Bagaimana Rencana Blitzkrieg Israel Gagal terhadap Iran?
https://parstoday.ir/id/news/iran-i177802-bagaimana_rencana_blitzkrieg_israel_gagal_terhadap_iran
Pars Today - Pada dini hari tanggal 13 Juni 2025, rezim Zioni Israel melancarkan serangan terkoordinasi dan mendadak terhadap pusat komando dan infrastruktur militer Iran, dalam upaya menghancurkan struktur pertahanan Republik Islam dengan meniru taktik "Blitzkrieg" Nazi Jerman. Namun, dalam waktu kurang dari 48 jam, perkembangan di lapangan menunjukkan kenyataan yang berbeda kepada penyerang.
(last modified 2025-10-05T09:59:34+00:00 )
Okt 05, 2025 14:30 Asia/Jakarta
  • Rudal Iran
    Rudal Iran

Pars Today - Pada dini hari tanggal 13 Juni 2025, rezim Zioni Israel melancarkan serangan terkoordinasi dan mendadak terhadap pusat komando dan infrastruktur militer Iran, dalam upaya menghancurkan struktur pertahanan Republik Islam dengan meniru taktik "Blitzkrieg" Nazi Jerman. Namun, dalam waktu kurang dari 48 jam, perkembangan di lapangan menunjukkan kenyataan yang berbeda kepada penyerang.

Taktik Blitzkrieg atau serangan kilat yang diterapkan oleh Nazi Jerman di Polandia dan kemudian Prancis pada tahun-tahun awal Perang Dunia II, didasarkan pada tiga elemen: informasi akurat tentang lokasi pos komando dan pangkalan, pengeboman dan serangan terkonsentrasi terhadap jalur komunikasi dan pusat pengambilan keputusan, serta penetrasi cepat unit lapis baja untuk memanfaatkan kejutan yang tercipta.

Menurut laporan Pars Today mengutip FNA, para ahli teori militer seperti B.H. Liddell Hart dan John Keegan menggambarkan metode ini didasarkan pada kecepatan aksi, koordinasi antarcabang, dan kelumpuhan sistem pengambilan keputusan musuh, dan model inilah yang ditekankan oleh para perencana serangan terhadap Iran.

Apa yang seharusnya menjadi pengulangan sukses dari taktik "Blitzkrieg" Hitler yang terkenal, sebuah serangan cepat, terarah, dan melumpuhkan terhadap jaringan komando dan komunikasi musuh, dimulai terhadap Iran saat fajar tanggal 13 Juni.

Namun, akhir dari skenario ini justru bertolak belakang dengan apa yang diharapkan para perencananya, bukan menyerah langsung, melainkan kekalahan strategis bagi penyerang dan kemenangan strategis bagi Iran.

Dengan menargetkan pusat komando, mengebom stasiun komunikasi, dan melancarkan operasi teroris terhadap komandan senior, Israel bermaksud mengganggu rantai komando Iran dan menimbulkan kejutan strategis.

Pada jam-jam pertama, pertahanan Iran dihadapkan pada serangan besar-besaran perang elektronik dan gelombang serangan terkoordinasi, sementara serangan kaki tangan Zionis di dalam Iran, gelombang besar drone, dan sabotase internal menyulitkan komputasi pertahanan. Persamaannya tampak sama dengan skenario historis, dengan memutus komunikasi dan menghilangkan para pemimpin, kemungkinan pertahanan terkonsentrasi akan terabaikan.

Titik balik, fleksibilitas struktural dan penggantian komandan segera

Serangan terhadap para komandan akan gagal jika pihak lawan memiliki kemampuan untuk segera mengganti mereka dan mempertahankan mekanisme pengambilan keputusan. Iran segera menetralisir kejutan awal dengan menerapkan rencana yang telah dirancang sebelumnya, menempatkan komandan baru, dan mengaktifkan saluran terpisah untuk pertukaran komando dan kendali.

Tindakan Ayatullah Khamenei, Panglima Tertinggi Jajaran Angkatan Bersenjata Iran dalam menunjuk komandan baru dengan cepat menunjukkan bahwa struktur militer negara itu memiliki kedalaman dan fleksibilitas strategis yang membuatnya kebal terhadap keruntuhan yang cepat.

Mengubah taktik pertempuran menjadi atrisi

Dengan meninggalkan medan perang berdasarkan konfrontasi langsung dan mengadopsi strategi asimetris menggunakan drone murah, serangan tersebar, dan peluncuran rudal terarah, Iran mengubah pertempuran menjadi atrisi yang membebankan biaya pertahanan dan logistik yang sangat besar bagi para pendukung penyerang.

Setiap intersepsi merugikan jaringan pendukung penyerang jutaan dolar, dan tekanan ekonomi-militer ini dengan cepat melemahkan kapasitas dukungan eksternal. Akibatnya, apa yang seharusnya berlangsung beberapa hari berubah menjadi pertempuran jangka panjang yang menguntungkan bagi pihak yang bertahan.

Kemerosotan mitos Iron Dome

Laporan menunjukkan bahwa rudal dan drone Iran mampu menembus target-target utama dan mengurangi efektivitas pertahanan berlapis-lapis milik penyerang dan pendukungnya. Sebuah peristiwa yang menunjukkan kepada para analis bahwa klaim definitif tentang efektivitas absolut sistem pertahanan penyerang perlu direvisi.

Di medan pertempuran, Iran kembali mengambil inisiatif, dan serangan balasannya menunjukkan bahwa kapasitas operasionalnya tetap terjaga dalam kondisi yang kompleks.

Persatuan nasional bangsa Iran

Persatuan nasional rakyat Iran, netralisasi upaya-upaya provokasi krisis internal dan perlawanan rakyat, mencegah kaki tangan musuh di dalam Iran dan operasi sabotase internal mewujudkan rencana besar penyerang.

Pada saat yang sama, tingginya biaya dukungan asing dan tekanan logistik-finansial menyebabkan pertimbangan ulang terhadap mitra asing penyerang dan mencegah kelanjutan efektif dukungan komprehensif untuk Israel. Dengan demikian, bukan hanya tujuan militer awal yang tidak tercapai, tetapi posisi politik dan operasional penyerang pun melemah.

Apa yang seharusnya dicapai dengan cepat dan tegas, berdasarkan pengalaman historis Nazi Jerman, gagal karena dua faktor fundamental: pertama, kedalaman struktural dan fleksibilitas militer pertahanan, yang memungkinkan penggantian dan pemeliharaan komando. Kedua, pihak yang bertahan memilih untuk mengalihkan pertempuran ke arena asimetris dan atrisi yang dengan cepat meningkatkan biaya dukungan bagi para penyerang dan pendukung asing mereka.

Pada akhirnya, Iran tidak terkalahkan dan rencana "blitzkrieg" pun tidak berhasil. Alih-alih, taktik ini justru menyebabkan kekalahan strategis, setidaknya dalam pertempuran ini, dan Republik Islam muncul sebagai pemenang.

Konfrontasi politik-militer ini memiliki pesan yang jelas bagi para aktor regional dan trans-regional, yaitu, mereproduksi taktik historis tanpa mempertimbangkan kedalaman struktural, ketahanan, dan kemampuan asimetris pihak yang bertahan bukan hanya dapat menyebabkan kekalahan militer, tetapi juga membuat penyerang dan pendukungnya menanggung biaya dan kerugian strategis.(sl)