Genosida di Penjara Terbuka Terbesar di Dunia
Beberapa orang secara keliru menganggap rezim Zionis sebagai “apartheid”, namun kata ini tidak dapat menunjukkan identitas mereka yang keji dan anti-manusia sebagaimana adanya.
Kaum apartheid menganggap rasnya lebih unggul dibandingkan ras lain, namun mereka tidak mengingkari kemanusiaan ras lain, sedangkan Zionis pada umumnya tidak menganggap populasi non-Zionis sebagai manusia dan tidak memberi mereka hak untuk hidup.
Apa yang terjadi di Gaza mewakili bencana kemanusiaan besar-besaran dan genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selama 75 tahun, kehidupan rakyat Palestina telah dihancurkan oleh rezim ilegal Zionis, dan Zionis telah melakukan kejahatan paling brutal terhadap orang-orang ini. 75 tahun, betapapun berat dan menyakitkannya, tidak pernah dipandang oleh beberapa negara yang mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia.
Citra Palestina bagi para pendukungnya selalu menjadi bingkai perang militer, penghancuran rumah, pengungsian dan kesyahidan; Namun kenyataannya adalah bahwa rakyat Palestina yang tertindas, bahkan setelah rumah mereka hancur, bahkan setelah hidup dan mati syahid mereka berakhir, masih belum aman dari tangan Zionis dan penganiayaan mereka. Gambar-gambar yang disiarkan mengenai kejahatan yang dilakukan oleh tentara rezim Zionis terhadap rakyat Gaza yang tertindas dan menderita menunjukkan kejahatan yang bahkan ditakuti oleh binatang.
Gaza bahkan disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia, dan lebih dari 15 tahun diblokade total dari darat, udara dan laut oleh Israel. Selama kurun waktu tersebut, rakyat daerah ini sangat menderita. Tapi hari ini, dengan operasi militer yang dilancarkan Israel terhadap daerah ini, apa yang terjadi di Gaza lebih dari yang digambarkan. Rumah-rumah pemukiman dengan mudah menjadi sasaran militer Israel dan mengakibatkan kematian anggota sebuah keluarga secara bersamaan. Salah satu keluarga yang setelah 16 tahun menunggu, Tuhan akhirnya memberi mereka anak kembar empat, tapi mereka semua gugur dalam serangan terbaru Israel. Sementara sang ayah sangat berduka atas kematian istri dan keempat anaknya tersebut.
Pejabat rezim Zionis dlaam serangan gila-gilaan dan belum pernah terjadi sebelumnya ini berusaha menghapus Jalur Gaza dari peta. Di sisi lain, pemerintah negara-negara Barat sampai saat ini berulang kali mengumumkan dukungannya kepada Israel, dan senantiasa membenarkan serangan rezim penjajah Zionis ini.
Yoav Gallant, Menteri Perang Rezim Zionis, dengan tindakan yang tidak tahu malu, mengumumkan,“Saya memerintahkan blokade total terhadap Jalur Gaza. Tidak ada lagi listrik, makanan atau gas. Semua perbatasan harus ditutup. Perang kita hari ini adalah melawan hewan humanoid." Setelah perintah Menteri Energi rezim Zionis, pengiriman air dari Israel ke Jalur Gaza juga dihentikan, dan kini warga Gaza yang terluka dan anak-anak mereka kekurangan air, gas, listrik dan makanan, sebuah situasi itu tidak adil dalam perang apapun dan melukai hati setiap umat manusia.
Ada yang keliru menganggap Zionis sebagai “apartheid”, padahal istilah ini bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan sifat Zionis dan tidak bisa menunjukkan identitas mereka yang jahat dan anti-kemanusiaan sebagaimana adanya. "Apartheid" adalah kata dalam bahasa Belanda yang mengacu pada salah satu jenis diskriminasi rasial. Istilah ini berasal dari kebijakan diskriminasi rasial yang dilakukan oleh orang kulit putih rasis di bekas rezim Afrika Selatan, yang mereka gunakan terhadap mayoritas penduduk asli kulit hitam di negara tersebut. Pendukung apartheid menganggap ras mereka lebih unggul dibandingkan ras lain dan percaya bahwa ras lain tidak boleh mendapatkan fasilitas dan keistimewaan yang sama dengan ras mereka.
Jelas bahwa apartheid adalah fenomena yang anti-kemanusiaan, kejam dan jahat, namun dibandingkan dengan Zionisme, tingkat kejahatannya lebih rendah. Rezim yang berdasarkan apartheid tidak mengingkari kemanusiaan ras lain, namun menekankan superioritas rasnya sendiri dibandingkan ras lain. Namun, kaum Zionis pada dasarnya tidak menganggap suku dan penduduk non-Zionis sebagai manusia, dan mereka dengan berani percaya bahwa mereka diciptakan untuk mengabdi kepada Zionis dan tidak memiliki hak untuk hidup, serta membunuh dan membantai mereka adalah diperbolehkan dan membunuh mereka seperti membunuh binatang!
Gideon Levy, seorang reporter terkenal dan kolumnis surat kabar Haaretz, menyatakan, "Ada sebuah prinsip yang menjadi landasan bagi kita, orang Israel, meskipun kita melakukan langkah keji dan biadab, tapi kita hidup dalam kedamaian; Prinsip ini adalah dehumanisasi terhadap non-Yahudi; Kami pada dasarnya tidak menganggap non-Yahudi sebagai manusia, sehingga kita mendefinisikan hak asasi manusia bagi mereka!"
