Iran Aktualita, 11 Maret 2023
(last modified Sat, 11 Mar 2023 12:04:34 GMT )
Mar 11, 2023 19:04 Asia/Jakarta
  • Ketua Dewan Tinggi Keamanan Nasional RII Ali Shamkhani (paling kanan)
    Ketua Dewan Tinggi Keamanan Nasional RII Ali Shamkhani (paling kanan)

Perkembangan di Iran dalam sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya pemulihan hubungan Republik Islam Iran dan Arab Saudi.

Wakil Kepala Kantor Kepresidenan Iran menganggap kesepakatan Tehran dan Riyadh untuk memulihkan hubungan, merupakan buah dari upaya kombinasi politik bertetangga, dan kecenderungan Iran ke Eurasia.

Mohammad Jamshidi, Jumat (10/3/2023) menyinggung lawatan Presiden Iran ke Cina dan mengatakan, "Kebijakan bertetangga Iran, kembali membuahkan hasil, dalam perundingan Presiden Iran di Beijing, beberapa prakarsa dikemukakan, dan sekarang membuahkan hasil."

Ia menambahkan, "Kombinasi antara kebijakan bertetangga dengan kecenderungan ke Eurasia, memperkuat kerja sama ekonomi, dan memperluas stabilitas, persaudaraan, serta keamanan internal tanpa campur tangan asing."

Dalam perundingan Iran dan Saudi di Beijing, dua negara sepakat untuk memulai kembali hubungan diplomatiknya setelah terputus selama tujuh tahun.

Berdasarkan kesepakatan ini, Menteri Luar Negeri Iran dan Saudi akan bertemu maksimal dua bulan ke depan, dan mempersiapkan pertukaran duta besar, pembukaan kembali kedutaan besar, dan persiapan-persiapan lain untuk memulihkan hubungan diplomatik. 

Iran Pamerkan Prototipe Jet Pelatihan Yasin

Prototipe jet pelatihan Yasin dipamerkan di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.

Menurut laporan Iran Press, prototipe jet pelatihan Yasin dipamerkan di Tehran Sabtu (11/3/2023) dengan dihadiri Menteri Pertahanan Brigjen. Mohammad Reza Ashtiani.

Dalam acara tersebut juga diresmikan lini produksi massal jet latih lanjutan Yasin.

Doktrin pertahanan Iran didasarkan pada prinsip pertahanan canggih; Untuk menciptakan pertahanan sejati, memiliki kemampuan militer dan persenjataan yang andal serta memiliki angkatan bersenjata yang kuat dan lengkap memainkan peran mendasar.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada 31 Agustus 2016 di depan para menteri, pejabat, peneliti dan teknisi Kementerian Pertahanan Iran, menyebut peningkatan kemampuan defensif dan ofensif sebagai hak legal Republik Islam Iran.

Rahbar menekankan, "Di dunia di mana kekuatan tirani dan mendominasi dengan esensi moralitas, hati nurani, dan kemanusiaan yang paling rendah dan tidak memiliki keraguan untuk menyerang negara dan membunuh orang yang tidak bersalah, perkembangan industri defensif dan ofensif sepenuhnya wajar, karena selama kekuatan ini tidak merasakan otoritas Iran, maka keamanan tidak akan terjamin."

Iran Tanggapi Keputusan Eropa Tutup Layanan INSTEX

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran menanggapi keputusan terbaru Eropa penutup layanan INSTEX dengan menilai alasan utama kegagalannya, karena kurangnya kemauan serius dan ketidakmampuan Eropa untuk memenuhi kewajiban mereka dalam mengimbangi sanksi AS terhadap Iran.

Negara-negara Eropa telah berjanji untuk memenuhi kepentingan ekonomi Iran dengan mengusulkan strategi penting dalam bentuk penerapan mekanisme sistem perlindungan perdagangan INSTEX, tetapi kenyataannya sistem tersbeut tidak berfungsi menghadapi tekanan sanksi AS.

Nasser Kanani Chafi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran menanggapi pertanyaan wartawan mengenai keputusan Eropa menutup layanan sistem INSTEX hari Jumat (10/3/2023) dengan mengatakan, "Setelah penarikan unilateral dan ilegal AS dari JCPOA, negara-negara Eropa telah berjanji untuk memenuhi kepentingan ekonomi Iran dengan mengadopsi strategi penting, tetapi negara-negara ini tidak memiliki sumber daya keuangan atau jalur kredit jangka panjang yang disuntikan dalam sistem [INSTEX] ini,".

