Aug 25, 2019 18:08 Asia/Jakarta
  • Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran
    Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran hari ini, Ahad, 25 Agustus, memulai kunjungannya ke Cina, Jepang dan Malaysia dalam rangka diplomasi aktif dan seimbang Republik Islam Iran.

Membahas hubungan bilateral serta masalah regional dan internasional penting termasuk salah satu topik dari konsultasi menteri luar negeri Iran dengan para pejabat Cina, Jepang dan Malaysia.

Dalam tujuan strategis perjalanan ini, selain aspek politik, masalah pertukaran perdagangan dan ekonomi juga penting mengingat perluasan diplomasi ekonomi Iran. Secara khusus, Cina, Jepang, dan Malaysia adalah mitra dagang minyak dan gas yang penting.

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran

Andrew Yu, Direktur Federasi Internasional Industri Perminyakan dan Bahan Kimia Cina mengatakan, "Perusahaan-perusahaan Cina perlu dan terus membutuhkan dan membeli minyak Iran dalam situasi apa pun. Ini merupakan proses biasa antara Iran dan Cina dan tidak ada hubungannya dengan Amerika Serikat."

Perlawanan terhadap sanksi sepihak AS adalah strategi penting karena konsensus anti-Washington berarti membela kepentingan global dan lebih tinggi dari masalah Iran dan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).

Dalam pidatonya baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, menekankan pengembangan hubungan dengan Iran dalam bidang politik, ekonomi, anti-terorisme dan di bidang mana saja yang disukai kedua pihak serta menilai JCPOA sebagai pencapaian penting diplomasi dan simbol multilateralisme. Dengan menolak segala bentuk unilateralisme, Wang Yi menekankan tekad Cina untuk bekerja sama dengan Iran dan komunitas internasional untuk mempertahankan pencapaian internasional yang penting ini (JCPOA).

Sekarang era monopoli ekonomi Amerika telah berakhir dan Washington tidak mampu mengubah kenyataan itu.

Li Kui Wen, Direktur Analisis Statistik di Bea Cukai Cina mengatakan, "Beijing menentang unilateralisme ekonomi AS atau negara lain mana pun dan hukum domestik negara ini tidak penting bagi Cina."

Dalam kebijakan luar negeri Republik Islam Iran, multilateralisme adalah salah satu prinsip strategis dalam hubungan diplomatik Iran. Dalam konteks ini, Iran telah bergabung dengan Perjanjian Amity dengan negara-negara Asia Timur dan  Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN (TAC).

Mohammad Mahdi Maleki, pakar Asia tentang masalah ini mengatakan, "Bergabungnya Iran dengan perjanjian ini menyiratkan semacam penerimaan keterlibatannya dengan Iran sebagai kekuatan regional yang penting dan kekuatan internasional yang berpengaruh."

Diplomasi multilateral telah menunjukkan bahwa tidak semua jalur harus berakhir di Washington. Karenanya, kebijakan Timur merupakan langkah penting menuju keseimbangan hubungan politik dan ekonomi, karena dua alasan utama.

Pertama adalah untuk melawan ancaman sosial-ekonomi yang ditimbulkan oleh unilateralisme Barat.

Kedua adalah meningkatnya pangsa Asia Timur dalam perkembangan internasional.

Sekaitan dengan hal ini, penting juga untuk mengunjungi Jepang dan Malaysia sebagai dua tujuan lain bagi perjalanan Zarif ke Asia.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di bagian dari pernyataannya dalam pertemuan terbarunya dengan Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang di Tehran, 13 Juni, mengingatkan, "Jepang adalah negara penting di Asia dan bila menginginkan perluasan hubungan dengan Iran, harus menunjukkan kemauan serius, sebagaimana sebagian negara penting juga menunjukkan keinginan ini."

Shinzo Abe dan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei

Malaysia termasuk negara anggota ASEAN. Tujuan paling penting dari organisasi ini adalah upaya negara-negara anggota untuk membangun perdamaian abadi, solidaritas dan persatuan serta kerja sama rakyat.

Asia Timur Jauh telah menjadi salah satu kutub politik paling penting dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan perkembangan ekonomi. Oleh karena itu, kunjungan kepala korps diplomatik Iran ke Cina, Jepang dan Malaysia mengikuti negosiasi Zarif dalam perjalanan ke Eropa dengan mencermati situasi regional saat ini adalah sangat penting di tingkat internasional. Konsultasi ini tentu akan membantu mendekatkan berbagai pandangan terkait konsekuensi berbahaya unilateralisme AS dan demi perdamaian dan keamanan regional dan internasional.

Tags