Peran Perempuan dalam Cermin Puisi Parvin Etesami
https://parstoday.ir/id/news/iran-i177906-peran_perempuan_dalam_cermin_puisi_parvin_etesami
Parvin Etesami, penyair Iran dengan jiwa lembut dan feminin, telah menggambarkan peran seorang ibu dengan ungkapan terindah dalam bentuk puisi, menampilkannya sebagai sumber segala kedudukan dan martabat.
(last modified 2025-10-07T06:09:06+00:00 )
Okt 07, 2025 12:11 Asia/Jakarta
  • Peran Perempuan dalam Cermin Puisi Parvin Etesami

Parvin Etesami, penyair Iran dengan jiwa lembut dan feminin, telah menggambarkan peran seorang ibu dengan ungkapan terindah dalam bentuk puisi, menampilkannya sebagai sumber segala kedudukan dan martabat.

Ketika berbicara tentang “perempuan” dan “ibu,” banyak pikiran secara naluriah tertuju pada sosok-sosok yang telah memberi makna pada kehidupan manusia melalui kasih sayang, pengorbanan, dan harapan. Perempuan, dalam perannya sebagai ibu, bukan hanya makhluk biologis atau sosial; ia adalah “pangkuan kemanusiaan,” “sekolah pertama,” dan “pelita kehidupan” yang menuntun generasi menuju masa depan. Para penyair besar Persia masing-masing memuliakan kedudukan perempuan dan ibu dengan caranya sendiri, namun di antara mereka, Parvin E’tesami menempati posisi yang istimewa. Dalam tulisan ini, Pars Today menyoroti pandangan penyair besar Iran tersebut tentang perempuan dan ibu.

Parvin bukan hanya penyair dengan tutur lembut, tetapi juga seorang pemikir sosial. Dalam puisinya, ia berulang kali menekankan pentingnya pendidikan, peran moralitas, dan kedudukan perempuan. Dalam salah satu puisinya, dengan menyebut nama para filsuf besar, ia menyampaikan kebenaran yang mendalam:

Ibu: Sumber Kebijaksanaan
“Jika Plato dan Socrates menjadi besar,
Maka besar pula pengasuh kebijaksanaan mereka.
Dalam buaian ibu mereka tertidur sebagai bayi,
Lalu di sekolah hikmah, Luqman menjadi bijak.”

Bait-bait ini mengingatkan kita pada satu kenyataan mendasar: tidak ada kebesaran yang lahir tanpa pangkuan seorang ibu. Para filsuf dan orang bijak seperti Socrates, Plato, dan Luqman — lambang kebijaksanaan — semuanya pertama-tama tumbuh dalam dekapan ibu. Parvin menunjukkan bahwa sumber setiap ilmu, kebijaksanaan, dan keberanian berasal dari bisikan lembut dan kasih seorang ibu.

Ibu: Sekolah Kemanusiaan
Dalam kelanjutan puisi yang sama, Parvin menulis:

“Baik pahlawan, peziarah, zahid, maupun faqih,
Semuanya murid dari sekolah ini.”

Dalam pandangan penyair, ibu adalah sekolah yang melahirkan semua tokoh besar dunia — dari para pahlawan dan pejuang hingga para sufi dan ulama. Tak ada gambaran yang lebih agung dari ini. Ibu bukan hanya pengasuh jasmani, tetapi juga guru moral dan kemanusiaan.

Perempuan: Sumber Kasih dan Harapan

Di bagian lain puisinya, Parvin menegaskan peran penting ibu dalam mendidik generasi:

“Bagaimana anak yatim dapat belajar tentang kasih,
Dan bagaimana kerajaan tanpa raja bisa meraih ketertiban?”

Penyair Iran ini menyamakan ibu dengan penguasa keadilan dan kasih. Jika seorang anak tumbuh tanpa ibu, bagaimana mungkin ia memahami makna cinta dan kasih sayang? Sebagaimana masyarakat tanpa pemimpin yang adil akan terjerumus dalam kekacauan, demikian pula anak tanpa ibu kehilangan sumber kasih dan bimbingan. Ini bukan hanya pujian bagi ibu, tetapi juga pengingat akan tanggung jawab besar perempuan di masyarakat. Setiap perempuan, dengan cinta dan kebijaksanaannya, membentuk masa depan. Karena itu, Parvin menulis:

“Putri hari ini adalah ibu masa depan,
Dari ibu-lah kebesaran anak laki-laki terwujud.”

Bait ini adalah pesan abadi bagi seluruh generasi. Putri-putri hari ini akan menjadi ibu masa depan, dan jika mereka dibesarkan dengan ilmu, moral, dan martabat, maka kelak lahirlah masyarakat yang penuh kemuliaan dan kebesaran.

Perempuan: Melampaui Batas Lama

Dalam banyak puisinya, Parvin juga mengecam ketidakadilan yang dialami perempuan sepanjang sejarah. Namun tak satu pun dari ketidakadilan itu mampu menodai kedudukan keibuannya. Ia mengungkapkan keyakinan ini dalam bait berikut:

“Dalam kamus keberadaan, perempuan berarti ibu,
Kebenaran ini lebih tinggi dari langit dan bumi.
Ia adalah sinar kasih yang abadi,
Harta harapan bagi seluruh umat manusia.”

Dalam bait-bait ini, perempuan bukan hanya ibu bagi anaknya, tetapi juga ibu bagi kemanusiaan. Parvin melihat perempuan sebagai cahaya yang menerangi dunia dan sebagai harapan yang, tanpanya, umat manusia akan terjerumus ke dalam kegelapan.

Ibu: Guru Kasih dan Akal – Harapan bagi Masa Depan

Bagi Parvin, peran ibu tidak hanya terletak pada kasih sayang, tetapi juga pada kebijaksanaan dan pemikiran. Ia berulang kali menekankan bahwa para bijak dan tokoh besar, pada tahap pertama, adalah murid dari madrasah keibuan. Inilah pesan paling menggembirakan bagi perempuan masa kini: peran ibu adalah sumber ilmu dan kasih yang menumbuhkan masa depan umat manusia.
Penyair Iran ini tidak hanya meninggikan martabat perempuan, tetapi juga, dengan mengingatkan akan tugas luhur seorang ibu, membawa pesan tentang lahirnya masa depan yang bercahaya.(PH)