"Meskipun Republik Islam Iran tidak pernah mengandalkan mekanisme ini, tapi tidak ragu untuk menjalin kerja sama dalam mengoperasikan saluran [INSTEX] ini. Masalahnya, negara-negara Eropa gagal menjalankan INSTEX secara efektif, dan tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengaktifkannya sebagai bagian dari kewajiban mereka," ujar Jubir Kemenlu Iran.

"Republik Islam Iran tidak pernah bergantung pada INSTEX dan telah melakukan perdagangan internasionalnya melalui saluran keuangan dan perbankan internasional lain," tegasnya.

Kanani menekankan bahwa pihak yang berupaya menampilkan Iran sebagai kubu yang bersalah dalam penutupan layanan INSTEX, tidak lain dari upaya Eropa menutupi kegagalannya dalam kemandirian finansial dari Amerika Serikat.

500 Juta Dolar Aset Iran di Irak akan Dibebaskan

Anggota Dewan Ketua Kamar Dagang Bersama Iran-Irak mengabarkan pembebasan sebagian aset Iran yang diblokir di Irak.

Sayid Hamid Hosseini, Jumat (10/3/2023) mengatakan, "Sudah disepakati bahwa aset Iran yang ada di beberapa bank Irak, senilai 500 juta dolar, akan segera dibebaskan."

Hosseini menerangkan, "Bank Sentral Iran mengumumkan jumlah utang Irak ke Iran, lebih dari 10 miliar dolar, dan baru-baru ini disepakati sebagian utang tersebut akan dibayar."

Ia menambahkan, "Meski dalam rentang waktu tertentu di tahun ini, ekspor Iran ke Irak, tidak mengalami lonjakan yang signifikan, namun saat ini kondisi ekspor Iran ke Irak, cukup memuaskan."

Menurut anggota Dewan Ketua Kamar Dagang Bersama Iran-Irak, kesempatan ekspor gas dan listrik Iran ke Irak, saat ini sudah terbuka kembali.

"Nilai ekspor Iran ke Irak sekitar 30 juta dolar, setengahnya terkait dengan ekspor migas, dan setengahnya lagi terkait dengan ekspor barang," ujar Hosseini.

Lebih lanjut ia menjelaskan, seiring dengan semakin dekatnya bulan suci Ramadan, pembelian yang dilakukan Irak dari Iran meningkat, oleh karena itu barang-barang ekspor Iran, juga bertambah.

Menlu Iran dan Oman Bahas Perundingan Pencabutan Sanksi

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian dan sejawatnya dari Oman, Sayyid Badr Albusaidi membahas perundingan pencabutan sanksi.

Perundingan pencabutan sanksi Iran digelar 4 Agustus 2022 di Wina, dan berakhir pada 8 Agustus dengan kembalinya para delegasi ke negara masing-masing.

Perundingan pencabutan sanksi setelah berbulan-bulan dialog di Wina hampir mencapai kesepakatan final jika Amerika Serikat sebagai pihak pelanggar JCPOA menerima tuntutan rasional Iran dan persyaratan untuk pembentukan perjanjian yang stabil dan andal.

Menurut laporan IRNA, Sayyid Badr Albusaidi dalam kontak telepon dengan Hossein Amir-Abdollahian seraya mengungkapkan kepuasannya atas kesepakatan Iran dan Arab Saudi, menyampaikan ucapan selamat mewakili dirinya dan pemerintah Oman kepada menlu Iran.

Sementara itu, Amir-Abdollahian dalam kontak telepon ini mengucapkan terima kasih dan memuji upaya sebelumnya Oman terkait tercapainya kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi.

Selama perundingan antara Iran dan Arab Saudi di Beijing, kedua negara pada Jumat (10/3/2023) mencapai kesepakatan setelah tujuh tahun untuk memulai kembali hubungan diplomatiknya.

Berdasarkan kesepakatan kedua negara, menlu Iran dan Arab Saudi selain menggelar pertemuan, juga maksimal dua bulan akan mempersiapkan implementasi pertukaran dubes dan pembukaan kedutaan besar serta seluruh persyaratan untuk memulai hubungan.

Arab Saudi pada 3 Januari 2016 memutus hubungan dengan Iran, dengan alasan serangan sejumlah oknum ke Kedubes dan konsulatnya di Tehran dan Mashhad.