Saat ini di Gaza, banyak anak-anak tak berdosa bergelimang darah. Anak-anak terkafani karena kejahatan tinggal di rumah ibunya, dan ibu-ibu yang bukannya menyaksikan tumbuh kembang anaknya malah harus menumpahkan tanah ke atas jenazah anak-anak mereka. Tubuh setiap anak yang tak bernyawa dan berlumuran darah itu sendiri merupakan pemandangan yang akan membakar jiwa manusia, namun nampaknya hal ini malah membuat para tentara pembunuh anak rezim Zionis merasa lebih baik. Mereka gembira dengan menyaksikan kejahatan ini, bahkah mereka merasa berhak mendapat penghargaan karena melakukan hal ini.
Tentu saja, ini bukan pertama kalinya Zionis bangga atas pembunuhan anak-anak mereka. Ketika salah satu pengguna jejaring sosial X menerbitkan statistik tentang pembunuhan anak-anak oleh rezim Israel dan menulis,"Israel telah membunuh 4.000 anak sejak awal pendudukan." Akun Israel dalam bahasa Farsi menulis sebagai tanggapan terhadap pengguna ini, "Jika perlu, kami akan membunuh lebih banyak lagi!". Berdasarkan pengakuan rezim Zionis sendiri, mereka tidak akan pernah menghentikan kejahatan mereka. Dunia anak-anak tidak seharusnya berlumuran darah, dan siapa yang lebih tak berdaya dan tertindas dibandingkan anak-anak?
Moshe Dayan, salah satu komandan militer paling terkenal dari rezim pendudukan al-Quds, memainkan peran efektif dalam pendudukan Palestina dan pembantaian brutal terhadap orang-orang tertindas di negeri ini, dan dikenal karena pertumpahan darah dan kejahatan, khususnya pembantaian perempuan dan anak-anak Palestina. Surat kabar Prancis Expression dalam edisi 12, tertanggal Oktober 2012, mengutip para pejabat rezim Zionis dan menulis, "Moshe Dayan percaya bahwa para pemimpin Israel harus mengadopsi metode yang orang lain akan menganggap mereka sebagai "anjing gila"! Seekor anjing yang dengan ceroboh menyerang, menggigit, dan membunuh siapa pun yang diinginkannya!"
Tak diragukan lagi, mengingat klaim Zionis ini bahwa seluruh etnis pada dasarnya tidak mereka anggap sebagai manusia, apakah tidak boleh dikatakan bahwa para pemimpin negara yang mengakui secara resmi Israel atau ingin menjalin hubungan dengan rezim ini, disadari atau tidak, terlibat dalam kejahatan rezim ilegal ini ? Serta memberi ijin kepada rezim Zionis untuk memperlakukan mereka seperti hewan yang melayaninya ! Manusia yang memiliki hati dan pemerintah yang bertanggung jawab manakah yang bisa berdiam diri menghadapi kekejaman yang begitu kejam ? Ketidakpedulian otoritas internasional terhadap kejahatan besar ini merupakan ketidakadilan ganda terhadap rakyat Palestina yang tertindas dan jelas merupakan pengkhianatan terhadap kemanusiaan dan peradaban manusia.
Sejak hari Nakba tahun 1948, ketika Zionis mengusir lebih dari ratusan ribu warga Palestina keluar dari rumah mereka, hingga saat ini, rezim pendudukan Zionis telah melakukan kejahatan dan kekejaman yang tak terhitung jumlahnya, namun tidak diragukan lagi, kejahatan menyerang " Rumah Sakit Baptis al-Ahli" yang menyebabkan kematian lebih dari 470 perempuan dan anak-anak yang terluka dan sakit, merupakan titik balik dalam daftar kejahatan terhadap kemanusiaan rezim ini, dan sisi gelap rezim ini dan para pendukungnya akan selamanya tetap ada dalam sejarah.
Tidak diragukan lagi, semua negara yang dengan mengirimkan pasukan militer dan menyediakan segala jenis senjata mematikan serta dukungan politik, mendorong dan mensuport rezim ini dalam pembunuhan massal rakyat Gaza, dianggap sebagai kaki tangan dan mitra dari kejahatan rezim ini dan harus dibawa ke pengadilan yang kompeten dan harus bertanggung jawab terhadap hati nurani manusia dan sejarah dunia. Dalam hal ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran menganggap semua negara yang mendukung Israel, terutama Amerika Serikat, terlibat dalam kejahatan ini dan berkata, “Dalam kasus ini, Amerika Serikat jelas merupakan kaki tangan para penjahat; Artinya, dalam kejahatan ini, Amerika terlibat sepenuhnya dalam darah kaum tertindas, anak-anak, pasien, dan perempuan."
Oleh karena itu, aksi demonstrasi anti-Israel oleh berbagai warga negara-negara Eropa dan Amerika menunjukkan puncak kebencian dunia terhadap rezim Zionis dan para pendukungnya. Bangsa-bangsa yang sadar di seluruh dunia bangkit, tua, muda dan anak-anak meneriakkan kebebasan Palestina. Mereka mewarnai tangan mereka dengan warga merah, dan ini merupakan pesan bagi pendukung Israel bahwa mereka ini terlibat dengan Israel dalam pembantaian dan genosida tersebut.
Aksi konsentrasi besar warga di Amerika, Eropa dan Inggris serta berbagai tempat lain, selurunya menunjukkan bahwa hati nurani manusia yang sadar tidak dapat menanggung kejahatan seperti ini. Dan tak diragukan lagi manusia pecinta kebebasan terlepas dari agamanya, pasti akan melawan kezaliman dan penindasan, serta bangkit melawan para tiran. Para pemimpin negara-negara Eropa dan Amerika yang terlibat dalam kejahatan perang rezim penjajah ini, dan tangan mereka ternoda oleh darah perempuan, anak-anak serta warga tak berdaya Gaza, harus bertanggung jawab atas kejahatan besar ini.