May 06, 2021 17:16 Asia/Jakarta

Tanggal 5 Mei menandai peringatan 41 tahun penyerangan dan penyanderaan di Kedutaan Besar Iran di London pada tahun 1980, namun tragedi ini masih diselimuti misteri.

Situs Tirto.id baru-baru ini memuat sebuah ulasan yang ditulis oleh Muhammad Fakhriansyah mengenai penyerangan dan penyanderan di Kedutaan Besar Iran di Inggris. Penyerangan dan penyanderaan di Kedutaan Besar Iran berlangsung dari 30 April hingga 5 Mei 1980 setelah enam orang bersenjata menyerbu kedutaan Iran di Prince's Gate di South Kensington, London.

Menurut tulisan tersebut, pada Rabu 30 April 1980, Kedutaan Besar Iran di London seperti biasa menerima banyak kunjungan masyarakat yang hendak mengurus dokumen keimigrasian. Awalnya, semuanya berjalan lancar sebagaimana mestinya. Namun, sekitar pukul 11.30 waktu setempat, suasana berubah. Sekelompok pengunjung tiba-tiba mengeluarkan senjata dan granat dari dalam koper.

Tak lama berselang, letusan senjata dan bunyi ledakan pun langsung terdengar. Mereka terus menembakkan senjata sembari berteriak, "jangan bergerak!" kepada orang-orang yang masih berada di dalam gedung dan menyuruhnya meletakkan tangan di atas kepala.

Situasi berubah menjadi sangat mencekam. Kedutaan Besar Iran dikuasai pasukan bersenjata tak dikenal. Para pelaku menyandera 26 orang yang terdiri dari 17 staf kedutaan, 8 pengunjung, dan seorang polisi yang saat itu sedang bertugas mengamankan pintu gerbang kedutaan. Para penyandera menuntut pembebasan tahanan di Khuzestan Iran dan jalan keluar mereka sendiri yang aman dari Inggris.

Tanggal 1-4 Mei 1980, ketegangan terus terjadi. Para penyandera menuntut agar duta besar-duta besar negara-negara Arab membuka dialog dengan teroris dan mempersiapkan skenario bagi para penyandera untuk keluar dari Inggris dengan aman.

Mereka juga meminta agar tuntutannya disiarkan di televisi BBC, berharap seantero dunia mengetahuinya. Polisi menuruti permintaan itu dengan menyiarkan tuntutan mereka di BBC. Di saat yang bersamaan, kementerian luar negeri Inggris mengontak duta besar Yordania, Kuwait, Lebanon, Suriah, dan Qatar. Namun, semuanya sepakat untuk tidak menuruti kemauan teroris.

Keesokan harinya, situasi semakin memanas. Para penyandera marah karena tuntutannya tidak segera dipenuhi. Mereka mengancam akan membunuh Kepala Pers Kedutaan Iran Abbas Lasavani, jika tuntutan dialog dengan duta besar negara-negara Arab tidak terpenuhi dalam waktu 45 menit.

Pemerintah Inggris akhirnya membuka opsi lain, yakni meminta pasukan militer dari satuan khusus, Special Air Service (SAS) mempersiapkan diri untuk menyerang teroris, baik jika sandera dibunuh ataupun tidak. Pasalnya, negosiasi tidak menemui kata sepakat dan penyanderaan sudah berlangsung hampir seminggu.

Setelah beberapa menit, para teroris marah besar akibat tuntutannya tidak dipenuhi. Mereka menembak Lasavani dan menjatuhkannya ke luar gedung dari lantai 2. Pemerintah langsung meminta SAS segera menyerang kedutaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

SAS melakukan penyerangan pada pukul 7.23 waktu setempat, tanggal 5 Mei 1980, tepat hari ini 41 tahun lalu. Pasukan yang bergerak dalam operasi bersandi "Nimrod" ini menyerang dari atap, memecahkan kaca, mendobrak pintu, melemparkan granat, dan memasuki gedung.

Ledakan terdengar kencang, asap langsung membubung tinggi. Baku tembak tak terhindarkan. Setelah 17 menit melakukan serangan, SAS berhasil melumpuhkan para teroris. 5 dari 6 orang penyandera tewas. Meski demikian, terdapat seorang sandera yang tewas ditembak teroris sesaat sebelum pasukan SAS menyerang.

Keesokan harinya, the Washington Post mengabarkan bahwa keenam teroris masuk ke Inggris menggunakan paspor Irak dan sudah tiba sebulan penyanderaan. Mereka menyelundupkan senjata menggunakan tas diplomatik Irak sehingga tidak bisa terdeteksi otoritas Inggris. Selain itu, pihak kepolisian Inggris juga mencari orang ketujuh yang bertugas menyediakan penginapan para teroris di London.

Hingga kini dalang di balik penyerangan dan penyanderaan di Kedutaan Besar Iran masih menjadi misteri. Sebagian menyebutkan tentang kemungkinan keterlibatan Irak di masa itu dalam aksi tersebut. Sebab, rezim Baath Irak membantu milisi yang bentrok dengan pasukan Iran. (RA)