Jubir AEOI: Jumlah Inspeksi IAEA akan Bertambah Sesuai Kesepakatan

Juru Bicara Badan Energi Atom Republik Islam Iran mengumumkan bahwa jumlah inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap fasilitas nuklir Iran akan bertambah dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tiba di Tehran pada 3 Maret 2023 untuk melakukan dua putaran pembicaraan dengan Mohammad Eslami, Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI).

Grossi juga bertemu dengan Hossein Amirabdollahian, Menteri Luar Negeri Iran, dan kemudian, dengan Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran.

Pada akhir perjalanan dua hari Rafael Grossi ke Tehran dan bertemu serta bernegosiasi dengan pejabat tinggi Iran, Badan Energi Atom Iran dan Badan Energi Atom Internasional mengeluarkan pernyataan mengenai kerja sama kedua pihak.

Behrouz Kamalavandi, Juru Bicara Badan Energi Atom Iran hari Sabtu (4/3/2023) mengatakan, "Sejak pengayaan 60 persen dimulai untuk pertama kalinya di kompleks Fordo, berdasarkan pendekatan pengamanan, inspeksi seharusnya ditingkatkan. Sebab, pada dasarnya dengan bertambahnya tingkat pengayaan maupun masuknya bahan-bahan yang lebih sensitif ke dalam lembaga, maka jumlah pemeriksaan akan bertambah dengan persetujuan para pihak,".

Kamalvandi membantah beberapa klaim tentang pemberian akses kepada orang-orang dalam pembicaraan antara Iran dan IAEA, dengan menambahkan, "Selama kunjungan dua hari Rafael Grossi dan delegasi yang menyertainya berada di Iran, masalah akses ke orang tidak pernah diangkat dan tidak ada teks yang menunjukkan masalah ini secara tertulis. Tentu saja, jika permintaan seperti itu dibuat, maka kami pasti akan menentangnya,".

Juru Bicara Badan Energi Atom Iran juga menanggapi beberapa berita tentang kesepakatan dengan IAEA untuk mengakses tiga lokasi yang diduga berdasarkan jumlah permintaan IAEA. Tidak perlu akses lebih banyak dan IAEA belum membuat permintaan demikian sejauh ini.

Brigjen Bargahi: Kapal-Kapal AS Tak Bisa Hadapi AL IRGC

Komandan Wilayah Keempat Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC menyoroti kemampuan tinggi AL IRGC dan mengatakan, kapal-kapal Amerika Serikat tak akan mampu menghadapi AL IRGC.

Brigjen Mohammad Hossein Bargahi, Minggu (5/3/2023) menuturkan, "Angkatan Laut IRGC memiliki kesiapan penuh untuk menghadapi segala bentuk ancaman di Teluk Persia."

Ia menambahkan, "Orang-orang Amerika, dan pasukan koalisi datang ke Teluk Persia untuk menciptakan ketakutan di hati para personel AL IRGC, namun berkat kekuatan penuh para prajurit, dan kesiapan tempur serta kemampuan tinggi yang dimiliki, mereka menunjukkan bahwa Teluk Persia bukan tempat orang-orang Amerika, dan seluruh kapal berat yang dimilikinya ditarik keluar dari Teluk Persia."

Menurut Brigjen Bargahi, para personel AL IRGC memiliki kesiapan penuh, dan di mana pun Revolusi Islam Iran, terancam, maka mereka akan turun, dan akan melawan musuh dengan kemampuan tinggi.

"Para personel militer Iran, akan memukul keras musuh sehingga mereka lupa pernah punya maksud buruk terhadap Republik Islam Iran," pungkasnya. 

Kasus Keracunan Siswi Iran dan Pernyataan Kemendagri Negara Ini

Kementerian Dalam Negeri Republik Islam Iran telah mengeluarkan pernyataan tentang kasus keracunan pelajar di sekolah-sekolah negara ini. Pernyataan ini dikeluarkan pada hari Sabtu (4/3/2023).

Kepresidenan Republik Islam Iran menugaskan Kemendagri untuk menyelidiki kasus tersebut secara teliti dan mengumumkan hasilnya kepada masyarakat.

Selama beberapa waktu terakhir tersiar berita keracunan siswi-siswi di sejumlah sekolah di beberapa kota di Iran sehingga muncul kekhawatiran di antara keluarga, termasuk kekhawatiran atas adanya pelajar yang mengalami tenggorokan terasa terbakar, air mata yang terus menetes dan lain-lain.

Peristiwa ini diiringi dengan perang psikologis yang dilancarkan musuh-musuh Iran melalui media mereka untuk menciptakan kecemasan dan kekhawatiran di antara masyarakat Iran agar tidak mengizinkan anak-anak mereka sekolah.

