Pertengahan Rajab, Ratusan Siswa I'tikaf di Masjid Jami' Vali Asr
Ratusan siswa Republik Islam Iran melakukan i'tikaf di masjid-masjid, terutama di Masjid Jami' Vali Asr sejak hari Kamis, 13 Rajab 1445 H.
Di antara kegiatan dalam I'tikaf ini adalah membaca al-Quran, berdoa, berdiskusi, mendengarkan caramah, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Mereka juga melakukan puasa sunnah.
I'tikaf adalah sebuah kesempatan untuk memeriksa kembali dan mengevaluasi kondisi jiwa dan batin manusia, dengan fokus pada kapasitas, perilaku, hati, dan pikirannya.
Ibadah merupakan salah satu rukun agama, sementara tempat terbaik dan paling mulia untuk berhubungan dengan Allah Swt adalah masjid. Di masjid, manusia dapat lebih mudah untuk membangun kontak dengan Allah dibanding tempat-tempat lain.
Oleh karena itu, masyarakat Muslim memilih beri'tikaf di Masjid dan menyibukkan diri dengan kegiatan ibadah seperti, mengerjakan shalat, berpuasa, membaca al-Quran, dan berdoa.
Spirit seluruh ajaran Islam menyeru kepada perkumpulan dan hidup bersosial, sementara mengasingkan diri dan menjauhkan dari masyarakat tidak ada tempat dalam Islam. Tapi, agama ini juga memperkenalkan i'tikaf sebagai sebuah kesempatan untuk kembali mengenali diri dan Allah Swt sehingga manusia bisa kembali merekatkan hubungan batinnya dengan Sang Pencipta.
I'tikaf adalah sebuah kesempatan untuk memeriksa kembali dan mengevaluasi kondisi jiwa dan batin manusia, dengan fokus pada kapasitas, perilaku, hati, dan pikirannya. Mereka harus merenungkan kembali bagaimana kualitas hubungannya dengan Tuhan. I'tikaf mencakup shalat, puasa, membaca al-Quran, bertaubat, dan beristighfar. Semua jenis ibadah ini memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Namun setiap jenis ibadah juga memiliki tujuan masing-masing, seperti shalat yang akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar, dan puasa akan memperbesar tingkat kesabaran dan mengontrol emosi. I'tikaf sendiri juga memiliki tujuan yang spesifik yaitu melatih pemutusan kontak dari segala hal selain Allah dan memfokuskan diri kepada-Nya.
Pelaku i'tikaf – selama berdiam diri di masjid – memutuskan hubungannya dengan semua perkara duniawi dan seluruh waktunya digunakan untuk ibadah. Ia tidak akan berkelana ke rumah orang lain saat sedang berada di rumah Allah, dan tidak akan menggerakkan lisannya kecuali untuk membaca firman Tuhan dan berdoa.
Pelaku i'tikaf akan menempatkan kehendaknya di jalan kehendak Allah Swt dan di sepanjang hari, ia meninggalkan makan-minum demi ridha-Nya dan menyibukkan diri dengan shalat. Ia benar-benar larut dalam penghambaan Tuhan sehingga ia berkata, "Ya Allah, berilah aku kesempurnaan perpisahan dari makhluk untuk mencapai diri-Mu."
I'tikaf adalah sebuah amalan yang dianggap bagian dari kegiatan ibadah dalam syariat Nabi Ibrahim as, dan para pengikut beliau sudah terbiasa dengan i'tikaf. Nabi Sulaiman as juga melakukan i'tikaf di Baitul Maqdis dan memfokuskan diri untuk ibadah. Nabi Musa as – di tengah tanggung jawab besar dan kesibukannya membimbing umat – meninggalkan masyarakat untuk beberapa waktu demi berkhalwat dengan Allah Swt di Bukit Tursina.
Nabi Zakaria as – sosok yang bertanggung jawab untuk mengurusi masyarakat – juga melakukan i'tikaf di Baitul Maqdis, termasuk merawat Sayidah Maryam as. Rasulullah Saw seperti para kakeknya, mengamalkan syariat Nabi Ibrahim dan salah satu ritual agama Ibrahim adalah i'tikaf. Beliau memilih Gua Hira' sebagai tempat berkhalwat dengan Allah Swt. Setelah diutus menjadi nabi dan hijrah ke Madinah, Rasul melakukan i'tikaf di Masjid Nabawi dan menyibukkan diri dengan ibadah.
Tempo dulu, sekelompok masyarakat Hijaz – yang berpegang pada agama yang lurus – juga melakukan i'tikaf dengan berkhalwat dan meninggalkan keramaian untuk beberapa waktu. Mereka menyibukkan diri dengan ibadah dan memikirkan keagungan ciptaan Tuhan dan terus berjuang mencari kebenaran.
Dalam ajaran Islam, i'tikaf adalah menetap di sebuah tempat yang suci untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. I'tikaf merupakan sebuah kesempatan emas sehingga manusia menemukan jati dirinya setelah tenggelam dalam kemegahan dunia. Para pelaku i'tikaf akan melepaskan dirinya dari belenggu materi untuk meraih rahmat, ampunan, dan kasih sayang Tuhan. (RA)