Mar 07, 2020 17:18 Asia/Jakarta
  • Boris Johnson (kiri) dan wanita Muslimah bercadar.
    Boris Johnson (kiri) dan wanita Muslimah bercadar.

Pada Agustus 2018, Menteri Luar Negeri Inggris waktu itu, Boris Johnson menyebut perempuan Muslim yang mengenakan burqa yang menutupi wajah mereka, terlihat seperti “perampok bank” atau “kotak surat.”

Johnson dalam artikelnya di surat kabar Daily Telegraph, meminta agar pemakaian burqa dan niqab dilarang di tempat-tempat umum dan menyebut model pakaian yang dikenakan minoritas Muslim itu sebagai “aneh.”

“Saya merasa berhak sepenuhnya untuk mengharapkan wanita mengangkat penutup wajahnya ketika berbicara dengannya. Sekolah dan universitas harus bisa mengambil pendekatan yang sama jika seorang siswa terlihat seperti perampok bank,” tulisnya.

Penghinaan ini memicu reaksi luas di dalam Inggris dan luar negeri termasuk dari masyarakat Muslim Inggris. Dewan Muslim Inggris menyatakan bahwa pandangan Johnson memiliki dampak yang mengkhawatirkan terhadap komunitas Muslim. Komentarnya merupakan narasi kelompok sayap kanan bahwa Muslim tidak termasuk bagian dari negara ini.

Menurut Dewan Muslim Inggris, harapan yang paling kecil dalam hal ini adalah meminta maaf dan Partai Konservatif harus memulai penyelidikan independen terhadap dugaan Islamophobia di partai ini.

“Sekarang secara luas diakui bahwa Partai Konservatif memiliki hubungan yang buruk dengan komunitas Muslim Inggris," kata pernyataan Dewan Muslim Inggris.

Pendiri Forum Muslim Konservatif Inggris, Mohamed Sheikh mengatakan tulisan Boris Johnson benar-benar bermasalah. David Lammy, anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, menyebut Johnson sebagai Donald Trump yang kurang bernilai dan ia sengaja mengobarkan Islamophobia demi kepentingan politik.

Lammy via akun Twitter-nya mengatakan, “Di jalan-jalan negara kita, sekelompok orang sedang memaksa mencopot burqa dari wajah wanita Muslim, tapi respon Johnson justru menghina mereka dan menyamakan mereka seperti kotak surat.”

Sebagian analis percaya bahwa komentar-komentar Johnson tentang burqa wanita Muslim bertujuan menarik dukungan kubu sayap kanan di Partai Konservatif Inggris.

Perdana Menteri Inggris waktu itu, Theresa May menyerukan Johnson untuk meminta maaf karena membandingkan wanita yang mengenakan burqa dan cadar dengan perampok bank dan kotak surat. “Beberapa istilah yang digunakan Johnson untuk menggambarkan penampilan orang, jelas membuat mereka tersinggung,” tegasnya.

Komentar Johnson bahkan membangkitkan gelombang kemarahan dari para senior Partai Konservatif, di mana mereka mengecam pernyataan Johnson sebagai Islamophobia dan menuduhnya mengambil bagian dalam politik peluit anjing untuk memicu upaya kepemimpinan populis di masa depan.

May menegaskan, “Kita perlu berhati-hati dalam menggunakan istilah dan kata-kata. Apakah kita meyakini bahwa masyarakat memiliki hak untuk memilih pakaiannya berdasarkan keyakinan agama mereka?”

Ketua Partai Konservatif Inggris, Brandon Lewis mengatakan bahwa ia telah meminta Johnson untuk menyampaikan permintaan resmi atas komentarnya. Namun, sebuah sumber yang dekat dengan Johnson bersikeras bahwa dia tidak akan meminta maaf.

Menteri Penasihat untuk Urusan Luar Negeri Inggris, Alistair Burt mengkritik mantan bosnya itu dengan mengatakan, "Saya tidak akan pernah membuat komentar seperti itu, saya pikir ada tingkat pelanggaran dalam hal ini.”

Namun, Johnson menolak meminta maaf dan bersikeras pada pendiriannya. Dia menyampaikan penentangannya setelah Denmark mengeluarkan larangan terhadap penggunaan niqab dan burqa, mengikuti keputusan yang sama oleh pemerintah Prancis, Jerman, Austria, dan Belgia.

Johnson dalam artikelnya di Daily Telegraph, mengatakan bahwa burqa dan niqab tentu tidak selalu menjadi bagian dari Islam. Di Inggris saat ini hanya ada sebagian kecil dari perempuan yang mengenakan ini.

Di sini, Johnson ada baiknya berkonsultasi dengan salah satu pemuka agama Islam tentang hijab dan aurat sebelum melecehkan perempuan yang mengenakan burqa dan niqab.

Pada dasarnya, al-Quran turun untuk menjelaskan prinsip-prinsip hukum secara global. Ia tidak menjelaskan perkara hukum dan contoh kasus secara detail, karena sumber-sumber hukum dalam Islam bukan hanya al-Quran.

Al-Quran adalah yang pertama dan utama sebagai sumber untuk mengeluarkan pedoman hidup dan panduan moral Islami. Sunnah Rasulullah dan Ahlul Baitnya serta ijma’ ulama juga termasuk salah satu dari sumber-sumber hukum Islam.

Masalah hijab telah disinggung dalam al-Quran sebagai sebuah prinsip umum. Ada dua ayat yang secara tegas berbicara tentang masalah hijab yaitu ayat 31 surat an-Nur dan ayat 59 surat al-Ahzab.

Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur, ayat 31)   

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab, ayat 59)

Kelompok anti-Islam dan anti-pengungsi di Inggris.

Perempuan dan wanita Muslim yang mematuhi ajaran agamanya, memilih mengenakan hijab. Sebagian dari mereka memilih memakai burqa dan niqab. Bukankah pemikiran liberal demokrasi Barat menghormati kebebasan dan keyakinan masing-masing. Sebagian wanita Muslim ingin menutupi wajahnya berdasarkan ajaran agamanya.

Sejauh ini belum ada laporan bahwa burqa dan niqab telah disalahgunakan untuk tindakan kriminal dan kejahatan, yang mengancam keamanan masyarakat Barat. Pelecehan dan larangan penggunaan burqa di negara-negara Barat dikampanyekan oleh kelompok pro-Islamophobia dan anti-Islam.

Sikap anti-Islam yang ditunjukkan Boris Johnson, dapat memicu keretakan lebih dalam di tengah masyarakat Inggris yang memiliki lebih dari tiga juta populasi Muslim. (RM)