Menurut pernyataan Kemendagri Iran, sampel mencurigakan telah ditemukan dalam olah tempat kejadian perkara, yang saat ini sedang diselidiki di laboratorium bergengsi di Iran.

Pada sampel ini akan dilakukan penyelidikan khusus guna mengidentifikasi penyebab keracunan para siswi, dan hasilnya akan diinformasikan oleh Kementerian Kesehatan Iran kepada masyarakat sesegera mungkin.

Baru-baru ini, sejumlah siswi sekolah juga dilaporkan mengalami keracunan, yang saat ini kelompok-kelompok khusus yang ditunjuk sedang menyelidiki penyebab keracunan itu.

Masalah ini menjadi dalih bagi negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), untuk intervensi dengan klaim menangani isu keracunan siswi dan untuk mencari penyebabnya serta kekhawatiran terhadap kondisi mereka.

Padahal faktanya, AS lah yang telah menyebabkan banyak kerusakan dan kerugian bagi rakyat Iran dengan memberlakukan sanksi paling berat terhadap bangsa negara ini. Yang pasti, Barat akan menggunakan setiap isu dan menunggangi setiap masalah untuk menciptakan kekhawatiran dan kekacauan di Iran serta menyulut perang psikologis melalui media-medianya.

Selama kerusuhan baru-baru ini di Iran, AS dan mitra-mitra Baratnya telah mengerahkan seluruh kekuatan dan upayanya untuk melanggengkan kerusuhan tersebut dan melakukan campur tangan secara langsung dan terbuka dalam urusan dalam negeri Iran.

Selama kerusuhan tersebut, negara-negara Barat menggunakan isu hak asasi manusia sebagai dalih untuk menjatuhkan sanksi-sanksi baru di bidang ekonomi dan politik. Tak diragukan lagi, tujuan tindakan tersebut adalah untuk melemahkan dan bahkan untuk meruntuhkan Republik Islam, namun upaya mereka gagal berkat kewaspadaan rakyat Iran.

Kini, dengan melakukan penghasutan dan propaganda atas kasus keracunan para siswi, Barat beusaha menggunakan masalah ini sebagai alat dan bahan untuk mengklaim simpati terhadap bangsa Iran.

Kampanye anti-Iran yang diluncurkan Barat dilakukan dalam kerangka konsep perang gabungan, yang dapat dianggap sebagai penggunaan semua faktor dan elemen kekuatan untuk memberikan pengaruh atau memaksa negara yang menjadi target untuk melaksanakan keinginan mereka dan tunduk kepadanya.

Pendekatan destruktif Barat ini juga mendapat perhatian dari para pejabat senior Iran, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian.

"Reaksi intervensionis dari beberapa pejabat Barat terhadap masalah keracunan mencurigakan yang dialami para siswi tercinta Iran adalah kelanjutan dari perang gabungan musuh," tulis Amirabdollahian di akun Twitternya.

Dia menambahkan, institusi-institusi negara sedang menindaklanjuti dengan serius dan memeriksa dimensinya dengan teliti.

"Bangsa besar Iran sangat mengenal air mata buaya!," kata Amirabdollahian ketika menanggapi campur tangan beberapa pejabat Barat dalam kasus keracunan para siswi.

Dalam pernyataan Kemendagri Iran tentang keracunan siswi Iran disebutkan bahwa sejak awal munculnya kasus ini, para perancang perang gabungan terhadap Iran telah berusaha menyebarkan pandangan negatif di tingkat masyarakat melalui perang psikologis agar pusat-pusat pendidikan sains diliburkan sehingga mereka bisa menghidupkan kembali proyek-proyek kerusuhan yang gagal.

Nampaknya ketakutan Barat terhadap kemajuan Iran di berbagai bidang dan penentangan mereka terhadap perkembangan nuklir dan kemampuan militer Iran, terutama di sektor rudal dan drone, serta kemajuan luar biasa negara ini di berbagai bidang ilmu pengetahuan, industri, dan ekonomi menjadi alasan utama Barat untuk semakin menekan negara ini.

Untuk itu, mereka akan membuat gangguan dan menciptakan kerusuhan melalui antek-anteknya. Masalah keracunan para siswi juga menjadi salah satu bagian dari upaya musuh-musuh Iran untuk menghambat proses belajar mengajar, menciptakan kekhawatiran publik di negara ini dan mencegah proses perkembangan dan kemajuan bangsa Iran.  

