Indonesia Berada di Batas ‘Aman’ WHO
(last modified Mon, 13 Sep 2021 05:25:48 GMT )
Sep 13, 2021 12:25 Asia/Jakarta
  • WHO
    WHO

Setelah sebelumnya menjadi pusat pemberitaan kasus terbanyak COVID-19 di seluruh dunia, kini ada kabar baik bahwa  Indonesia mencetak rekor terendah positivity rate COVID-19 per Minggu (12/9/2021).

Rekor itu adalah 3,05 persen, di bawah angka ideal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 persen.

Positivity rate menunjukkan tinggi atau rendahnya penularan Corona di suatu wilayah.

Rekor terendah selama pandemi beberapa waktu lalu diungkap juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito berada di Mei 2021 dengan rata-rata 11,3 persen.

Berdasarkan catatan Satgas COVID-19 di rentang Agustus hingga Mei 2021, positivity rate harian terendah dilaporkan di Maret, April, hingga Mei dengan angka 7,7, 8,9, hingga 8,5 persen.

Presiden RI Joko Widodo

Sempat di 30-40 Persen

Peningkatan tajam positivity rate terjadi di Juli 2021 saat mencapai puncak kasus COVID-19 dengan harian di atas 40 hingga 50 ribu, angkanya kala itu melampaui 30 sampai 40 persen. Artinya, penularan Corona di Indonesia sangat tinggi.

Lebih tinggi dari puncak kasus sebelumnya per Desember 2020 hingga Januari dengan positivity rate mencapai 28,8 persen. WHO dalam laporan mingguan per 8 September 2021, menyoroti penurunan drastis positivity rate Indonesia, yang jauh lebih baik ketimbang beberapa pekan sebelumnya.

"Sejak catatan mingguan 30 Agustus hingga 5 September, angka positivity rate menurun menjadi 6,6 persen, dari pekan sebelumnya 12,1 persen," beber WHO dalam laporan mingguan tersebut.

Siapkan Diri dari Pandemi Menjadi Endemi

Pandemi COVID-19 masih terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Berbagai tekanan masih terjadi namun sudah ada beberapa hal yang bisa dilewati seperti resesi.

Memang krisis kesehatan ini turut mempengaruhi kondisi perekonomian dunia. Apalagi varian Delta yang membuat dunia gonjang-ganjing hingga menekan kembali pergerakan ekonomi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan jika tahun depan pandemi ini akan menjadi endemi.

"Jadi sekarang ini disiapkan langkah-langkah bagaimana Indonesia melakukan jasmani terhadap pandemi menuju endemik ini sesuai dengan pandangan dari berbagai para ilmuwan mengenai apa kemungkinan feature dari pandemi ini," kata dia belum lama ini.

Pemerintah juga sedang menyiapkan langkah Indonesia menuju endemi. Berbagai kebijakan disusun dan akan diumumkan kepada masyarakat.

Presiden Ingin Pastikan Vaksinasi Berjalan

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memastikan vaksinasi massal COVID-19 berjalan di seluruh provinsi.

Untuk itu, dalam setiap kunjungan kerjanya ke daerah, dirinya akan mengunjungi langsung tempat kegiatan vaksinasi massal, kata Presiden aaat meninjau vaksinasi secara pintu ke pintu (door to door) di Desa Segaran, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Senin.

“Setiap kali saya kunjungan ke daerah saya selalu mengusahakan pertama yang saya lihat adalah vaksinasinya seperti apa karena saya ingin memastikan bahwa pemberian vaksin, vaksinasi massal, itu berjalan di seluruh provinsi, di seluruh kabupaten/kota yang ada di seluruh Tanah Air,” ungkap Presiden dalam kunjungan yang ditayangkan Youtube Sekretariat Presiden tersebut.

Turut hadir dalam peninjauan vaksinasi secara pintu ke pintu di Klaten itu antara lain Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Jenderal Pol Budi Gunawan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Dalam kesempatan itu, Presiden juga menyampaikan vaksinasi secara pintu ke pintu (door to door) merupakan upaya jemput bola guna menjangkau masyarakat yang lebih luas.

“Vaksinasi door to door yang dilaksanakan secara jemput bola, mendatangi masyarakat, mendatangi rakyat, petugas datang dari rumah ke rumah, saya kira ini juga pelayanan kepada masyarakat,” kata Presiden.

Target sasaran penerima vaksin secara pintu ke pintu di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo pada Senin (13/9) mencapai 8.000 orang.

Dengan vaksinasi pintu ke pintu, Presiden mengharapkan masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan vaksin sehingga dapat mengurangi tingkat persebaran virus corona penyebab COVID-19. (Detik/Antaranews)