Lintasan Sejarah 1 Februari 2021
Syeikh Murtadha Anshari Wafat
161 tahun yang lalu, tanggal 18 Jumadil Tsani 1281 HQ, Syeikh Murtadha Anshari, seorang ahli fikih, pemikir, dan ulama besar dunia Islam, meninggal dunia di Najaf, Irak dalam usia 67 tahun dan dikuburkan di komplek makam suci Imam Ali as.
Syeikh Murtadha Anshari dilahirkan pada 1214 Hq di kota Dezful di selatan Iran dan merupakan keturunan Jabir bin Abdullah al-Anshari, sahabat Rasulullah Saw. Beliau sejak berusia 18 tahun telah pergi ke Karbala untuk menuntur ilmu. Setelah itu beliau pergi ke Najaf al-Asyraf dan belajar kepada Syeikh Musa Kasyif al-Ghitha.
Syeikh Anshari sempat kembali ke Iran dan di Kashan belajar kepada Mulla Ahmad Naraqi. Pada usia 35 tahun, beliau pergi lagi ke Najaf dan mulai mengajar dan menulis di sana. Beliau berhasil mendidik ratusan murid mujtahid seperti Mirza Shirazi, Syeikh Ja’far Syustari, Mirza Rashti, Sayid Hossein Kouh Kamareh-i, Akhond Khorasani dan lain-lain.
Syaikh Anshari meninggalkan berbagai karya tulis, di antaranya “ar-Rasail” dan “al-Makasib al-Muharramah”.
Reaksi AS atas Pidato Imam Khomeini di Behesht Zahra
42 tahun yang lalu, tanggal 13 Bahman 1357 HS, Amerika Serikat mereaksi pidato Imam Khomeini ra di Behesht-e Zahra.
Pasca pidato Imam Khomeini ra tanggal 12 Bahman 1357 HS di Behesht Zahra yang berisikan sikap transparan beliau terkait kebijakan intervensif Amerika di Iran, Kementerian Luar Negeri Amerika sebagai pendukung utama rezim Zionis Israel menyebut pidato itu sangat anti Amerika.
Di sisi lain, rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatirannya setelah Imam kembali ke Iran. Karena Israel mengetahui dengan benar bahwa Imam Khomeini ra dan rakyat revolusioner Iran sebagai penentang keras rezim penjajah al-Quds.
Kantor Berita Uni Soviet, Tass juga dalam reaksinya terkait kembalinya Imam Khomeini ra ke negaranya menyatakan bahwa kembalinya Ayatullah Imam Khomeini ke Iran akan membawa perjuangan di negara ini memasuki tahap paling menentukan.
Di sisi lain, di hari ini, rakyat yang ingin bertemu dengan Imam mulai menuju tempat tinggal Imam di madrasah Alavi, Tehran. Dalam pidatonya di hadapan rakyat, Imam Khomeini ra menyebut rezim Zionis Israel melanggar akal dan hak asasi manusia. Ditekankan juga oleh Imam bahwa setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Banjir Jakarta 2007
14 tahun yang lalu, tanggal 1 Februari 2007, terjadi banjir besar di Jakarta dan sekitarnya yang mengakibatkan 80 orang tewas.
Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.