Menlu RI Serukan Bangun Multilateralisme Menghadapi Pandemi
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi berkunjung ke Italia untuk menghadiri pertemuan Kelompok 20 ekonomi utama (G20).
Sebelum rangkaian pertemuan para menlu G20 diselenggarakan di Bari dan Matera, Menlu Retno berkesempatan menemui Menlu Italia Luigi Di Maio dan Menlu Kanada Marc Garneau di Roma pada Minggu (27/6).
Dengan Menlu Italia, Menlu Retno banyak berbicara mengenai presidensi G20.
“Tahun ini Italia memegang presidensi G20, dan tahun depan giliran Indonesia menjadi presiden G20. Kami sepakat berkomitmen untuk saling mendukung presidensi masing-masing,” kata Retno melalui rekaman audio yang dikirim ke media oleh Kementerian Luar Negeri RI, Senin.
Kedua menlu juga sepakat membahas kerja sama perdagangan, investasi, vaksin serta sejumlah isu kawasan dan internasional.
Sementara itu, Menlu Garneau menyampaikan dukungan atas presidensi Indonesia di G20 untuk tahun 2022.
Membangun Multilateralisme Hadapi Pandemi
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mendorong negara-negara Kelompok 20 (G20) untuk membangun multilateralisme dan pemerintahan yang baik guna menghadapi tantangan pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi, dan ketahanan pangan.
“Saya dorong seluruh negara G20 untuk mengatasi perbedaan, membangun kesatuan. Build bridges, not wall (membangun jembatan, bukan tembok pembatas—red),” kata Retno saat menyampaikan pernyataan pers virtual mengenai pertemuan para menlu G20 dari Italia, sebagaimana dikutip Parstodayid dari Antaranews Selasa (29/06/2021).
Menurut Retno, G20 harus dapat berfungsi sebagai katalis untuk memperkuat multilateralisme dan mengirim pesan tunggal bahwa dunia harus maju bersama.
Salah satu contoh isu yang ia paparkan adalah mengenai vaksin, yang merupakan barang publik global (global public goods), sehingga dalam pengembangan dan distribusinya membutuhkan komitmen multilateral agar mampu mencukupi kebutuhan global secara merata.
“Komitmen multilateral yang perlu ditingkatkan antara lain adalah untuk tiga hal, yaitu melakukan berbagi dosis lebih banyak lagi melalui COVAX, mendukung TRIPS waiver melalui WTO, dan menyediakan pendanaan untuk menutup kekurangan dana ACT-Accelerator,” tutur Retno, menjelaskan.
Selain itu dalam isu perdagangan, Menlu RI menjelaskan bahwa semangat multilateralisme juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif yang dapat dinikmati semua negara.
Ia mendorong agar kemitraan global dapat diterjemahkan menjadi kerja sama konkret, dengan mengatasi perbedaan yang ada secara damai. Dalam hal ini, G20 diharapkan dapat menjadi pemersatu dalam memajukan masa depan yang inklusif, hijau dan lestari.
“Yang harus dihindari adalah pendekatan ‘one size fits all’ (satu kebijakan cocok untuk semua—red), tetap memberikan policy space (keleluasaan kebijakan—red), dan menyediakan bantuan bagi yang memerlukannya,” kata Retno.
Lebih lanjut, Retno juga menegaskan bahwa G20 harus dapat melakukan revitalisasi institusi multilateral sehingga lebih responsif dan adaptif terhadap perubahan, lebih memperhatikan proses pengambilan keputusan yang adil, sehingga menjadi lebih relevan dengan perkembangan dunia yang sangat cepat.