Eslami: Kerja Sama dengan IAEA Berlanjut

Mohammad Eslami, Kepala Badan Energi Atom Iran menyatakan bahwa Badan Energi Atom Internasional mengevaluasi dan mengawasi kinerja program nuklir Iran yang dilakukan dalam kerangka kerja dan pertimbangan Republik Islam.

Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional tiba di Teheran Jumat lalu dan melakukan dua putaran pembicaraan dengan Mohammad Eslami, Kepala Badan Energi Atom Iran.

Grossi juga bertemu dengan Hossein Amirabdollahian, Menteri Luar Negeri, dan Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran.

Di akhir perjalanan dua hari Rafael Grossi ke Tehran dan bertemu serta bernegosiasi dengan pejabat tinggi Iran, Badan Energi Atom Iran dan Badan Energi Atom Internasional mengeluarkan pernyataan bersama tentang kerja sama kedua pihak.

Mohammad Eslami mengevaluasi perjalanan Rafael Grossi baru-baru ini ke Tehran pada Minggu (5/3/2023) malam dengan mengatakan, "Interaksi Iran dengan IAEA harus berkelanjutan, dan kita tidak boleh membiarkan gerakan Zionis dan teroris merusak hubungan tersebut, yang dijadikan alasan untuk melancarkan tekanan terhadap negara ini,".

"Konflik dan kasus perselisihan baru-baru ini adalah hasil dari perbedaan pandangan tentang beberapa masalah. Mereka ingin kami mematuhi JCPOA melalui tekanan dan paksaan. Tapi pada saat yang sama mereka tidak mematuhi kewajibannya," ujar Eslami

"Jika mereka tidak mencabut sanksi dan kita tidak memiliki keuntungan, maka tidak ada alasan bagi kami untuk terus mematuhinya," tegasnya.

Mengenai tuduhan yang dilancarkan terhadap program nuklir Republik Islam Iran, Eslami menjelaskan, "Badan Energi Atom Internasional mengharapkan kita lebih banyak berinteraksi dengan mereka mengenai masalah ini, dan  saya harus menekankan bahwa kita telah berinteraksi dengan mereka mengenai masalah ini,".

Kasus Keracunan Pelajar Iran Berlanjut, Rahbar Instruksikan Hal Ini

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei memerintahkan penanganan serius atas merebaknya kasus keracunan pelajar di beberapa sekolah di Republik Islam Iran.

"Saya ingin menyinggung masalah yang umum akhir-akhir ini, yang dikatakan sebagai keracunan para pelajar (siswa/i). Para pejabat telah mengetahui masalah ini dan mereka telah duduk bersama dan membahasnya, serta berusaha untuk menentukan dan melaksanakan tugas dan kewajibannya," kata Rahbar setelah menanam tiga bibit pohon dalam rangka peringatan Hari Penanaman Pohon Nasional yang jatuh pada hari Senin (6/3/2023) atau tanggal 15 Isfand 1401 HS.

Ayatullah Khamenei menambahkan, saya ingin menegaskan bahwa masalah ini harus ditindaklanjuti dengan serius. Masalah ini adalah masalah penting. Jika ada tangan-tangan (pihak) terlibat, dan ada orang-orang, dan kelompok yang terlibat dalam masalah ini, maka ini adalah kejahatan besar dan tak termaafkan.

"Jika ada orang-orang yang terlibat dalam kejahatan ini, dan tidak diragukan lagi, pasti ada yang terlibat, entah bagaimana, pasti ada yang terlibat.  Pemerintah, dinas-dinas intelijen, dan aparat kepolisian harus menindaklanjuti masalah ini, dan menemukan sumber dari kejahatan ini," ujarnya.

Rahbar menegaskan, para pelaku dan otak dari kejahatan ini harus dihukum dengan hukuman yang paling berat. Dalam hal ini, hukuman paling berat harus dilakukan. Sebab, ini bukan kejahatan kecil. Kejahatan ini juga merupakan kejahatan terhadap anggota masyarakat yang paling suci yaitu anak-anak, dan juga menimbulkan ketakutan, ketidakamanan, menyebabkan ketidakamanan psikologis dalam masyarakat, menimbulkan kekhawatiran para keluarga.

