Okt 27, 2020 18:34 Asia/Jakarta
  • kemajuan iptek di Iran
    kemajuan iptek di Iran

Para ilmuwan Iran berhasil menciptakan batu bata untuk bangunan, dengan bahan dari sisa industri pemotongan batu, menggunakan teknologi nano yang dipercaya tahan gempa.

Menurut pelaksana proyek ini, produksi bata dari tanah liat membutuhkan tanah pertanian yang berkualitas, dan lahan untuk bercocok tanam. Tungku pembakaran bata baik yang tradisional maupun yang berbentuk tunel, juga menjadi faktor yang menghasilkan gas beracun dalam jumlah banyak, dan gas rumah kaca. Selain itu, produksi bata dalam suhu yang tinggi, menyebabkan tersebarnya gas flourin yang memiliki tingkat pencemaran tinggi.
 
Para peneliti menjelaskan, penggunaan metode baru dalam produksi bata ini, dapat mengurangi masalah lingkungan hidup, dan menghilangkan proses pembakaran. Dalam proyek penelitian inovatif ini, batu bata dibuat dengan bahan sisa, dan aditif nano, sehingga dihasilkan bata dengan karakteristik yang sudah ditingkatkan yaitu tingkat kekuatan tarik, dan kekuatan menahan benturannya bertambah, sehingga lebih tahan gempa.
 
Selain itu, bata ini dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan pembangunan dinding tanpa membutuhkan pelapisan, dan membuat dinding tampak lebih indah, tanpa harus menggunakan batu lain untuk menghias gedung. Penggunaan metode hidrofobik memungkinkan dinding bagian dalam dapat dicuci, sehingga ia bisa menjadi alternatif pengganti keramik, dan batu pada gedung.
 
----
 
Para ilmuwan di sebuah perusahaan berbasis sains Iran, di taman sains dan teknologi Universitas Tarbiat Modares, berhasil menciptakan pembalut luka berbahan dasar nano yang selain mengandung obat, juga mampu menyerap infeksi, darah, dan cairan yang dihasilkan dari berbagai jenis luka. Dewasa ini, di seluruh dunia, digunakan pembalut luka yang mengandung obat dan memiliki beragam parameter, dengan maksud untuk mempercepat proses penyembuhan, dan masing-masing berguna untuk menyembuhkan luka.
 
Pembalut luka biasanya hanya memiliki kemampuan menghantarkan obat, dan menyembuhkan luka saja, tapi untuk memperbaiki kinerja obat, lebih baik agar darah, dan infeksi hasil dari luka saat penghantaran obat juga dibersihkan. Untuk itu, para peneliti Iran, menciptakan sebuah pembalut luka yang selain mampu melepaskan antibiotik, dan Vitamin C, juga dapat menyembuhkan luka sekaligus menyerap infeksi, dan darah akibat luka tersebut.
 
Menurut keterangan para peneliti, produk yang berbentuk gel ini mengandung obat yang merupakan kombinasi dari sejumlah polimer, dan efektif untuk menyembuhkan luka. Pembalut luka ini terdiri dari dua bagian nanofiber, dan bahan superabsorben polimer. Bahan superabsorben polimer mampu menyerap air, infeksi, darah dan cairan biologis yang dapat mempercepat proses penyembuhan.
 
Pembalut luka ini juga memiliki fungsi biodegradasi, dan setelah diletakkan di atas luka, ia segera terpecah, dan tinggal di dalam luka, sehingga tidak perlu diangkat kembali. Proyek penelitian ini berlangsung antara tujuh hingga 10 hari, dan ini lebih pendek dibanding metode lainnya.
 
Pembalut luka ini bisa digunakan untuk mengobati penyakit diabetes, berbagai jenis luka bakar, dan infeksi. Menurut para peneliti, obat nanofiber diletakan di dalam luka, dan mulai melepaskan diri. Pelepasan itu terjadi serentak di semua bagian yang luka.
 
Pembalut luka ini sudah mendapatkan sertifikat hak cipta. Percepatan proses penyembuhan, penyerapan sekresi akibat luka, dan pelepasan obat sudah diuji coba, dan digunakan di pusat-pusat medis untuk berbagai keperluan.
 
----
 
Sekelompok peneliti Australia berhasil mengidentifikasi spesies unik jamur di kepulauan Tasmania yang komposisi molekulernya mirip dengan narkotika, dan berguna untuk meredakan sakit. Komposisi molekuler jamur yang baru ditemukan ini memiliki karakteristik anti-nyeri mirip morfin, dan poin pentingnya adalah penggunaan jamur ini tidak membawa efek samping yang berbahaya layaknya morfin.
 
Efek samping itu seperti sesak nafas. Jamur ini untuk pertama kalinya sejak 16 tahun lalu ditemukan di salah satu wilayah kepulauan Tasmania, yang dikenal dengan Huon Valley, namun komposisi molekuler uniknya belum terpecahkan sampai hari ini.
 
Para ilmuwan Australia mengatakan, sampai sekarang penemuan semacam ini di alam, merupakan sesuatu yang luar biasa, dan hal yang menarik adalah kemiripan yang sangat banyak antara efek molekul-molekul morfin, dan jamur ini di tubuh manusia.
 
Para peneliti dengan terinspirasi dari komposisi molekuler jamur ini, menemukan molekul-molekul baru bernama Bilorphin, dan mereka berharap di masa depan bisa memanfaatkannya untuk menciptakan bahan anti-nyeri yang aman.
 
Menurut para peneliti, untuk menyempurnakan penelitian-penelitian di bidang ini, dan produksi obat-obat anti-nyeri baru dengan memanfaatkan penemuan ilmiah baru ini, minimal membutuhkan waktu satu dekade.
 
----
 
Para ilmuwan di Universitas Politeknik Tomsk, Rusia menemukan sebuah lokasi yang dipenuhi dengan gelembung-gelembung mendidih di timur perairan Kutub Utara. Para ilmuwan Rusia ini melacak gelembung-gelembung aneh di laut dengan menggunakan sebuah kapal.
 
Menurut juru bicara tim riset, di sebelah kanan wilayah Keldysh ditemukan sebuah titik berwarna hijau zamrud di salah satu latar berwarna biru tua. Setelah didekati, para ilmuwan menyaksikan gas-gas keluar dari kedalaman laut. Gas-gas ini menciptakan ribuan gelembung di permukaan air.
 
Gelembung-gelembung itu memenuhi sebuah wilayah seluas 4-5 meter persegi, dan para peneliti mengumpulkan air mendidih yang mengandung metana sebagai sampel. Menurut kepala tim riset, kekentalan semburan metana yang ada di wilayah ini 9 kali lipat lebih tinggi dari rata-rata yang ada di bumi.
 
Sampai saat ini tidak ada seorangpun yang berhasil mencatat tingkat penyemburan metana setinggi itu. Namun sampai saat ini penelitian terkait wilayah tersebut, dan tingkat metana yang terkandung di dalamnya terus dilakukan.
 
Sudah sekian lama para ilmuwan mengamati dari dekat penyebaran gas rumah kaca di Siberia. Gas yang terkubur di dalam tanah, dan danau es Siberia, berumur sangat tua.[]

Tags