Iran Aktualita, 26 Februari 2022
https://parstoday.ir/id/news/iran-i116100-iran_aktualita_26_februari_2022
Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti kunjungan Presiden Iran ke Qatar.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Feb 26, 2022 13:04 Asia/Jakarta
  • Presiden Raisi disambut Emir Qatar di Doha
    Presiden Raisi disambut Emir Qatar di Doha

Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti kunjungan Presiden Iran ke Qatar.

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti Iran Lanjutkan Perundingan Pencabutan Sanksi, Presiden Iran Tekankan Perluasan Hubungan dengan Negara Sahabat, Kemenlu Iran: Kami Amati Krisis Ukraina dengan Hati-Hati, Presiden Iran Sampaikan Cakrawala Baru Kerja Sama dengan Amerika Latin, Raisi: Iran Buktikan Selalu Bersama Negara-Negara Independen, Abdollahian: AS Bertanggung Jawab jika Perundingan Wina Gagal.

Presiden Iran Kunjungi Qatar, Ini Agendanya

Presiden Republik Islam Iran hari ini melakukan perjalanan ke Doha atas undangan resmi Emir Qatar.

IRIB hari Senin melaporkan, Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi didampingi Menteri Perminyakan dan Luar Negeri Iran dalam kunjungannya ke Qatar.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi

Republik Islam Iran menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di kawasan itu, dan pengembangan hubungan dengan tetangganya sebagai prioritas Tehran.

Pembicaraan antara pejabat Iran dan Qatar serta penguatan hubungan bilateral dan penandatanganan beberapa perjanjian dan nota kesepahaman menjadi salah satu program hari pertama perjalanan ini.

Sayid Ebrahim Raisi juga dijadwalkan akan berpidato di KTT ke-6 Organisasi Negara-Negara Pengekspor Gas (GECF).

KTT GECF ini dihadiri oleh para pemimpin dan pejabat senior negara-negara pengekspor gas, dan beberapa dari mereka akan bertemu dengan Presiden Republik Islam Iran di sela-sela pertemuan tersebut.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Gas (GECF) didirikan pada Mei 2001 di Teheran. Forum tersebut terdiri dari 11 negara anggota yaitu: Aljazair, Bolivia, Mesir, Guinea Khatulistiwa, Iran, Libya, Nigeria, Qatar, Rusia, Trinidad dan Tobago, dan Venezuela.

Selain itu Malaysia, Norwegia, Irak, Peru, Republik Azerbaijan dan UEA juga hadir sebagai anggota pengamat.

Keberadaan ladang gas bersama antara Iran dan Qatar, yang disebut Pars Selatan di pihak Iran, dan Kubah Utara di pihak Qatar, telah membawa kedua negara lebih dekat satu sama lain.

Selain lapangan gas bersama ini, kehadiran kedua negara di organisasi energi dunia terpenting, yaitu Organisasi Negara-Negara Pengekspor Gas (GECF) menjadi titik bersama yang menyatukan Tehran dan Doha.

Pertemuan Raeisi dengan warga Iran yang tinggal di Qatar dan pengusaha Qatar dan Iran merupakan program lain dari kunjungan Presiden Republik Islam Iran ke Doha.

Iran Lanjutkan Perundingan Pencabutan Sanksi

Juru runding Iran melanjutkan perundingan di Wina untuk membahas masalah yang tersisa mengenai pencabutan sanksi.

Kepala Negosiator Iran, Ali Bagheri Kani hari Sabtu (19/2/2022) bertemu dengan Enrique Mora, juru runding Uni Eropa di Hotel Coburg di Wina.

Bagheri Kani secara terpisah bertemu dengan kepala delegasi Rusia dan China untuk membicarakan masalah pencabutan sanksi Iran.

Negosiator Rusia, Mikhail Ulyanov juga bertemu dengan Enrique Mora beberapa jam yang lalu untuk membahas sisa masalah yang perlu diselesaikan dalam perundingan Wina.

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian pada Konferensi Keamanan Munich ke-58 yang berlangsung hari Sabtu menegaskan bahwa Tehran siap untuk mencapai kesepakatan yang baik sesegera mungkin, jika pihak lain siap untuk membuat keputusan politik yang diperlukan.

Presiden Iran Tekankan Perluasan Hubungan dengan Negara Sahabat

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengatakan, tekad dan kebijakan pemerintah Republik Islam adalah untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara sahabat, khususnya Oman.