"Menimbulkan hal-hal tersebut, dan ini bukan masalah kecil. Masalah ini harus ditindaklanjuti dengan serius, dan jika ada yang teridentifikasi dan dihukum sebagai pelaku kejahatan ini, maka tidak akan ada amnesti bagi mereka. Semua harus tahu hal ini, dan mereka harus dihukum berat untuk menjadi ibrah (pelajaran)," pungkasnya.

mokh

Iran Tandatangani 20 MoU dengan Negara-Negara Afrika Barat

Iran dan negara-negara Afrika Barat menandatangani 20 dokumen nota kesepahaman bilateral dan multilateral mengenai perluasan kerja sama ekonomi komprehensif.

Mohammad Mokhber, Wakil Pertama Presiden Republik Islam Iran di hari pertama seminar ekonomi Republik Islam Iran dan negara-negara Afrika Barat di Tehran hari Senin (6/3/2023) menyatakan bahwa penyelenggaraan konferensi semacam itu menunjukkan adanya itikad politik bersama untuk memfasilitasi partisipasi sebanyak mungkin sektor swasta dalam hubungan ekonomi dan komersial antara Iran dengan negara-negara Afrika.

"Kebijakan mendasar pemerintah Iran mengembangkan dan memperkuat hubungan dengan negara-negara Afrika," kata Mokhber.

"Iran memiliki pemahaman yang realistis tentang realitas dan kebutuhan Afrika saat ini sebagai benua dengan potensi dan dinamika dengan masa depan yang cerah, dan telah menyatakan tekadnya untuk meningkatkan hubungan di segala bidang, terutama kerjasama ekonomi dan perdagangan," tegasnya.

Mehrdad Bazrpash, Menteri Jalan dan Pembangunan Perkotaan Iran menekankan bahwa volume perdagangan antara Iran dan negara-negara Afrika Barat belum berada pada tingkat yang diharapkan oleh para pihak.

"Peluang kerja sama antara Republik Islam Iran dan Negara-negara Afrika dalam pemerintahan ke-13 di bidang komunikasi dan teknologi informasi, kota industri, pembangkit listrik, energi baru, perumahan, peralatan medis dan pertanian telah diidentifikasi," ujar Bazrpash.

Konferensi internasional Iran dan Afrika Barat diadakan di Teheran selama tiga hari dengan kehadiran pejabat dan pelaku ekonomi dari 10 negara Afrika Barat.

Iran Luncurkan Sistem Simulator F14

Sistem simulator pesawat tempur F14 diluncurkan dengan kehadiran komandan Angkatan Udara Republik Islam Iran di Isfahan.

Acara peluncuran simulator F14 diadakan pada hari Selasa (7/3/2023) di hadapan Brigadir Jenderal Hamid Vahedi, Komandan Angkatan Udara Republik Islam Iran, pilot dan jurnalis Iran, yang berlangsung di Pangkalan Shahid Babaei di Isfahan.

Brigadir Jenderal Hamid Vahedi, Komandan Angkatan Udara Iran mengatakan, "Dalam acara ini, diluncurkan sistem simulator pesawat strategis F14 yang dirancang dan dibangun oleh para ahli Jihad mandiri Angkatan Udara dan merupakan salah satu kebanggaan Angkatan Udara Iran,".

Pesawat F14 adalah salah satu pesawat tempur paling kompleks dan canggih dalam sejarah penerbangan dunia, dan teknologi canggih digunakan dalam konstruksinya, dan simulasinya adalah salah satu simulator paling rumit di dunia.

Lima Orang Ditangkap di 5 Provinsi Iran terkait Keracunan Pelajar

Deputi Menteri Dalam Negeri Iran urusan keamanan dan ketertiban mengatakan, lima orang ditangkap di lima provinsi sehubungan dengan kasus keracunan pelajar, dan saat ini instansi terkait sedang melakukan investigasi menyeluruh.

Sayid Majid Mir Ahmadi, Selasa (7/3/2023) menuturkan, "Menteri Dalam Negeri Iran setelah mendapat instruksi Presiden, langsung menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian, dan lembaga terkait untuk mengusut kasus keracunan pelajar."

Ia menambahkan, "Berkat upaya intelijen, dan penyelidikan dinas-dinas intelijen, beberapa orang di lima provinsi ditangkap yang berhubungan dengan kasus keracunan pelajar Iran, dan instansi terkait saat ini sedang melakukan investigas menyeluruh, dan setelah semua terungkap, akan diumumkan ke publik."

Mir Ahmadi juga menjelaskan tentang beberapa kasus yang tidak memiliki dimensi permusuhan. "Dengan tetap menjaga ketenangan, Insyaallah masalah ini juga sedang ditangani," katanya.

