri "perang tanpa akhir" di Timur Tengah.

Trump dalam tweetnya pada tanggal 10 Oktober 2019 menulis, "Turki telah merencanakan menyerang Kurdi untuk waktu yang lama. Mereka telah berjuang selamanya. Kami tidak memiliki tentara atau militer di dekat daerah serangan. Saya mencoba untuk mengakhiri PERANG TANPA AKHIR."

Dia menambahkan, "Berbicara di kedua sisi. Beberapa ingin kita mengirim puluhan ribu tentara ke daerah itu dan memulai perang baru lagi. Turki adalah anggota NATO. Yang lain mengatakan JANGAN IKUT CAMPUR, biarkan Kurdi berperang sendiri (bahkan dengan bantuan keuangan kami). Saya katakan, pukul Turki sangat keras secara finansial dan dengan sanksi jika mereka tidak bermain sesuai aturan! Saya memperhatikan dengan seksama."

Namun tak lama pengumuman tersebut,  Departemen Pertahanan AS (Pentagon) mengumumkan pengiriman tambahan pasukan dan peralatan militer AS ke Arab Saudi. Pengerahan pasukan tambahan ini dilakukan atas permintaan pemerintah Arab Saudi menyusul serangan balasan Yaman ke fasilitas minyak negara itu pada 14 September 2019.

Kilang minyak Buqayq (Abqaiq) dan Khurais di bagian timur Arab Saudi menjadi sasaran balasan Yaman pada Sabtu dini hari, 14 September 2019.

Serangan drone Yaman ke fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais, membawa dampak buruk bagi ekonomi dan keamanan negara itu.

Serangan ke fasilitas perusahaan minyak Aramco ini memiliki dampak jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendekny adalah 50 persen dari produksi minyak Saudi terhenti akibat serangan itu. Oleh karena itu, Arab Saudi bertekad untuk memperkuat pertahannya dengan meminta bantuan Amerika.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada 12 Oktober 2019 mengatakan, dua skuadron jet tempur, tambahan dua baterai pertahanan rudal Patriot dan Terminal High Altitude Area Defense System (THAAD), dikirim ke Arab Saudi, sehingga kini total sekitar 3000 tentara tambahan AS telah dikirim sejak September tahun ini.

Menurutnya, pihaknya telah berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman pada 11 Oktober 2019 guna membahas pengerahan pasukan tambahan untuk memastikan dan meningkatkan pertahanan Arab Saudi.

Terkait hal ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington mengirimkan pasukan tambahan ke Arab Saudi untuk membantu negara tersebut. Namun Trump menambahkan bahwa pemerintah Saudi telah setuju untuk "membayar kami atas semua yang kami lakukan."

Pengiriman pasukan tambahan Amerika ke Arab Saudi akan semakin mempertegang situasi di kawasan, padahal Trump baru saja mengumumkan bahwa dirinya akan mengakhiri perang di Timur Tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan Trump kontradiktif. (RA)