Apr 30, 2020 09:15 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 30 April 2020

Abu Ali Sallar Wafat

978 tahun yang lalu, tanggal 6 Ramadan 463 HQ, Hamzah bin Abdullah Sallar, seorang ulama muslim abad ke-5 Hijriah, meninggal dunia di kota Tabriz, barat daya Iran.

 

Hamzah bin Abdullah Sallar dijuluki dengan nama Abu Ali. Abu Ali merupakan salah satu murid terkenal dari Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha Alamul Huda, dua ulama besar pada masa itu.

 

Karya Abu Ali Sallar yang paling terkenal adalah kitab berjudul "al-Marasim al-Alawiyah wal al-Ahkam an-Nabawiyah". Selain itu, dia juga menulis sepuluh jilid kitab fiqih berjudul "Jawami'ul Fiqih".

Nasseruddin Shah Qajar.

Nasseruddin Shah Qajar Dibunuh Mirza Reza Kermani

 

124 tahun yang lalu, tanggal 11 Ordibehesht 1275 HS, Nasseruddin Shah Qajar dibunuh oleh Mirza Reza Kermani.

 

Sejak awal bulan Ordibehesht 1275 HS, Naseruddin Shah Qajar mempersiapkan peringatan 50 tahun ia memerintah. Rencananya, acara peringatan ini akan diselenggarakan selama seminggu. Sekaitan dengan acara ini, dini hari 11 Ordibehesht 1275 Hs, sehari sebelum hari penyelenggaraan acara, Naseruddin Shah pergi kota Rey untuk berziarah ke makam Sheikh Abdol Azim.

 

Selama di komplek suci itu, tiba-tiba terdengar suara letusan senapan memecahkan keheningan dan ternyata dengan tiga peluru, Mirza Reza Kermani, pengikut Sayid Jamaluddin al-Afghani berhasil menewaskan Naseruddin Shah. Karena tewas di sana, Naseruddin Shah dikuburkan juga di komplek tersebut

 

Di era pemerintahannya, ia melakukan sejumlah kesalahan fatal. Di antaranya membunuh Amir Kabir, dan memberikan serangkaian hak konsesi kepada pihak asing dengan imbalan pembayaran besar yang masuk ke kantong pribadi.

 

Pada tahun 1890, ia membuat kesalahan yang lebih besar dalam pemberian konsesi selama 50 tahun yang menyangkut pembelian, penjualan, dan pengolahan tembakau di semua negara. Naseruddin juga mencoba membatalkan fatwa boikot tembakau Ayatullah Mirza Shirazi, yang dianggap oleh banyak ahli sebagai akar nasionalisme Iran modern.

 

Selain itu, di masa pemerintahan Naseruddin, sejumlah wilayah seperti Herat, sekitar wilayah sungai Jeihoun, dan bagian dari Sistan Balouchistan terpisah dari Iran. Raja Qajar ini juga dikenal sebagai orang yang menghambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan pribadi.

 

Sastrawan Umar Kayam Lahir

 

88 tahun yang lalu, tanggal 30 April 1932, Umar Kayam dilahirkan di Ngawi, Jawa Timur.

 

Meraih M.A. di Universitas New York (1963), dan Ph.D. dua tahun kemudian dari Universitas Cornell, Amerika Serikat. Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada ini hingga pensiunnya di tahun 1997 ini adalah anggota penyantun/penasehat majalah sastra Horison sebelum mengundurkan pada 1 September 1993.

 

Pada 1987, ia meraih SEA Write Award. Karya-karyanya: Seribu Kunang-kunang di Manhattan (1972), Totok dan Toni (1975), Sri Sumarah dan Bawuk (1975), Seni, Tradisi, Masyarakat (1981), Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Bangsa (1985), Para Priyayi (1992; mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K 1995), Mangan Ora Mangan Kumpul (1990), Sugih Tanpa Banda (1994), Jalan Menikung (1999). Cerpen-cerpen-cerpennya diterjemahkan Harry Aveling dan diterbitkan dalam Sri Sumarah and Other Stories (1976) dan Armageddon (1976).

 

Umar Kayam akhirnya meninggal pada 16 Maret 2002 di Jakarta dalam usia 62 tahun.