"Tidak diragukan lagi, interaksi Tehran-Muscat dapat (berperan) efektif dalam memperkuat hubungan antara kedua negara serta memecahkan persoalan regional dan internasional," kata Raisi dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Oman, Sayid Badr bin Hamad Al Busaidi di Tehran, Rabu (23/2/2022) sore, seperti dilansir IRNA.

Presiden Raisi

Presiden Iran mencatat bahwa posisi pemerintah Oman adalah baik dan tegas dan sangat berbeda dengan perilaku beberapa negara di kawasan. "Perhatian Kerajaan Oman pada Palestina dan Yaman serta isu-isu regional adalah luar biasa," ujarnya.

Raisi menekankan bahwa pemerintah Oman menaruh perhatian terhadap keamanan kawasan, Dunia Islam, dan kaum tertindas di Asia Barat.

"Hubungan Iran dengan Oman memuaskan, tetapi ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut di bidang ekonomi dan perdagangan, dan kapasitas besar yang dimiliki kedua negara dapat dimanfaatkan untuk pengembangan hubungan ekonomi dan perdagangan," imbuhnya.

Presiden Republik Islam juga mengapresiasi undangan resmi Sultan Oman untuk berkunjung ke Muscat, dan mengundang Sultan Oman untuk melakukan lawatan ke Tehran.

Pada kesempatan itu, menlu Oman memuji dukungan Republik Islam Iran kepada negara-negara tetangga.

"Ada hubungan istimewa antara Iran dan Oman, yang secara historis didasarkan pada rasa saling percaya, saling menghormati, dan kerja sama positif yang menguntungkan keamanan regional dan dunia," kata Badr bin Hamad.

Dia menuturkan bahwa kunjungan Presiden Iran ke Oman akan menjadi perjalanan bersejarah dan akan merealisasikan tujuan kedua bangsa.

Badr bin Hamad tiba di Tehran pada hari Rabu untuk menyerahkan pesan tertulis dari Raja Oman kepada Presiden Raisi.

Kemenlu Iran: Kami Amati Krisis Ukraina dengan Hati-Hati

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, Tehran mengamati masalah-masalah yang terkait dengan Ukraina dengan penuh sensitivitas. Pada saat yang sama ia meminta semua pihak menahan diri, dan menghindari setiap tindakan yang bisa memperkeruh situasi.

Perang di Ukraina

Saeed Khatibzadeh, Selasa (22/2/2022) dalam jumpa persnya menuturkan, "Republik Islam Iran meminta semua pihak untuk menahan diri, dan Tehran percaya setiap tindakan yang dapat memperkeruh situasi harus dihindari."

Ia menambahkan, "Sungguh disayangkan intervensi, dan aksi provokatif NATO terutama Amerika Serikat telah membuat situasi semakin rumit."

Sebelumnya Saeed Khatibzadeh menyinggung peran mediasi Iran terkait masalah ini dan menjelaskan, "Republik Islam Iran menjalin hubungan dengan Ukraina dan Rusia di berbagai level, dan dengan keduanya memiliki hubungan bersahabat. Kami berusaha mendorong kedua negara untuk berdialog dalam menyelesaikan konflik keduanya, dan menemukan solusi politik dan damai."

Presiden Iran Sampaikan Cakrawala Baru Kerja Sama dengan Amerika Latin

Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi menyampaikan urgensi cakrawala baru kerja sama dengan Amerika Latin yang akan meningkatkan hubungan dengan negara-negara di kawasan ini melebihi sebelumnya.

Sayid Ebrahim Raisi di sela-sela pertemuan keenam KTT Negara-Negara Pengekspor Gas (GECF) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Venezuela, Felix Plasencia Gonzalez Senin (21/2/2022) malam mengungkapkan keyakinan tentang kemenangan front perlawanan menghadapi imperialisme global.

Presiden Iran mengatakan, "Salah satu buktinya, Venezuela telah berhasil mengatasi sanksi, meskipun menghadapi tekanan kuat, tetapi dengan perlawanan dan dukungan rakyat, hari ini kita melihat situasi di negara ini membaik,".

Raisi juga menegaskan bahwa Republik Islam Iran memiliki rencana untuk memperluas kerja sama dan interaksi dengan Venezuela di berbagai bidang.

"Kami siap mendukung kepentingan rakyat Venezuela dalam mengubah situasi ekonomi negaranya lebih baik," ujar presiden Iran.

"Negara-negara di kawasan Amerika Latin adalah contoh yang sangat baik dari kepastian kemenangan perlawanan bangsa-bangsa terhadap hegemoni kekuatan global," tegasnya.