"Musuh sedang menyebarkan ketakutan, dan mengganggu sistem pendidikan negara, dan masalah ini jauh lebih besar dari apa yang dibayangkan," pungkasnya. 

Jumpa Pers Menlu Iran dan Turki, Ini yang Dibahas

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amirabdollahian dan mitranya dari Turki Mevlut Covusoglu menggelar jumpa pers bersama di Ankara pada hari Rabu, 8 Maret 2023.

Dalam konferensi pers ini, Menlu menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan para korban gempa bumi di Turki, dan mengatakan, kami ikut merasakan apa yang dirasakan Turki dalam tragedi kemanusiaan ini.

Amirabdollaian menilai kerja sama bilateral antara Iran dan Turki di bidang hubungan komersial dan ekonomi, lingkungan dan sumber daya air sebagai fokus terpenting dari dialognya di Ankara.

Dia juga menyinggung tentang hak Iran dan Turki untuk pertahanan sah dalam menghadapi tindakan terorisme apa pun.

"Terorisme adalah salah satu perhatian bersama kedua negara dan terdapat kerja sama keamanan tingkat tinggi antara Iran dan Turki dalam perang melawan terorisme," kata Amiradollahian seperti dikutip IRIB.

Selain itu, Menlu Iran menyinggung perkembangan di Afghanistan. Menurutnya, Afghanistan membutuhkan pembentukan pemerintahan yang inklusif dengan partisipasi semua kelompok berpengaruh dengan struktur demografis yang signifikan di negara ini.

Lebih lanjut, Menlu Iran menganggap Turki dan Suriah sebagai dua negara penting di Asia Barat dan menyatakan, Republik Islam Iran menyambut partisipasi dalam format segiempat Iran, Rusia, Turki, dan Suriah.

Sementara itu, Menlu Turki dalam jumpa pers tersebut mengucapkan terima kasih atas bantuan Iran kepada para korban gempa di Turki.

Caovusoglu mengatakan, dalam pertemuan dengan mitra kami dari Iran, kami telah membahas masalah bilateral dan regional, dan berdiskusi mengenai bidang energi, perdagangan, transportasi, serta perang melawan terorisme.

"Turki juga berupaya memperkuat hubungan dan kerja samanya dengan Iran khususnya di bidang pasokan gas," ujarnya.

Menurut Menlu Turki, beberapa tema lainnya yang dibahas dengan Menlu Iran adalah negosiasi tentang pencabutan sanksi, penekanan pada penghentian perang di Ukraina dan perpanjangan kontrak ekspor biji-bijian dari Ukraina serta krisis di Suriah.

"Iran menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam pertemuan tripartit dengan pihak Suriah, dan Turki juga menyambut baik," pungkasnya.

Mengenai Hak-Hak Perempuan, Barat Mengklaim, Iran Membuktikan

Kondisi perempuan di negara-negara Barat mengungkap kebohongan klaim para pejabat Eropa bahwa mereka membela hak-hak perempuan.

Laporan dan statistik telah mengungkap fakta bahwa wanita dan anak-anak perempuan di negara-negara Barat menghadapi situasi yang buruk, bahkan pelanggaran terhadap hak asasi mereka pun diabaikan.

Di negara-negara Barat, para perempuan mengalami diskriminasi, terutama dari sisi pekerjaan dan hak-hak sosial mereka. Diskriminasi dan ketidaksetaraan perempuan dan laki-laki dalam hal gaji dan pekerjaan juga terlihat sangat jelas di negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan Kanada.

Perempuan di Barat juga menjadi korban utama kekerasan seksual dan fisik, dan masalah ini bisa dilihat dari statistik yang dilaporkan. Wanita dianggap sebagai manusia kelas dua yang tidak memiliki keamanan yang diperlukan untuk melanjutkan hidup mereka dan tidak mendapat dukungan serius oleh pemerintah Barat, bahkan hanya dianggap sebagai alat untuk digunakan pria.

Meski wanita di Barat kondisinya seperti itu, namun para pejabat negara-negara Barat tidak memiliki rasa malu untuk mengklaim diri sebagai pembela hak-hak perempuan. Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengklaim simpati kepada para siswi di Iran dan menegaskan hak-hak dasar untuk mereka. Klaim ini dilontarkan setelah munculnya kasus keracunan para siswi di sekolah-sekolah di Iran.

Namun bersamaan dengan klaim Annalena, lembaga yang bertanggung jawab di Jerman mengumumkan statistik yang mengejutkan tentang kekerasan terhadap perempuan di negara ini. Menurut statistik yang dipublikasikan, setiap tiga hari seorang wanita di Jerman menjadi korban kekerasan dalam perkawinan. Satu dari setiap empat wanita juga mengalami kekerasan dengan cara yang berbeda.

