Sep 14, 2020 20:16 Asia/Jakarta

Serbia berencana membuka kedutaan besar untuk rezim Zionis Israel di al-Quds setelah dicapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Kosovo yang ditengahi oleh Amerika Serikat.

Kesepakatan tersebut dicapai dalam dua hari pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Serbia Aleksander Vucic dan Perdana Menteri Kosovo Avdullah Hoti di Washington D.C. pada 5-6 September 2020.

Mereka sepakat mengakhiri pertikaian dan bekerja sama dalam sejumlah sektor perekonomian seperti menggaet penanam modal hingga membuka lapangan pekerjaan baru.

Kesepakatan itu diangga sebagai upaya Trump di bidang politik diplomasi untuk memperkuat posisi rezim Zionis di dunia menjelang pemilu presiden AS pada 3 November 2020.

Trump dalam jumpa pers di Ruang Oval, Gedung Putih, Washington D.C. mengatakan, dengan senang hati saya menyampaikan kesepakatan bersejarah. Serbia dan Kosovo, lanjutnya, berkomitmen melakukan normalisasi ekonomi.

Menurut Trump, Serbia saat ini telah memiliki kantor dagang di al-Quds pada September, dan akan memindahkan kedutaan besar ke al-Quds pada Juli 2021.

AS mengakui al-Quds sebagai ibu kota rezim Zionis pada akhir 2017, dan memindahkan kedutaan besarnya ke kota tersebut pada Mei 2018.

Kesepakatan antara Kosovo dan Serbia merupakan upaya Trump untuk mendorong penguatan posisi Israel dalam hal diplomasi. Sebelumnya, AS telah menengahi kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.

Tak lama kemudian Bahrain juga mencapai kesepakatan untuk normalisasi hubungan dengan rezim Zionis. Oman dan Sudan disebut-sebut juga menjajaki kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel.

Kosovo menyatakan merdeka dari Serbia pada 2008, sembilan tahun setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggelar serangan udara terhadap Serbia selama 78 hari supaya berhenti memburu etnis Albania di Kosovo. Sebagian besar negara blok Barat mengakui kemerdekaan Kosovo.

Namun Serbia dan dua sekutunya, Rusia serta Cina, sampai saat ini tidak mengakui kemerdekaan Kosovo. Hal itu membuat hubungan kedua pemerintah memburuk setelah perang berkecamuk di kawasan Balkan sepanjang 1990-an setelah Uni Soviet runtuh.

Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada Serbia karena akan memindahkan kedutaan besar ke al-Quds. Dia mengklaim Kosovo sebagai negara mayoritas Muslim juga akan membuka kedutaan di kota itu. (RA)