Mengenai intervensi AS di Venezuela, Raisi menjelaskan, "Amerika Serikat berpikir bahwa Amerika Latin akan menjadi halaman belakangnya. Tetapi hari ini, bertentangan dengan harapan mereka, kawasan ini telah menjadi salah satu hambatan terbesar bagi hegemoni AS,".

Menteri Luar Negeri Venezuela Felix Plasencia Gonzalez dalam pertemuan dengan Presiden Iran mengatakan bahwa Amerika Serikat ingin semua negara mematuhi diktenya, tetapi rakyat Venezuela tidak akan membiarkannya.

"Amerika Serikat selalu menjegal Venezuela untuk memainkan peran utama dalam pembebasan dan aspirasi bangsa-bangsa di kawasan Amerika Latin," papar Menlu Venezuela.

Menteri Luar Negeri Venezuela menekankan kepentingan negaranya untuk lebih memperkuat hubungan dengan Iran.

Pada upacara tersebut, nota kesepahaman tentang transfer teknologi dan kerja sama di bidang minyak dan gas antara Iran dan Venezuela ditandatangani oleh Menteri Perminyakan Iran dan Menteri Luar Negeri Venezuela di hadapan Presiden Iran.

Raisi: Iran Buktikan Selalu Bersama Negara-Negara Independen

Presiden Republik Islam Iran dalam jumpa pers bersama Emir Qatar di Doha mengatakan, Iran telah membuktikan selalu bersama kepentingan negara dan bangsa-bangsa independen.

Sayid Ebrahim Raisi, Senin (21/2/2022) dalam jumpa pers bersama Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad Al Tani di Doha menuturkan, "Kami di masa-masa sulit telah membuktikan persahabatan kami kepada seluruh negara kawasan, sebagian dari negara kawasan menyadari realitas ini, dan punya pengalaman yang sama dalam hal ini."

Raisi menambahkan, "Saya berkunjung ke Qatar untuk dua alasan, pertama, meningkatkan level kerja sama dua negara, dan kedua, menghadiri KTT Forum Negara-Negara Eksportir Gas, GECF."

"Kedua negara sepakat untuk memanfaatkan seluruh peluang dan kapasitas guna memperluas kerja sama dan memperdalam hubungan di berbagai bidang," imbuhnya.

Menurut Raisi, Iran dan Qatar memutuskan untuk melakukan langkah-langkah baru dan serius guna meningkatkan hubungan, dan mengembangkan peluang kerja sama.

"Iran telah memenangkan dua medan tempur perang melawan terorisme, dan kampanye tekanan maksimum ekonomi, oleh karena itu Amerika Serikat harus membuktikan tekadnya dalam mencabut sanksi asli," imbuhnya.

Presiden Iran menegaskan, "Sekarang jelas bahwa kawasan kita memasuki fase baru setelah beberapa dekade kehadiran pasukan penjajah asing, dan kawasan ini sedang kembali ke tangan bangsa-bangsa kawasan, dan kemenangan ini tak mungkin dicapai tanpa perlawanan bangsa-bangsa kawasan."

Abdollahian: AS Bertanggung Jawab jika Perundingan Wina Gagal

Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya bertanggung jawab atas segala kemungkinan gagalnya Perundingan Wina. Menurutnya tim Iran dengan optimisme dan keseriusan berusaha mencapai kesepakatan yang baik.

Menlu Hossein Amir-Abdollahian

Hossein Amir Abdollahian, Sabtu (19/2/2022) dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN menuturkan, "Mengapa kami tak optimis dengan bagian yang akan kembali ke Republik Islam Iran ? Karena pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi punya tekad serius untuk mencapai kesepakatan yang baik di Wina."

Abdollahian menambahkan, "Pemerintah Presiden Raisi menekankan dan berkeinginan untuk mencapai kesepakatan yang baik dan cepat."

Lebih lanjut Menlu Iran menjelaskan, "Dalam kondisi sensitif perundingan kami di Wina, jika Amerika Serikat dan Barat tidak bersikap realistis, maka pasti harus bertanggung jawab atas kemungkinan kegagalan perundingan."

Akan tetapi, imbuhnya, di sisi lain Iran berusaha mencapai sebuah kesepakatan yang baik di Wina, dengan optimisme dan keseriusan.

Abdollahian yang saat ini tengah berada di Jerman untuk menghadiri Konferensi Keamanan Munich, menegaskan bahwa Iran berkomitmen atas akhir perundingan yang sukses.