Menurut statistik yang diumumkan pada tahun 2022, 113 wanita kehilangan nyawanya dalam tindakan kekerasan ini, dan rata-rata 13 wanita mengalami kekerasan dari suami atau mantan suaminya setiap jam.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengutuk kekerasan terhadap perempuan yang diklaimnya terjadi di Afghanistan dan Iran. Kecamaan ini disampaikan dalam pesan video untuk memperingati Hari Perempuan Internasional, 8 Maret. Dia mengatakan, di Afghanistan dan Iran, perempuan berjuang keras untuk hak-hak mereka.

Sepertinya Kanselir Jerman itu sedang menutup mata atas nasib perempuan di negaranya, yang menurut statistik, kekerasan terhadap perempuan di Jerman mengkhawatirkan. Olaf Scholz mengklaim bahwa kondisi perempuan di Jerman sama sekali berbeda, dan dia mengatakan, "Kami akan melanjutkan jalur kesetaraan."

Mari kita buktikan apakah klaim para pejabat negara-negara Barat tentang nasib buruk perempuan di Iran sesuai dengan fakta. Jika bersedia berkata jujur, tentunya mereka akan menerima bahwa fakta di Iran ternyata bertentangan dengan propaganda media Barat dan klaim para pejabat senior Eropa.

Perempuan Iran aktif di berbagai bidang dan berperan signifikan dalam banyak sektor di negara ini. Kiprah wanita Iran telah menunjukkan kemajuan luar biasa di bidang sosial, budaya, politik dan ekonomi.

Setelah kemenangan Revolusi Islam dan berdirinya Republik Islam Iran, perempuan telah memberikan kontribusi yang signifikan di semua bidang kehidupan politik, sosial, budaya dan pendidikan, olahraga, penegakan hukum, kesehatan dan bahkan di bidang pelayanan publik.

Menurut penelitian terkini di Iran, kontribusi perempuan di berbagai bidang telah tumbuh secara signifikan dibandingkan era sebelum Revolusi Islam. Misalnya, selain partisipasi besar perempuan Iran dalam berbagai pemilu di negara ini, mereka juga memiliki andil yang signifikan di parlemen dan posisi-posisi Dewan Kota dan Dewan Desa.

Di bidang kontribusi perempuan Iran dalam manajemen dan pengelolaan, statistik juga menunjukkan banyak fakta.  Dalam hal ini, persentase manajer wanita telah mencapai 26% pada akhir Shahrivar 1401 HS (September 2022).

Di bidang ekonomi, tingkat partisipasi perempuan Iran adalah 14,10% sampai tahun 1401 HS (Maret 2022), dan bagian penduduk yang bekerja dengan lulusan pendidikan tinggi adalah 44,3%. Di bidang pekerjaan khusus, ada 7.200 perwira perempuan aktif di komando kepolisian Republik Islam Iran.  

Sekitar 15.000 perempuan Iran juga aktif menjadi petugas di Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran. 16 wanita juga bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran.

Wanita Iran juga memiliki kontribusi yang signifikan dalam bidang pendidikan dasar dan tinggi. Tingkat melek huruf wanita sebelum Revolusi Islam hanya 35,3%, yang meningkat menjadi 95% pada tahun 2022 karena upaya ekstensif pemerintah.

Di bidang pendidikan tinggi, jumlah mahasiswi telah berkembang pesat setelah Revolusi Islam, dan sekarang jumlah mereka mencapai lebih dari 60%.

Di bidang kesehatan, perempuan Iran telah memberikan kontribusi yang signifikan setelah Revolusi Islam. Hingga tahun 2022, 40% dokter spesialis adalah wanita dan 30% dokter superspecialist di Iran adalah perempuan.

Di bidang olahraga, peran dan bagian wanita Iran telah meningkat secara signifikan setelah Revolusi Islam.

Statistik ini menunjukkan betapa pentingnya anak-anak perempuan dan wanita Iran berpartisipasi di berbagai bidang kehidupan politik, sosial, ekonomi, ilmiah, pendidikan, dan kesehatan, olahraga dan sektor-sektor lainnya.

Fakta ini juga menunjukkan kepalsuan klaim para pejabat negara-negara Barat tentang penindasan terhadap perempuan di Iran dan kontribusi kecil mereka di arena sosial negara ini.