Lintasan Sejarah 10 Juni 2020
Ibnu Idris Al-Hilli, Ahli Fiqih Syiah Wafat
843 tahun yang lalu, tanggal 18 Syawal 598 HQ, Ibnu Idris al-Hilli, ahli fiqih Syiah meninggal dunia di usia 55 tahun .
Fakhruddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Idris al-Hilli lahir di kota Hillah pada 543 HQ di kota Hillah, Irak. Ibnu Idris sejak kecil telah mempelajari ilmu-ilmu agama, khususnya al-Quran dan di masa mudanya telah menjadi seorang faqih hebat. Beliau meyakini bahwa berpikir merupakan kewajiban setiap manusia untuk memilih jalan yang benar. Barangsiapa yang tidak memanfaatkan nikmat ini, berarti ia telah kufur dan mengingkari nikmat-nikmat Allah Swt.
Para ulama sezaman dan setelah Ibnu Idris sangat memuji sikap dan keberanian beliau yang mampu menggerakkan fiqih Islam menuju kesempurnaannya. Satu abad sepeninggal Syaikh Thusi, seluruh ulama dan faqih Syiah menukil pendapat beliau. Bahkan boleh dikata pintu ijtihad tertentu pada tahapan tertentu. Kondisi ini terus berlanjut hingga Ibnu Idris keluar dari lingkaran taklid dan menjadi mujtahid.
Ibnu Idris memiliki banyak karya ilmiah yang sangat berharga dan yang paling terkenal adalah buku al-Sarair. Buku ini merupakan karya jenius dan baru di dunia fiqih masa itu dan kekuatan isinya masih terus diperbincangan hingga kini. Selain memuat tema-tema penting fiqih, buku ini juga memuat hadis-hadis pilihan Ibnu Idris dan membuat nilai hadis menjadi penting.
Tehran Mogok Total Peringati Sepekan 15 Khordad
57 tahun yang lalu, tanggal 21 Khordad 1342 HS, terjadi aksi mogok total di kota Tehran memeringati sepekan peristiwa berdarah 15 Khordad.
Pasca penahanan Imam Khomeini ra dan terjadinya kebangkitan berdarah 15 Khordad 1342 HS, hauzah ilmiah Irak dan rakyat di kota-kota Iran memberikan dukungannya kepada Imam Khomeini ra dan menyatakan kebenciannya atas aksi kekerasan rezim Shah Pahlevi. Mereka semua menuntut segera pembebasan Imam Khomeini ra.
Melanjutkan aksi protes mereka, rakyat melakukan aksi mogok di seluruh Tehran pada 21 Khordad 1342 HS, bertepatan sepekan setelah pembantaian 15 Khordad. Aksi yang membuat rezim Shah kebingungan untuk menindak mereka.
elain itu, berkumpulnya para ulama dan marji Qom dan Mashad serta dari kota-kota lainnya ke Tehran membuat rezim Shah akhirnya berusaha untuk menenangkan situasi. Rezim Shah secara simbolik membebaskan Imam Khomeini demi menenangkan kemarahan rakyat.
Perang Enam Hari Arab-Israel Berakhir
53 tahun yang lalu, tanggal 10 Juni 1967, perang enam hari Arab-Israel berakhir dengan gencatan senjata yang dimediatori oleh PBB.
Dalam usahanya untuk memperluas wilayah, rezim Zionis menyerang Mesir. Mesir melawan serangan Zionis ini dengan dukungan Suriah, Yordania, Irak, Kuwait, dan Aljazair. Namun, hanya dalam dua hari sejak dimulainya perang, pasukan Israel berhasil merebut kota Yerusalem dari Yordania.
Menjelang berakhirnya pertempuran, pasukan Israel telah menduduki seluruh tanah Palestina, termasuk Jerusalem Timur, Jalur Gaza, dan Tepi Barat, Semenanjung Sinai milik Mesir, dan Dataran Tinggi Golan milik Suriah. Dengan demikian, wilayah yang diduduki Israel telah bertambah hampir empat kali lipat dari wilayah yang semula diserahkan kepadanya dalam Rencana Pembagian PBB tahun 1947.[]