Mencermati Inkonsistensi Filipina Soal Ledakan Teroris di Katedral Jolo
(last modified Sat, 02 Feb 2019 06:42:32 GMT )
Feb 02, 2019 13:42 Asia/Jakarta
  • Ledakan gereja di Filipina
    Ledakan gereja di Filipina

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menangggapi statemen pejabat tinggi Filipina yang menyebut pelaku serangan bom di wilayah selatan negara ini adalah WNI. Menlu Retno mengatakan pihaknya masih menunggu hasil identifikasi dua pelaku bom bunuh diri di gereja Pulau Jolo, Filipina, yang terjadi 27 Januari 2019.

Sementara penyelidikan tragedi bom kembar di katedral Jolo, Filpina diwarnai kesimpangsiuran dan informasi tidak konsisten dari otoritas setempat. Awalnya dinyatakan bahwa bom diledakkan dari jarak jauh, sebelum akhirnya Presiden Rodrigo Duterte mengungkapkan ada pengebom bunuh diri di balik ledakan itu. Sebagaimana dilansir Detikcom, Sabtu (02/02).

Dilaporkan bahwa sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 100 orang lainnya luka-luka akibat ledakan bom kembar di Our Lady of Mount Carmel Cathedral di Jolo, Provinsi Sulu, pada Minggu (27/1) lalu. Ledakan pertama dilaporkan mengguncang bagian dalam gereja saat ibadah sedang digelar. Ledakan kedua terjadi di luar gedung gereja, tepat saat para petugas keamanan bergegas mendatangi lokasi.

Namun seperti dilansir Reuters, Sabtu (2/2/2019), informasi-informasi yang disampaikan otoritas Filipina terkait tragedi itu terkesan tidak konsisten satu sama lain. Awalnya, para pejabat keamanan Filipina menyebut dua bom itu diledakkan dari jarak jauh.

Kepala Urusan Publik pada Militer Filipina, Kolonel Noel Detoyato, awalnya menyebut ada dua saksi mata yang melihat seorang wanita membawa bom ke dalam katedral, tepatnya di salah satu kursi jemaat. Namun sayangnya, saksi mata itu tidak bisa menjelaskan secara detail ciri-ciri fisik wanita yang dimaksud.

"Bom dikerahkan oleh seorang wanita yang meninggalkannya di dalam sebuah tas. Bom itu diledakkan dari jarak jauh sehingga itu mementahkan laporan bahwa itu ledakan bom bunuh diri," sebut Kolonel Detoyato seperti dilansir media lokal Filipina, ABS-CBN News, pada Selasa (29/1) lalu.

Pernyataan itu disampaikan Kolonel Detoyato setelah sebelumnya militer Filipina merilis rekaman CCTV yang menunjukkan seorang pria, yang diduga Alias Kamah -- saudara salah satu pemimpin Abu Sayyaf, Surakah Ingog, yang sudah tewas, sedang meledakkan sebuah bom di katedral tersebut.

Terkait rekaman CCTV itu, juru bicara Komando Mindanao Barat, Kolonel Gerry Besana, menyebut Kamah yang dikenal sebagai perakit bom, berhasil melarikan diri saat ledakan terjadi. Rekaman CCTV menunjukkan Kamah didampingi sejumlah orang saat kejadian.

Informasi itu tiba-tiba berubah drastis setelah pada hari yang sama, setelah Duterte menyatakan kepada wartawan bahwa ledakan kembar di katedral Jolo merupakan ledakan bom bunuh diri. Duterte bahkan menyebut ada sepasang pengebom bunuh diri, yang disebutnya merupakan pasangan suami-istri.

Rodrigo Duterte, Presiden Filipina

Pernyataan itu disampaikan Duterte setelah mendapat penjelasan dari militer Filipina pada Selasa (29/1) lalu. Duterte, seperti dilansir ABS-CBN News, juga menyebut pelaku wanita berhasil mengelabui petugas keamanan di sekitar katedral karena biasanya jemaat wanita tidak diperiksa.

Usai pernyataan Duterte, Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano dan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyampaikan pernyataan senada yang menguatkan. Bahkan Kolonel Detoyato yang sebelumnya menyangkal adanya pengebom bunuh diri, kemudian merilis pernyataan bahwa temuan sejumlah potongan tubuh di lokasi ledakan, seperti bagian kaki, lengan, torso dan kepala, mendukung teori adanya pelaku bom bunuh diri.

"Sejumlah potongan tubuh yang tidak diklaim dan tersebar di pintu masuk katedral hingga sejauh 50 meter dari pintu masuk, mendukung teori adanya pengebom bunuh diri," ucapnya seperti dilansir The Straits Times.

Juru bicara penyidik khusus pada Kepolisian Nasional Filipina (PNP), Inspektur Kris Conrad Gutierrez, bahkan menyebut sejumlah saksi mata melihat seorang wanita mencurigakan yang memakai jaket dan membawa tas -- yang diduga berisi bom -- masuk ke dalam gereja sebelum ledakan terjadi.

Status Kewarganegaraan Pengebom Bunuh Diri Simpang Siur

Ditambahkan Duterte bahwa ada informasi 'bertentangan' soal status kewarganegaraan dua pelaku bom bunuh diri itu. Informasi soal kewarganegaraan pelaku justru diungkapkan oleh Mendagri Ano dalam pernyataannya pada Jumat (1/2) waktu setempat.

"Mereka warga Indonesia. Saya yakin bahwa mereka warga Indonesia," tegas Ano dalam pernyataannya kepada CNN Filipina merujuk pada kewarganegaraan dua pengebom bunuh diri di katedral Jolo. Ano tidak menjelaskan lebih lanjut soal bukti yang mendasari pernyataannya itu.

Pernyataan ini telah ditanggapi oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu), yang menyesalkan pernyataan otoritas Filipina itu diungkapkan ke publik tanpa verifikasi terlebih dulu dengan pemerintah Indonesia. Dalam tanggapan terbaru, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan otoritas Filipina masih mengidentifikasi pelaku.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Terlepas dari informasi yang simpang siur dan tidak konsisten itu, Gutierrez menekankan bahwa penyelidikan atas ledakan bom kembar di Jolo 'masih belum mencapai kesimpulan'. Analisis terhadap temuan awal soal bom rakitan yang dipakai pelaku dalam insiden ini juga belum final.

Disebutkan Gutierrez bahwa laboratorium kepolisian sejauh ini baru menemukan fakta bahwa bom itu mengandung amonium nitrat dan diketahui dalam posisi 'suspended' saat meledak, yang mengindikasikan bahwa bom tidak bersentuhan langsung dengan tanah saat meledak.

Tags