May 08, 2024 12:17 Asia/Jakarta
  • Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi
    Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi

Presiden Republik Islam Iran menganggap operasi 'Janji yang Ditepat' dapat menciptakan rasa kebanggaan nasional dan tonggak pencapaian konsensus dan mengatakan, "Operasi ini membuktikan bahwa Iran yang kuat dapat menghilangkan bayang-bayang perang dari negaranya dan dapat menghilangkan opsi militer."

Pada hari Senin, 1 April 2024, rezim Zionis menyerang bagian konsuler kedutaan Iran di Damaskus dalam aksi teror, yang menyebabkan gugur syahid tujuh penasihat militer senior Iran.

Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran menyebut tindakan Tel Aviv sebagai serangan terhadap wilayah Republik Islam Iran dan menegaskan bahwa rezim Zionis akan “dihukum”.

Sekaitan dengan hal ini, pada Minggu pagi (14/4/2024), Korps Garda Revolusi Islam menghukum rezim agresor itu dengan menembakkan drone dan rudal ke Wilayah Pendudukan dalam operasi yang disebut "Janji yang Ditepati".

Menurut laporan IRIB hari Rabu (8/5), Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran dalam wawancara langsung di televisi dengan masyarakat menyebut operasi 'Janji yang Ditepati' sebagai manifestasi yang sangat jelas dari rasionalitas revolusioner.

Menurutnya, Negosiasi di satu tempat dan rudal di tempat lain dapat menyelesaikan masalah, dan kami tidak pernah meninggalkan meja perundingan. Namun kami akan berdiri dengan kekuatan melawan mereka yang ingin memusuhi Iran.

Raisi menjelaskan, Jika negara-negara Eropa dan negara-negara lain di dunia ingin menjalin hubungan baik dengan Iran, kami siap berjabat tangan dengan hangat.

Presiden Republik Islam Iran menekankan bahwa pada pemerintahannya, wacana rasionalitas revolusioner telah menggantikan diplomasi mengemis.

"Salah satu wujud rasionalitas revolusioner ini adalah kemakmuran ekonomi negara," pungkas Raisi.(sl)

Tags