Lintasan Sejarah 17 September 2020
-
17 September 2020
Hari ini, Kamis 17 September 2020 bertepatan dengan 28 Muharam 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 27 Shahrivar 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Hudzaifah bin Yaman Wafat
1397 tahun yang lalu, tanggal 28 Muharam 45 HQ, Hudzaifah bin Yaman, sahabat Rasulullah Saw meninggal dunia.
Hudzaifah bin Yaman merupakan seorang sahabat besar Nabi Muhammad Saw dan sahabat khusus Imam Ali as. Ayah Hudzaifah meninggal di Perang Uhud oleh seorang muslim lainnya karena salah sangka.
Hudzaifah merupakan satu dari tujuh orang yang melakukan shalat atas jenazah Sayidah Fathimah az-Zahra as. Ia mengetahui mana sahabat yang asli dan mana yang munafik.
Orang-orang Munafik pasca peristiwa Ghadir Khum berencana untuk membunuh Rasulullah Saw ketika akan melewati gunung sekembali dari Ghadir Khum. Di gunung itu mereka akan menakut-nakuti onta Nabi Saw agar tidak terkendali dan jatuh ke jurang, tapi Jibril memberitahu Nabi Saw akan rencana busuk ini.
Saat Nabi Saw tiba di gunung itu, orang-orang Munafik dengan muka tertutup membawa wadah yang dipenuhi dengan batu kerikil dari atas lalu menjatuhkannya ke arah Nabi Saw, sambil berteriak-teriak. Ammar bin Yasir dengan sigap memegang kendali onta Nabi Saw, sementara Hudziafah berada di sisi Nabi Saw. Akhirnya, rencana orang-orang Munafik gagal.
Setelah kejadian itu, Nabi Saw menyebutkan nama satu persatu orang-orang Munafik itu kepada Hudzaifah. Itulah mengapa setiap kali Hudzaifah tidak ikut melakukan shalat jenazah seorang Muslim, maka yang lain memahami bahwa orang itu adalah munafik.
Tanggal 28 Muharam 45 HQ, Hudzaifah bin Yaman meninggal dunia di kota Madain, 40 hari setelah Imam Ali as secara lahiriah diangkat sebagai khalifah. Sebelum meninggal, Hudzaifah berpesan kepada anaknya Shafwan dan Said agar senantiasa bersama Imam Ali as dan keduanya semasa hidupnya mengamalkan perintah ayahnya dan gugur syahid dalam perang Shiffin bersama pasukan Imam Ali as.
Pembunuhan Massal Rakyat Palestina
50 tahun yang lalu, tanggal 17 September 1970, dimulai pembunuhan massal rakyat Palestina oleh tentara Yordania.
Menyusul kehadiran angkatan bersenjata Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Yordania dan terjadinya perlawanan gerilyawan Palestina terhadap tentara Zionis, Raja Husain bin Thalal merasa kepentingannya terancam. Oleh karena itu, sejak awal September tahun 1970, terjadi berbagai bentrokan sporadis antara tentara Yordania dan kelompok gerilyawan Palestina, khususnya di kota Amman.
Pada tanggal 16 September, pemerintahan militer terbentuk di Yordania, dan sehari kemudian atas perintah Raja Husain, tentara Yordania menyerbu berbagai posisi gerilyawan dan warga sipil Palestina yang mengungsi di Yordania. Ribuan rakyat Palestina terbunuh atau terluka dalam kejadian ini. Pada tanggal 28 September 1970, ditandatangani perjanjian gencatan senjata antara Yaser Arafat dan Raja Husain.
Namun, pada akhir tahun itu pula, kembali terjadi bentrokan antara tentara Yordania dan gerilyawan Palestina. Akhirnya, Raja Husain melarang total para gerilyawan Palestina untuk menyerang tentara Zionis di dalam kawasan Yordania dan kemudian, ratusan ribu pengungsi Palestina diusir keluar dari negeri itu.
Pesan Imam Khomeini ra Menyusul Gempa Bumi Tabas
42 tahun yang lalu, tanggal 27 Shahrivar 1357 HS, Imam Khomeini ra mengirim pesan menyusul gempa bumi Tabas.
Pasca terjadinya gempa bumi besar di kota Tabas pada 25 Shahrivar 1357 HS, rezim Pahlevi berusaha meraih simpati rakyat Iran dengan mengumumkan hari berkabung nasional. Melihat upaya rezim Pahlevi, Imam Khomeini ra dari Najaf, Irak mengeluarkan pesan belasungkawa pada 27 Shahrivar 1357 HS dan menyampaikan solidaritasnya dengan keluarga korban gempa, sekaligus mengungkap niat buruk rezim Shah.
Sekaitan dengan pernyataan berkabung nasional yang disampaikan oleh rezim Pahlevi, Imam Khomeini ra mengatakan, "Mereka yang membantai ribuan orang terbaik dari putra-putri kita (pada 17 Shahrivar 1357) secara bengis, kini berusaha untuk menyimpangkan opini umum dengan mengucapkan belasungkawa. Mereka menitikkan air mata buaya."
Dalam pesannya, Imam Khomeini ra meminta seluruh umat Islam untuk langsung memberikan bantuan kepada korban gempa.